Loading...
Logo TinLit
Read Story - Merayakan Apa Adanya
MENU
About Us  

"Emaknya ngamuk. Kita pergi!" Orang-orang itu pergi begitu saja.

Donna yang tidak puas dengan reaksi mereka sudah bangkit dan hendak menyusul. "Heh, pengecut! Kalo ngerasa laki-laki hadepin gue. Jangan bisanya cuma ngomong di belakang!!!"

Raya menahan lengan Donna. Temannya satu itu berontak jadi Raya mencekal lengan Donna makin kencang.

"Udah, Don, biarin, aja! Kita cuma bisa nutup telinga kita, bukan ngendaliin mereka."

"Payah! Gue tahu lo cuma bisa ngomong, meski usaha nggak dengerin tetep aja otak lo mikirin." Donna mengalah, dia kembali duduk di bangkunya.

Makanan datang. Rasya sudah melihat apa yang terjadi barusan. Dia juga kesal dengan semua omongan orang-orang itu. Mereka tidak tahu masalahnya, tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Cuma karena seuprit berita yang menyenggol nama Eca, semua langsung 'booom' berpihak. 

"Lo nggak apa-apa, kan?" tanya Rasya berusaha biasa saja. Padahal rasa khawatir ingin sekali memberontak keluar. 

Raya mengangguk.

"Jelas kenapa-napa lah. Diomongin orang yang bukan-bukan, kayak mereka tuh, manusia paling sempurna. Gara-gara lo juga, tahu!" semprot Donna kesal. Diliriknya cowok yang sudah gatal ingin dia ceramahi, tapi itu bukan gayanya. Bagaimanapun Rasya mencemaskan Raya. Dia bisa lihat tadi.

"Maklumlah, kalo jadi orang populer resikonya ya, gini!" 

Sontak Donna dan Raya menoleh bersamaan. Mendengar Rasya sombong sudah biasa, dingin tak punya empati sudah biasa, tapi narsis mereka menganggap tidak pantas buat satu cowok itu.

"Apa?" Rasya berlagak cuek dengan reaksi kedua gadis itu.

"Najis. Hii!" Donna bergidik geli. Ada ya, orang yang lagaknya cool abis tapi narsis.

Raya tertawa melihat debat kusir dua orang di depannya. Sejenak semua rasa tak nyaman perlahan sirna. Dia bisa makan dengan nyaman hingga bel masuk kembali berbunyi.

"Ray, be strong, ya! Kasih gue waktu sebentar, semua akan baik-baik, aja. Gue nggak bisa janjiin apa pun, tapi gue usahain dunia lo akan kembali normal." Rasya mengatakan itu sepanjang perjalanan keduanya menuju kelas. 

"Mendingan jangan lakuin apa-apa, Sya. Gue nggak mau ada masalah lagi yang lebih besar." Raya tidak ingin orang sebaik Rasya dan Donna terlibat masalah karenanya. 

"Gue bilang ini bukan untuk dibantah, Ray." Rasya menghela napas. Matanya terpejam sejenak lalu terbuka lagi. Kali ini tidak setajam tatapan sebelumnya. "Gue mau lo nurut, aja! Jalani hari lo kayak biasa dan fokus belajar. Kadang bikin orang kicep itu cukup sama prestasi."

"Terus lo ngapain? Nggak belajar juga?" Raya mendongak dan maju selangkah.

Rasya menekankan jari telunjuknya di dahi Raya. Sehingga gadis itu kembali mundur ke belakang. Kali ini Rasya melakukan hal yang sama seperti waktu itu. Mengungkung Raya dalam kurungan tangannya. 

Tak bisa berkutik, jelas saja begitu, Raya tidak berusaha keluar seperti sebelumnya. Otaknya sibuk menenangkan detak jantung yang tiba-tiba berdegup tidak normal. Reflek tangannya menyentuh dada.

Kedua alis Rasya bertaut. Drama apa lagi, sekarang. Tidak mungkin Raya sakit atau apa, kan. Kenapa dia memegangi dada dengan ekspresi tak terbaca begitu. Perlahan Rasya mundur, otomatis kungkungan tangannya terbuka. Tapi lima detik berlalu, gadis di depannya tidak bereaksi apa pun.

"Ray, lo kenapa?" Kalo ini Rasya tak lagi berlagak sok cool  dan tidak peduli. Dia sungguhan cemas dan panik. "Gue anter ke rumah sakit," lanjutnya sambil menggandeng tangan Raya tanpa menunggu persetujuan.

"Ha? Gue nggak apa-apa," jawab Raya dengan cepat. Dia tidak mau makin mengundang perhatian. 

Rasya memastikan Raya lebih dulu. Dia menyentuh dahi Raya dengan tangan yang bebas. Setelah dirasa normal, genggaman tangan itu dilepaskan perlahan sambil menepuk pelan puncak kepala gadis di depannya.

"Gue masuk duluan!" Sampai di bangkunya Raya masih berusaha tenang. Dia detik kemudian perasaannya tak terkendali.

"Don, lo bisa cubit gue?" Rasanya Raya masih belum menginjak bumi. Kakinya masih lemas, wajahnya panas, pasti Rasya melihat wajah meronanya. 

"Kalo buat lo balik lagi ke bumi, gue lakuin." Tanpa aba-aba Donna mencubit lengan Raya.

"Aaww, sakit!" Tetapi justru karena sakit itu dia disadarkan untuk kembali ke real life. 

Kejadian tadi bukan pertama kalinya, tetapi bagi Raya, hal itu susah dijelaskan. Dulu sangat heboh sampai dia jadi gosip hangat kalau sedang dekat dengan Rasya. Tapi sebelum kejadian kedua tadi, dia sudah dibicarakan buruk oleh teman-temannya. Setelah ini apa lagi? 

Rasya menyembunyikan senyum yang nyaris saja muncul. Sebisa mungkin dia menutupi perasaannya dengan wajah datar dan tak banyak bicara. Tak jelas juga kenapa dia ingin tersenyum. Berada begitu dekat dengan Raya, melihat mukanya yang merah karena salah tingkah, sangat lucu baginya.

***

"Gue duluan ya, Ray. Kalo gue telat berangkat les, habis diomelin nyokap." Donna ragu mau ninggalin Raya sendirian. Tapi dia juga tak mau kena marah lagi karena tempo hari sudah telat.

"Iya, lo pergi aja, masih banyak orang, ini. Gue juga nggak lama piketnya." Raya berusaha setenang mungkin, meskipun dia takut. Hari ini dia piket dan satu kelompok dengan Eca. Hanya Eca, sedangkan Sisi dan Tini dapat giliran hari lain.

Bukan rahasia lagi yang piket Eca, tapi fakta di lapangan dia yang main perintah sana sini. Sebenarnya ada yang lain juga, tapi mereka mana berani melawan. Mereka menganggap punya masalah sama Eca sama saja bunuh diri.

Benar saja, belum juga lima menit anak-anak yang tidak piket meninggalkan kelas, Eca berdiri di depan kelas sambil berkacak pinggang. Dia membagi tugas siapa yang menyapu, mengepel, dan membersihkan papan tulis. Harusnya total yang piket ada lima orang. Tapi hanya empat yang bekerja. Bisa ditebak, sang penyuruh hanya duduk dan mengawasi. 

"Raya, masih kotor, nih! Jorok banget masih ada kotoran main tinggal." Sisi tiba-tiba protes dari sudut belakang kelas. 

Padahal Raya sudah menyapu bagian itu dan memastikan tidak ada sampah sedikitpun. Bahkan sudah dipel juga. Tapi begitu dilihat lagi, di sana ada bungkus makanan dan berceceran di mana-mana.

"Gue udah nyapu, kok!" Raya tidak mengerti area itu bisa kotor lagi. Sudah pasti ada yang sengaja melakukan itu. 

"Lo, masih ngelak? Jelas-jelas masih kotor. Kelewatan kali tadi." Sisi langsung bergeser dan mengedikkan kepala, supaya Raya membersihkan ulang.

"Udah, kerjain aja! Biar cepet kelar, cepet pulang juga kita," bisik yang lain pada Raya.

Mau tak mau, Raya mengulang lagi. Beberapa kali Eca dan anak buahnya buat masalah dan menguras kesabaran siapapun yang ada di sana. 

"Ca, harusnya lo juga ikut beresin kelas. Hari ini lo piket dan kerjaan lo cuma main perintah. Gue dan yang lain nggak mau bersihin lagi. Lo, aja yang beresin. Toh, semua ulah anak buah lo, kan."

Raya hilang kendali, ini sudah ke sekian kali dia turuti kemauan Eca demi menghindari keributan. Supaya yang lain bisa cepat pulang. Tapi Eca malah seenak jidatnya membuat situasi jadi buruk.

"Berani ngelawan , kamu. Guys, kita apain dia? Ooh, buat yang lain, karena kalian nurut sama kita, kalian boleh pulang." 

Tiga orang langsung pulang tanpa memedulikan Raya. Padahal niat Raya melawan buat mereka juga supaya bisa pulang. Tetapi bukannya sudah biasa begitu, kadang niat baik kita belum tentu dihargai orang lain.

"Mau sok pahlawan. Badan kurus, kerempeng gini aja, sok-sokan." Eca mendorong bahu Raya hingga terhuyung ke belakang.

Raya sudah pasrah, mau lari juga tak ada kesempatan. Satu lawan tiga sudah jelas tidak seimbang.

***


 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Ich Liebe Dich
11666      1783     4     
Romance
Kevin adalah pengembara yang tersesat di gurun. Sedangkan Sofi adalah bidadari yang menghamburkan percikan air padanya. Tak ada yang membuat Kevin merasa lebih hidup daripada pertemuannya dengan Sofi. Getaran yang dia rasakan ketika menatap iris mata Sofi berbeda dengan getaran yang dulu dia rasakan dengan cinta pertamanya. Namun, segalanya berubah dalam sekejap. Kegersangan melanda Kevin lag...
Sekotor itukah Aku
402      304     4     
Romance
Dia Zahra Affianisha, Mereka memanggil nya dengan panggilan Zahra. Tak seperti namanya yang memiliki arti yang indah dan sebuah pengharapan, Zahra justru menjadi sebaliknya. Ia adalah gadis yang cantik, dengan tubuh sempurna dan kulit tubuh yang lembut menjadi perpaduan yang selalu membuat iri orang. Bahkan dengan keadaan fisik yang sempurna dan di tambah terlahir dari keluarga yang kaya sert...
Perjalanan yang Takkan Usai
332      276     1     
Romance
Untuk pertama kalinya Laila pergi mengikuti study tour. Di momen-momen yang menyenangkan itu, Laila sempat bertemu dengan teman masa kecil sekaligus orang yang ia sukai. Perasaan campur aduk tentulah ia rasakan saat menyemai cinta di tengah study tour. Apalagi ini adalah pengalaman pertama ia jatuh cinta pada seseorang. Akankah Laila dapat menyemai cinta dengan baik sembari mencari jati diri ...
When I Found You
3134      1050     3     
Romance
"Jika ada makhluk yang bertolak belakang dan kontras dengan laki-laki, itulah perempuan. Jika ada makhluk yang sanggup menaklukan hati hanya dengan sebuah senyuman, itulah perempuan." Andra Samudra sudah meyakinkan dirinya tidak akan pernah tertarik dengan Caitlin Zhefania, Perempuan yang sangat menyebalkan bahkan di saat mereka belum saling mengenal. Namun ketidak tertarikan anta...
Secret’s
4192      1351     6     
Romance
Aku sangat senang ketika naskah drama yang aku buat telah memenangkan lomba di sekolah. Dan naskah itu telah ditunjuk sebagai naskah yang akan digunakan pada acara kelulusan tahun ini, di depan wali murid dan anak-anak lainnya. Aku sering menulis diary pribadi, cerpen dan novel yang bersambung lalu memamerkannya di blog pribadiku. Anehnya, tulisan-tulisan yang aku kembangkan setelah itu justru...
INTERTWINE (Voglio Conoscerti) PART 2
3488      1082     2     
Romance
Vella Amerta—masih terperangkap dengan teka-teki surat tanpa nama yang selalu dikirim padanya. Sementara itu sebuah event antar sekolah membuatnya harus beradu akting dengan Yoshinaga Febriyan. Tanpa diduga, kehadiran sosok Irene seolah menjadi titik terang kesalahpahaman satu tahun lalu. Siapa sangka, sebuah pesta yang diadakan di Cherry&Bakery, justru telah mempertemukan Vella dengan so...
FaraDigma
798      479     1     
Romance
Digma, atlet taekwondo terbaik di sekolah, siap menghadapi segala risiko untuk membalas dendam sahabatnya. Dia rela menjadi korban bully Gery dan gengnya-dicaci maki, dihina, bahkan dipukuli di depan umum-semata-mata untuk mengumpulkan bukti kejahatan mereka. Namun, misi Digma berubah total saat Fara, gadis pemalu yang juga Ketua Patroli Keamanan Sekolah, tiba-tiba membela dia. Kekacauan tak terh...
Behind Friendship
4585      1327     9     
Romance
Lo harus siap kalau rasa sahabat ini bermetamorfosis jadi cinta. "Kalau gue cinta sama lo? Gue salah? Mencintai seseorang itu kan hak masing masing orang. Termasuk gue yang sekarang cinta sama lo," Tiga cowok most wanted dan dua cewek receh yang tergabung dalam sebuah squad bernama Squad Delight. Sudah menjadi hal biasa jika kakak kelas atau teman seangkatannya meminta nomor pon...
P.E.R.M.A.T.A
1873      933     2     
Romance
P.E.R.M.A.T.A ( pertemuan yang hanya semata ) Tulisan ini menceritakan tentang seseorang yang mendapatkan cinta sejatinya namun ketika ia sedang dalam kebahagiaan kekasihnya pergi meninggalkan dia untuk selamanya dan meninggalkan semua kenangan yang dia dan wanita itu pernah ukir bersama salah satunya buku ini .
Ghea
471      309     1     
Action
Ini tentang Ghea, Ghea dengan segala kerapuhannya, Ghea dengan harapan hidupnya, dengan dendam yang masih berkobar di dalam dadanya. Ghea memantapkan niatnya untuk mencari tahu, siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan ibunya. Penyamaran pun di lakukan, sikap dan nama palsu di gunakan, demi keamanan dia dan beserta rekan nya. Saat misi mereka hampir berhasil, siapa sangka musuh lamany...