***
Semua orang langsung berjalan melihat siapa yang berada di gerbong kelima. Kasih mendapati bapak berbaju batik yang baik hati itu berada di gerbong kelima. Ia sangat senang. Juga seorang bapak yang duduk di samping Rose perut yang bucit kemeja dan blazer sedang duduk di kursi dalam keadaan tidur. Ia mengorok dengan kepala menghadap ke atas mulut terbuka.
Julian langsung menyalami bapak berbaju batik. "Bertemu lagi kita, Pak," ujar Julian dengan senyuman hangat.
"Kenalkan ini dengan Bapak Tulus, beliau duduk di samping saya di kereta. Oh iya dan beliau seorang polisi," Julian dengan bangga mengenalkan bapak berbaju batik itu.
"Salam kenal bapak-bapak, ibu dan mbak semuanya. Kalau ada yang butuh bantuan bisa bilang dan datang langsung ke saya," kata Tulus dengan penuh keyakinan.
"Oke, Pak," balas Kasih.
"Kenalkan juga dengan bapak yang sedang tidur itu namanya Pak Hakim. Katanya ia sedang ngantuk jadi tidak mau diganggu," tambah Tulus. Semua orang menatap Hakim tapi tidak ada yang tertarik dengan bapak perut buncit itu.
"Baiklah, karena semua orang sudah lengkap sepuluh orang dan kita berada di gerbong terakhir," kata Julian melihat ke gerbong kereta yang hanya terdapat jendela besar dari kaca di belakang. Tidak ada pintu.
"Bagaimana kalau kita saling menceritakan diri kita satu sama lain?"
Dori mengangkat tangan menyela, "Apakah itu penting? Aku pikir sekarang bukan saatnya. Karena yang lebih penting, sekarang kita berada di mana? Bagaimana kita keluar dari sini? Bagaimana aku bisa pulang?" Dori menggeram mengangkat kedua tangan mencari jawaban. Tidak sabar.
"Oke, Baiklah. Membahas kondisi kita sekarang lebih penting." Julian mengalah dan menuruti Dori.
"Dari yang kita lihat, kita berada di kereta yang lumayan tua karena terbuat dari kayu juga ketinggalan jaman. Bentuknya seperti krl buat perjalanan jarak pendek bukan perjalanan jauh. Berarti kereta ini berbeda dengan yang kita naiki tadi," kata Julian.
"Lalu, bagaimana kita bisa pindah ke sini?" tanya Bright.
"Kita tidak pindah tapi dipindahkan," ucap Tulus.
"Oleh siapa?" tanya Rose.
"Tidak tahu. Tapi, satu hal yang pasti. Ini bukan kereta biasa tapi kereta ghaib. Dilihat dari bentuknya yang sangat ketinggalan jaman. Tidak ada teknologi atau tulisan sama sekali. Kosong. Dan dari jendela kita tidak bisa melihat kondisi di luar seperti apa. Seolah kita berada di kegelapan yang tidak ada habis-habisnya. Cuman ada lampu yang menerangi," tambah Tulus.
Semua orang bergidik merinding. Menatap lampu kuning panjang di atas yang remang-remang.
"Kalau boleh tanya sebenarnya kita masih hidup atau tidak?" Kasih melontarkan pertanyaan yang membuat semua orang berpikir.
Semua orang berpandangan tetapi tidak ada satu pun yang memiliki jawaban.
Julian berdehem berpikir keras, "Menurut pengamatan saya kita semua berada di gerbong satu, benar?"
Semua orang mengangguk setuju.
"Dan tempat duduk kita berada di tengah berdekatan. Tidak ada dari kita yang duduk di bagian paling depan atau bagian paling belakang. Berarti ada dua kemungkinan baik dan buruk."
"Yang baik dulu," pungkas Rose matanya berbinar.
"Kemungkinan baik kita masih selamat dan hidup. Kenapa? Karena penumpang yang duduk paling depan tidak ada bersama kita berarti mereka tidak selamat."
Semua orang terdiam.
"Kemungkinan buruknya?" tanya Kasih dengan tangan gemetar.
"Kita selamat tapi tidak hidup juga tidak mati. Kata lainnya kita di ambang antara mati dan hidup."
Semua orang memaku menelan ludah yang tidak pahit. Semua indera perasa mereka seolah hilang. Tidak ada yang membantah perkataan Julian. Cahaya yang berbinar di mata mereka pun redup. Harapan yang tumbuh pun pupus.
"Tenang! Kita masih ada kemungkinan selamat dan kembali," kata Saif. Perkataannya seolah memiliki kekuatan memunculkan harapan.
"Bagaimana caranya?" tanya Madam lemak di bawah matanya semakin bengkak karena kesedihan. Meminta jalan keluar.
"Kalau itu maaf saya tidak tahu," tutur Saif merunduk.
"Kita cuman bisa menunggu. Mungkin nanti ada jalan keluar buat kita." Bright mengeluarkan pendapat dan membuat mereka sadar kalau pilihan terakhir mereka cuman pasrah dan berdoa pada takdir yang terbaik.
***