"Woah, ini gila!" Sora berseru sembari memegangi kedua pipinya.
"Gak usah lebay deh, Ra. Lo sama dia cuman jadi sekelas bukan disuruh tinggal satu rumah!"
Sora meyeringai tidak peduli akan sindiran Davian, sahabatnya. Sekarang hatinya sedang meletup-letupkan banyak balon warna-warni. Satu sindiran tidak akan membuatnya kesal.
"Bayangin selama ini dia selalu menjauh setiap gue mendekat seolah-olah gue kuman. Sekarang kita satu kelas! Akan gue buktikan kalau gue itu bukan kuman tapi macan!"
Davian mendesah. "Ya, dia sudah terperangkap di kandang macan."
Sora tertawa puas. Ia terus memandangi kertas yang ada di mading, yang menunjukkan namanya dan nama Rai Ronan berada di kolom yang sama.
Dengan perasaan gembira Sora mengambil stabilo pink dari kotak pensilnya. Ia membentuk satu hati di namanya dan nama Rai, namanya tepat di bawah nama Rai.
"Menurut lo gue terkam dia hari ini apa perlu gue ulur-ulur?"
Davian mendorong dahi Sora perlahan, lalu ia berjalan menuju kelasnya. Sora mengikutinya dengan senyum yang tak kunjung surut.
"Jangan terlalu kejam, Ra."
Sora berjalan mundur agar bisa berhadapan dengan Davian. "Gue colek dulu atau langsung rawrr?!"
Sora pura-pura mencakar sembari terkikik geli.
"Lo emang gila."
"Terima kasih pujiannya kawan."
"Gue harap Rai tetap bisa waras satu kandang sama lo."
"Oh, dia akan merayakannya dengan kembang api."
"Sinting."
Sora tertawa kemudian membalik badannya dan tidak lagi berjalan mundur. Dia melambaikan tangannya pada Davian.
"Dadah, Kirk!" ucap Sora.
Davian hanya menggeleng melihat tingkah sahabatnya yang sering kali di luar nalar. "Tamat sudah riwayat Rai," ujar Davian.
🍬🍬🍬
Bangku barisan depan sudah terisi berbagai jenis macam tas. Tak jadi masalah, ia masih bisa mengincar bangku barisan dua. Sora akan menyambut Rai dari bangku di barisan dua yang ada di tengah.
Rai datang tepat ketika Sora sudah capek mengetuk-ngetuk bangku dengan jarinya. Kalau Rai datang lebih lama lagi bisa-bisa kejutan yang diciptakannya lebih ganas lagi. Langsung memeluk cowok itu contohnya.
Tampang terkejut Rai ketika melihat lambaian tangannya membuat Sora girang.
Tidak perlu seterkejut itu, sayang. Padahal tanda hati sudah menyatukan nama kita di mading.
Sora membiarkan Rai melengos dan buru-buru ke bangku pojok paling belakang. Ia hanya terus memandangi cowok itu hingga duduk di kursinya.
Tampilan Rai tidak banyak berubah, hanya rambut cowok itu yang tambah panjang menjadi gondrong. Rambut Rai adalah salah satu pesona yang tidak bisa ditolak Sora. Dengan rambut gondrong ketampanan Rai bertambah berkali-kali lipat. Dan Sora sangat tahu Rai tidak akan menyia-nyiakan pesonanya, makanya cowok itu seringkali berambut gondrong. Bisa dihitung dengan jari kapan Rai potong rambut.
Tatapan mereka bertemu untuk beberapa detik karena Rai memutus kontak mata mereka dengan begitu cepat.
"Mungkin sudah cukup kejutan hari ini buat Rai. Kalau diterusin lagi nggak baik buat jantung cowok itu." Sora mengangguk setelah berbicara pada dirinya sendiri.
🍬🍬🍬
Kaki Rai yang ada di bawah meja kantin ditendang beberapa kali oleh Milo, temannya dari kelas 10. Dahi Rai mengernyit. "Apaan? Kaki lo kesemutan?"
Milo menunjuk ke pintu kantin dengan dagunya. "Stabilo Pink datang," ucapnya.
Rai melihat Sora yang mengantre di stand penjual yang hari ini menjual kebab. Menu-menu makanan yang dijual di kantin sering kali berganti-ganti.
Tas ransel berwarna biru menempel di punggung Sora. Seringkali ia mendapati cewek itu kemana-mana membawa ranselnya seolah-olah membawa harta karun yang sangat berharga yang sewaktu-waktu bisa dicuri orang.
Cewek itu melihat ke arahnya sesuai mendapatkan kebabnya. Senyuman terbit dibibir Sora.
Jangan bilang dia mau ke sini?
Rai menghela napas lega mendapati Sora duduk di bangku yang berjarak satu bangku dengannya.
Sora mengambil buku, entah buku apa Rai tidak bisa melihat cover bukunya dengan jelas, dan membuka bukunya di meja. Setelah itu Sora memakai earbuds di telinganya kemudian mulai melahap kebab.
"Aktivitasnya nggak pernah berubah," gumam Rai.
"Si Stabilo Pink? Perhatian banget elah," ledek Milo yang mendengar gumaman Rai.
Sejak mereka duduk di kantin Milo tak henti-hentinya membahas stabilo pink gara-gara cowok itu melihat namanya dan nama Sora ada dalam lingkaran bentuk hati berwarna pink. Tentu saja mereka langsung tahu siapa pelakunya.
Rai mengedikkan bahunya. "Kayaknya hampir semua murid tahu kebiasaan dia. Dia kan kutu loncat."
Rai tahu sosok Sora adalah seorang ekstrovert yang bisa menimbrung di mana saja, temannya di setiap gang ada. Cewek itu tidak pilih-pilih teman. Namun, ada kalanya cewek itu sendirian, seperti sekarang.
"Seru dong lo sekarang satu kelas sama dia."
"Seru apanya?"
Ngenes iya!
"Lo bisa sering digodain sama dia." Milo terkekeh.
"Gue bener-bener terperangkap."
"Dia naksir lo pasti!"
"Mana ada!"
"Nyatanya nama lo sama dia udah di satu hati." Milo tertawa puas mendapati wajah Rai yang masam.
"Jahil aja dia, Mil."
Rai sudah sangat kenyang akan tingkah ajaib Sora sejak kelas 10. Tapi dia masih tidak mengerti apakah cewek itu sengaja menggodanya atau emang jahil saja padanya. Seperti tidak ada bedanya.
"Gimana kalau lo ujung-ujungnya baper?"
"Novel teenfic mana lagi yang baru lo baca?"
Milo ini gemar sekali baca novel percintaan anak SMA. Sering kali temannya ini juga membuat skenario gila seperti tadi, ia baper sama Sora terus mereka jadian dan happily ever after.
"Sebenarnya dari dulu gue udah berasumsi lo gampang baperan orangnya, Rai. Disenggol dikit ambyar," aku Milo.
"Dari mana asal asumsi lo yang tidak berdasar itu?"
Obrolan tidak jelas mereka membuat soto mereka terlupakan begitu saja. Seolah-olah stabilo pink benar-benar mengalihkan perhatian mereka.
The power of stabilo pink.
"Ya, setiap Sora mendekat lo menghindar mulu. Kayak main kucing-kucingan."
Macan-macanan yang benar. Sora kan pintar menerkam. Sekali hap gue langsung tertelan bulat-bulat. Sebelas dua belas dirinya ini sama tahu bulat.
"Seandainya lo jadi gue sekali aja lo bakal ngerti."
"Udah kayak lagu aja. Seandainya kamu merasakan jadi aku sebentar saja ...."
Hiraukan nyanyian Milo yang tidak ada enak-enaknya. Mari habiskan soto yang masih banyak suwiran ayamnya.
Tidak butuh waktu lama soto di mangkuk Rai ludes. Kemudian ia melanjutkan makan es krim vanila yang tadi ia beli.
Berbeda dengan Rai yang makannya cepat, Milo butuh waktu lama. Cowok itu makannya sedikit-sedikit dan ngunyahnya pun tiga puluh dua kali.
Bosan memperhatikan kawannya mengunyah daging ayam Rai memilih menyapukan pandangannya ke seluruh kantin. Dan pandangan berhenti pada sosok Sora yang masih asik pada bacaan dan kebabnya padahal di depannya ada sosok tampan mempesona bernama Davian.
Sora dan Davian udah seperti medan magnet selatan dan utara yang selalu tarik menarik. Rai sering mendapati mereka berdua bersama.
Rumor yang tersebar Sora sama Davian sahabatan dong.
Rumor tersebar Sora sama Davian sejak masih ditimang-timang mereka sudah menjalin tali persahabatan. Alias sahabatan dari orok.
Rumor yang tersebar Sora sama Davian itu sahabat yang punya perjanjian kalau sampai umur tiga puluhan mereka belum punya pasangan mereka bakal nikah. Padahal mereka sekarang masih remaja puber umur 16 sama 17.
"Mereka cuman sahabatan doang. Gak usah cemburu," kata Milo.
Gue cemburu? Di manakah letak cintanya pada Sora sampai gue bisa terbakar api cemburu?
"Mil, habisin makanan lo."
"Iya, ini mau gue habisin. Kenapa?"
"Sebelum lo yang gue makan."
"Lo yang dimakan Stabilo Pink duluan."
Sudah dapat dipastikan topik obrolan hari ini adalah stabilo pink berbentuk hati yang menyatukan dua nama.
Rasanya gue kembali ke masa SD. Dulu kan banyak tuh anak-anak cewek yang nulis namanya sama nama cowok yang ditaksir dalam bentuk hati di halaman buku paling belakang. Seperti yang dilakukan si stabilo pink di mading.
[ ]
a.n:
Jangan lupa tinggalkan jejak, ya:))