Loading...
Logo TinLit
Read Story - A Poem For Blue Day
MENU
About Us  

AKHIRNYA, ADA DUA ORANG yang tertarik masuk klub Sastra Inggris. Hanya--syukurnya--dua orang. Semuanya adik kelas. Dua perempuan, satu laki-laki. Ini hasil yang kami dapat dari kegiatan Ekskul Fair. Aku lega, sambil tetap menghindari pemikiran bahwa semua yang kami lakukan sia-sia. Meski baru dua orang, klub ini terbukti eksis karena kedatangan mereka.

Namun, aku melirik klub-klub lain disekitar; seperti klub Padus yang bersinar, Dance & Modern Performance yang sedang hits, lalu E-Sport, Teater, Bahasa Asia, PKS, dan Jurnalistik. Semua stand klub itu memiliki kesamaan; banyak yang tertarik mampir, meski itu sekadar bertanya atau mengambil brosur dan pernak-pernik. 

Ini jelas berbeda dengan klubku. Jumlah orang yang benar-benar mampir dan mencoba pernak-pernik bisa dihitung jari. Seringnya, klubku cukup mendapat lirikan, tempat melihat-lihat sejenak atau pemberhentian sementara anak-anak sebelum berpindah ke klub sebelah. 
Maka, aku juga melirik Intellix dari kejauhan. Aku ingin tahu bagaimana suasana stand itu. Stand itu selalu ramai. Dan disisa jam terakhir ini, ada dua cowok baru saja mendaftar di sana lalu beranjak pergi seraya membawa brosur dan pernak-pernik klub itu. 

Pernak-pernik Intellix terlihat keren dan menarik. Selain bisa mencoba pengalaman seru dari produk-produk robotic yang mereka pamerkan di stand, mereka juga mendapat beberapa stiker hologram logo klub yang berubah warna di bawah cahaya, pin logam unik, keychain robot akrilik, dan semacam Lanyard ID Card, yang tampaknya terdapat kode QR, dan mengarahkan mereka ke, entah, dua cowok tadi terkagum-kagum setelah kode itu di-scan di ponsel mereka, lalu mereka lewat dihadapan stand-ku. 

Aku yakin semua itu di danai oleh Virza, atau mungkin anggota lain klub itu--yang masih dari keluarga kaya. Mengingat beberapa latar belakang anggota klub itu, aku merinding dan dadaku mendadak nyeri. Aku berpaling sebelum penyakit hatiku tambah parah.
Aku pun mengide sesuatu untuk hari esok. Masih ada hari terakhir.

"Gue tahu ini artinya harus mikirin dana lagi, tapi," aku berdehem, "Gimana kalau kita tambah cookie jar, untuk setiap anak yang mampir besok?"
Aku membicarakannya saat kami merapikan stand. Bel pelajaran ketiga akan berdering, dan Ekskul Fair di jam istirahat hari ini akan ditutup. Aku berbalik, melihat seluruh anggota klubku. Total, ada lima orang anggota setia di klub ini. 

Pertama, ada Galang. Dia adalah satu-satunya anggota cowok, paling nyentrik, dan dia semangat membahas kisah-kisah tragis yang ditulis penulis Inggris jaman dulu. Lalu ada Lena, sekretaris klub yang suka sekali menulis cerita, puisi, dan bernyanyi. Ada Utari, bendahara grup yang suka sekali dengan fashion, terutama jika kita membahas fashion era Victoria bersamanya--dan aku selalu ingat dia suka sekali Agatha Christie. Lalu ada Pricilla, yang punya hobi membaca dan menggambar, sang wakil ketua--dan hanya kami berdua yang berasal dari kelas IPA. 

Sementara itu, terakhir ada aku; aku adalah ketua klub ini. 

Selain aku dan Pricilla, mereka semua berasal dari kelas IPS. 

Tiga senior terakhir kami memutuskan menyerahkan segala urusan klub ini kepada kami berdua. Mereka sudah kelas 12. Katanya, mereka mulai sibuk fokus untuk ujian dan beasiswa. Aku tidak berpikir apapun pada awalnya, sampai desas-desus pembubaran klub ini menguar, dan Bu Melda memanggilku untuk memeriksa apa saja kegiatan dua minggu terakhir klub ini, lalu nasihatnya pun datang. 

Hari itu setelah mendengarkan Bu Melda, di perjalanan pulang aku sadar bahwa ketiga kakak kelasku sudah tidak tertarik mempertahankan klub ini. Mereka memutuskan berhenti. Dan mereka tidak berniat memberikan gagasan tentang bagaimana melestarikan klub ini kedepannya, karena sudah setuju bahwa tidak ada harapan lagi disini.

Jadi ada dua klub sastra di SMA Harmoni Cendekia. Yang pertama adalah klub Sastra Indonesia; klub buku lokal yang punya peminat lumayan. Klub mereka memang aktif dan cukup ter-notice. Mereka memiliki 16 anggota tetap. Mereka sering membahas buku-buku lokal populer, cerpen dan puisi dari penulis legendaris seperti Chairil Anwar atau Pramoedya Ananta Toer. 

Topik mereka terasa releatable untuk warga sekolah. Sesekali, mereka mengaitkan topiknya dengan isu hangat atau viral di sosial media--terutama yang berhubungan dengan keadaan negara kami--atau juga karya wattpad penulis anak bangsa yang di adaptasi menjadi film.

Intinya, pembahasan mereka kaya. Sedangkan klubku kering.

Aku perlu berhenti membandingkan. Tapi, bagaimana caranya bertahan di situasi seperti ini? Di tengah-tengah situasiku yang rumit, komentar tentang klub-ku sendiri justru muncul seperti ini; klub kumpulan anak ambisius, anak introvert kelas akut, komunitas yap-yap (yapping), kelas bedah buku penjajah, diskusi ujian IELTS dan sesi grammar-nazi

Sebagai klub sastra kedua, Sastra Inggris, tangung jawab kami memang melestarikannya; mendiskusikan buku, membedah, menulis esai dan kadang membahas karakter-karakter berpengaruh dari buku yang ditulis dengan bahasa inggris. Kadang ada sesi membaca dan menulis karya berbahasa inggris. Tapi, karena kendalanya terus dalam berbahasa inggris murni, kusaksikan orang-orang cenderung bosan, menyerah dan keluar dari klub. Terutama jika kami sedang berhadapan dengan Bu Tanti.

"Cookie jar buat menarik perhatian?" tanya Utari. Aku menangguk.

"Barangnya dari mana? Stok-nya butuh berapa?"

Aku lihat lagi semua pernak-pernik yang tersedia di meja stand klub. Ada sejumlah stiker vintage; bergambar mesin tik, pena bulu, ilustrasi notes, kutipan klasik. Ada mini booklet beirisi kumpulan puisi yang ditulis anggota dengan handwritting ala Lena, mini zine berisi cerpen, puisi, dan fun facts soal sastra. Bookmark minimalis aestetic yang di desain Pricilla, dan sticky wall berisi kumpulan kalimat puitis, quotes, cerpen serta esai karya anggota sebelum-sebelumnya yang pernah memenangkan lomba lima tahun lalu.

Tambahannya, kami membuat Mysterious Card, yang bisa diambil pengunjung secara random, berisi pesan yang diambil dari berbagai kutipan penulis terkenal. Di sudut stand, terdapat kotak surat untuk siapapun yang ingin menulis untuk diri mereka satu tahun kedepan. Kotak surat itu milik Lena. Sejauh ini, kotak surat itu yang paling menarik perhatian.

"Gue punya beberapa stok dari kafe Ayah, harus gue cek dulu. Nanti gue hitung dan kasih bill-nya ke lo, ya. Berhubung pernak-pernik kita nggak terlalu banyak, gue bakal bawa cookie-nya banyak,"

Utari mengangguk. Dan Galang, ikut bersuara,

"Gimana kalau gue juga bawa koleksi buku gue besok?" tanyanya, "Buat tambahan barang menarik di stand, sekalian kalau mau pada baca juga boleh,"

"Free reads, ya? Oke," jawabku.

Semua ide ini kuharap membuat orang-orang yang berminat masuk klub bertambah. Karena besok hari terakhir, kuharap hasil dari semua ini tidak mengecewakan. Tidak lagi membuat Bu Melda meragukan manfaat mendanai dan memfasilitasi sarana prasarana klub ini. Kami segera merapikan seluruhnya dan setelah bel berbunyi, kami kembali ke kelas masing-masing.

How do you feel about this chapter?

1 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Kala Saka Menyapa
12372      2909     4     
Romance
Dan biarlah kenangan terulang memberi ruang untuk dikenang. Sekali pun pahit. Kara memang pemilik masalah yang sungguh terlalu drama. Muda beranak begitulah tetangganya bilang. Belum lagi ayahnya yang selalu menekan, kakaknya yang berwasiat pernikahan, sampai Samella si gadis kecil yang kadang merepotkan. Kara butuh kebebasan, ingin melepas semua dramanya. Tapi semesta mempertemukannya lag...
Code: Scarlet
25823      5011     16     
Action
Kyoka Ichimiya. Gadis itu hidup dengan masa lalu yang masih misterius. Dengan kehidupannya sebagai Agen Percobaan selama 2 tahun, akhirnya dia sekarang bisa menjadi seorang gadis SMA biasa. Namun di balik penampilannya tersebut, Ichimiya selalu menyembunyikan belati di bawah roknya.
Gue Mau Hidup Lagi
443      290     2     
Short Story
Bukan kisah pilu Diandra yang dua kali gagal bercinta. Bukan kisah manisnya setelah bangkit dari patah hati. Lirik kesamping, ada sosok bernama Rima yang sibuk mencari sesosok lain. Bisakah ia hidup lagi?
What If I Die Tomorrow?
428      274     2     
Short Story
Aku tak suka hidup di dunia ini. Semua penuh basa-basi. Mereka selalu menganggap aku kasat mata, merasa aku adalah hal termenakutkan di semesta ini yang harus dijauhi. Rasa tertekan itu, sungguh membuatku ingin cepat-cepat mati. Hingga suatu hari, bayangan hitam dan kemunculan seorang pria tak dikenal yang bisa masuk begitu saja ke apartemenku membuatku pingsan, mengetahui bahwa dia adalah han...
Niscala
361      244     14     
Short Story
Namanya Hasita. Bayi yang mirna lahirkan Bulan Mei lalu. Hasita artinya tertawa, Mirna ingin ia tumbuh menjadi anak yang bahagia meskipun tidak memiliki orang tua yang lengkap. Terima kasih, bu! Sudah memberi kekuatan mirna untuk menjadi seorang ibu. Dan maaf, karena belum bisa menjadi siswa dan anak kebanggaan ibu.
Serpihan Hati
11616      1947     11     
Romance
"Jika cinta tidak ada yang tahu kapan datangnya, apa cinta juga tahu kapan ia harus pergi?" Aku tidak pernah memulainya, namun mengapa aku seolah tidak bisa mengakhirinya. Sekuat tenaga aku berusaha untuk melenyapkan tentangnya tapi tidak kunjung hialng dari memoriku. Sampai aku tersadar jika aku hanya membuang waktu, karena cinta dan cita yang menjadi penyesalan terindah dan keba...
Sunset in February
989      548     6     
Romance
Februari identik dengan sebutan bulan kasih sayang. Tapi bagi Retta februari itu sarkas, Februari banyak memberikan perpisahan untuk dirinya. Retta berharap, lewat matahari yang tenggelam tepat pada hari ke-28, ia dapat melupakan semuanya: cinta, Rasa sakit, dan hal buruk lain yang menggema di relung hatinya.
CHERRY & BAKERY (PART 1)
4325      1167     2     
Romance
Vella Amerta—pindah ke Jakarta sebagai siswi SMA 45. Tanpa ia duga kehidupannya menjadi rumit sejak awal semester di tahun keduanya. Setiap hari dia harus bertemu dengan Yoshinaga Febriyan alias Aga. Tidak disangka, cowok cuek yang juga saingan abadinya sejak jaman SMP itu justru menjadi tetangga barunya. Kehidupan Vella semakin kompleks saat Indra mengajaknya untuk mengikuti les membuat cu...
ALMOND
1144      656     1     
Fan Fiction
"Kamu tahu kenapa aku suka almond?" Anara Azalea menikmati potongan kacang almond ditangannya. "Almond itu bagian penting dalam tubuh kita. Bukan kacang almondnya, tapi bagian di otak kita yang berbentuk mirip almond." lanjut Nara. "itu amygdala, Ra." Ucap Cio. "Aku lebih suka panggilnya Almond." Nara tersenyum. "Biar aku bisa inget kalau Almond adalah rasa yang paling aku suka di dunia." Nara ...
Dessert
1071      561     2     
Romance
Bagi Daisy perselingkuhan adalah kesalahan mutlak tak termaafkan. Dia mengutuk siapapun yang melakukannya. Termasuk jika kekasihnya Rama melakukan penghianatan. Namun dia tidak pernah menyadari bahwa sang editor yang lugas dan pandai berteman justru berpotensi merusak hubungannya. Bagaimana jika sebuah penghianatan tanpa Daisy sadari sedang dia lakukan. Apakah hubungannya dengan Rama akan terus b...