Loading...
Logo TinLit
Read Story - Liera and friends
MENU
About Us  

Setibanya di Kampung Inggris, Liera merasa seolah-olah ia kembali ke masa lalu. Ia mengunjungi warung kopi tempat ia dan Mr. William sering menghabiskan waktu bersama, taman tempat mereka sering berbicara, dan tempat-tempat lain yang menyimpan kenangan indah. Ia bertanya kepada orang-orang yang ia temui, tetapi tidak ada yang tahu di mana Mr. William berada. Beberapa orang mengatakan bahwa ia telah pindah, sementara yang lain mengatakan bahwa ia mungkin mengajar di tempat lain.

Liera merasa kecewa, tetapi ia tidak menyerah. Ia terus mencari, berharap bisa menemukan Mr. William sebelum pameran seninya dimulai.

 

Suatu sore, saat Liera sedang duduk di taman, ia melihat seorang pria yang tampak familiar sedang duduk di bangku taman. Ia mendekati pria itu, dan jantungnya berdebar kencang saat ia menyadari bahwa itu adalah Mr. William.

 

"Mr. William?" panggil Liera, dengan suara bergetar.

 

Mr. William menoleh, dan matanya berbinar melihat Liera. "Liera?" katanya, dengan senyum lebar.

 

Mereka berdua berpelukan erat, melepaskan kerinduan yang telah mereka rasakan selama ini. Liera merasa sangat bahagia bisa bertemu kembali dengan gurunya itu.

 

"Saya sangat merindukan Anda, Mr. William," kata Liera, dengan mata berkaca-kaca.

 

"Aku juga merindukanmu, Liera," kata Mr. William. Mr William melihat penampilan liera yang terlihat lebih dewasa" kamu kelihatan lebih dewasa, aku sangat bangga dengan perubahan mu."

 

Liera menceritakan tentang pameran seninya, dan ia mengundang Mr. William untuk hadir. Mr. William merasa terharu dan berjanji akan datang.

 

"Ini akan menjadi reuni yang luar biasa," kata Liera, dengan senyum bahagia.

 

Hari yang dinanti-nantikan pun tiba. Pameran seni Liera digelar dengan meriah. Teman-teman Liera telah hadir, kecuali Mr. William. Liera merasa cemas, takut gurunya itu tidak bisa datang. Ia melihat teman-temannya berkumpul, Indah menggendong bayinya yang berusia empat bulan, Kai berdiri di sampingnya, Chloe dan Ryan yang baru saja menikah tampak bahagia, dan Evan yang baru tiba dengan pakaian kerjanya yang rapi. Sayangnya, elara dan Leo tidak bisa hadir karena sedang berada di Amerika Serikat.

 

Tepat saat Liera hendak membuka acara, Mr. William muncul. Ia bergabung dengan teman-teman Liera, menatap Liera dengan bangga. Liera merasa sangat bahagia, akhirnya orang yang ia tunggu-tunggu datang juga. Dengan senyum lebar, Liera membuka acara pameran seninya. Ia menjelaskan makna di balik setiap lukisan, menceritakan kisah-kisah yang menginspirasinya, dan terutama, kisah perjalanannya di Kampung Inggris, Pare.

 

 

"Selamat malam, teman-teman, keluarga, dan para pecinta seni yang hadir malam ini," kata Liera, dengan senyum cerah, menatap para tamu yang hadir. "Malam ini adalah malam yang sangat istimewa bagi saya. Malam ini, saya ingin berbagi kisah saya melalui lukisan-lukisan yang ada di hadapan kita semua."

 

Liera menghela napas sejenak, menatap setiap lukisan dengan tatapan penuh makna.

 "Setiap goresan kuas, setiap warna yang saya pilih, adalah bagian dari perjalanan hidup saya. Sebuah perjalanan yang dimulai di sebuah tempat yang sangat istimewa, Kampung Inggris, Pare."

 

"Kampung Inggris bukan hanya tempat saya belajar bahasa Inggris," lanjut Liera, dengan suara bergetar. "Di sana, saya menemukan persahabatan sejati, cinta yang tulus, dan impian yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya. Di sana, saya bertemu dengan orang-orang yang mengubah hidup saya, orang-orang yang menginspirasi saya untuk menjadi diri saya yang sekarang."

 

Liera menunjuk ke salah satu lukisannya, sebuah lukisan yang menggambarkan suasana hangat di sebuah warung kopi. "Lukisan ini adalah tentang persahabatan," katanya. "Tentang teman-teman yang selalu ada di samping saya, dalam suka maupun duka. Tentang canda tawa, air mata, dan kenangan indah yang kami ciptakan bersama."

 

Ia kemudian menunjuk ke lukisan lain, sebuah lukisan yang menggambarkan seorang pria paruh baya sedang duduk di bangku taman.

 

 "Lukisan ini adalah tentang seorang guru, seorang mentor, seorang sahabat," katanya, menatap Mr. William dengan mata

 berkaca-kaca.

 

"Mr. William, Anda bukan hanya mengajari saya bahasa Inggris, tetapi Anda juga mengajari saya tentang arti kehidupan, tentang keberanian, dan tentang cinta. Terima kasih, Mr. William, atas semua yang telah Anda berikan kepada saya."

 

Liera melanjutkan, menceritakan tentang setiap lukisan, tentang setiap kisah yang ada di baliknya. Ia menceritakan tentang impian-impiannya, tentang perjuangannya, dan tentang kebahagiaan yang ia rasakan saat ini.

 

"Pameran ini bukan hanya tentang saya," kata Liera, dengan suara penuh semangat. "Ini tentang kita semua. Tentang persahabatan, cinta, dan impian. Tentang keberanian untuk mengejar apa yang kita inginkan, tentang kekuatan untuk bangkit dari kegagalan, dan tentang kebahagiaan yang bisa kita temukan dalam setiap momen kehidupan."

 

"Saya berharap, lukisan-lukisan ini bisa menginspirasi kalian semua," lanjut Liera. "Untuk tidak pernah menyerah pada impian kalian, untuk selalu menghargai persahabatan, dan untuk selalu mencintai diri kalian sendiri."

 

"Terima kasih telah hadir malam ini," kata Liera, dengan senyum lebar. "Selamat menikmati pameran seni 'Kisahku di Kampung Inggris'."

 

 

Setelah Liera selesai berbicara, teman-temannya memberikan tepuk tangan meriah. Mereka merasa bangga dengan Liera, dan mereka bahagia bisa menjadi bagian dari kisah hidupnya. Terutama Mr. William yang dari tadi tidak berhenti tersenyum, merasa terharu dengan kata-kata Liera. Ia merasa bangga dengan pencapaian liera.

 

Pameran seni Liera pun sukses besar. Orang-orang yang hadir terpesona dengan lukisan-lukisan Liera, dan mereka terinspirasi oleh kisah hidupnya. Liera merasa bahagia dan puas, karena ia telah berhasil mewujudkan impiannya, dan ia telah berbagi kebahagiaannya dengan orang-orang yang ia cintai.

 

Setelah pameran seni Liera berakhir dengan sukses, mereka semua menuju restoran untuk makan malam bersama. Liera memperkenalkan orang tuanya kepada teman-temannya, dan mereka semua saling bercakap-cakap dengan hangat. Suasana penuh kebahagiaan menyelimuti mereka.

 

Tiba-tiba, seorang pelayan datang membawa buket bunga yang sangat besar dan indah. Mr. William berdiri dari kursinya, mengambil buket bunga itu, dan merogoh sakunya. Ia berlutut di samping kursi Liera, membuka kotak kecil berisi cincin berlian yang berkilauan.

 

"Liera," kata Mr. William, dengan suara lembut namun tegas, "sejak pertama kali kita bertemu, aku tahu kamu adalah orang yang istimewa. Kamu adalah murid yang cerdas, teman yang setia, dan wanita yang luar biasa. Aku jatuh cinta padamu, Liera. Maukah kamu menikah denganku?"

 

Mr. William juga menoleh kepada orang tua Liera. "Saya juga meminta izin kepada orang tua Liera, untuk menjadikan Liera bagian dari hidup saya."

 

Semua orang di restoran itu terkejut dengan lamaran Mr. William. Mereka tidak menyangka guru Liera akan melamarnya di depan umum. Bahkan orang tua Liera pun terkejut, namun mereka tersenyum melihat kebahagiaan di mata putri mereka.

 

Liera terdiam, air mata menggenang di matanya. Ia tidak menyangka Mr. William akan melamarnya. Ia menatap wajah Mr. William, melihat ketulusan dan cinta di matanya. Ia kemudian menoleh ke arah orang tuanya, mencari persetujuan. Orang tua Liera mengangguk, memberikan senyum hangat kepada putri mereka. Mereka tahu, Mr. William adalah pria yang baik dan mencintai Liera dengan tulus.

 

Liera mengangguk, mengiyakan lamaran Mr. William. "Ya, Mr. William," katanya, dengan suara bergetar. "Aku mau menikah denganmu."

 

Mr. William tersenyum lebar, memasangkan cincin di jari manis Liera. Mereka berdua berpelukan erat, merasakan kebahagiaan yang tak terhingga. Teman-teman Liera bersorak gembira, memberikan selamat kepada pasangan yang baru bertunangan itu. Mereka semua merasa bahagia untuk Liera dan Mr. William.

 

Malam itu, mereka merayakan pertunangan Liera dan Mr. William dengan makan malam yang meriah. Mereka semua merasa bahagia dan bersyukur atas kebersamaan dan cinta yang mereka miliki.

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • laven

    Annyeong 👋

    Comment on chapter POV William
Similar Tags
love is poem
1660      980     4     
Romance
Di semesta ini yang membuat bahagia itu hanya bunda, dan Artala launa, sama kaki ini bisa memijak di atas gunung. ~ ketika kamu mencintai seseorang dengan perasaan yang sungguh Cintamu akan abadi.
FaraDigma
1629      769     1     
Romance
Digma, atlet taekwondo terbaik di sekolah, siap menghadapi segala risiko untuk membalas dendam sahabatnya. Dia rela menjadi korban bully Gery dan gengnya-dicaci maki, dihina, bahkan dipukuli di depan umum-semata-mata untuk mengumpulkan bukti kejahatan mereka. Namun, misi Digma berubah total saat Fara, gadis pemalu yang juga Ketua Patroli Keamanan Sekolah, tiba-tiba membela dia. Kekacauan tak terh...
Dream Of Youth
755      493     0     
Short Story
Cerpen ini berisikan tentang cerita seorang Pria yang bernama Roy yang ingin membahagiakan kedua orangtuanya untuk mengejar mimpinya Roy tidak pernah menyerah untuk mengejar cita cita dan mimpinya walaupun mimpi yang diraih itu susah dan setiap Roy berbuat baik pasti ada banyak masalah yang dia lalui di kehidupannya tetapi dia tidak pernah menyerah,Dia juga mengalami masalah dengan chelsea didala...
Smitten With You
13496      2347     10     
Romance
He loved her in discreet… But she’s tired of deceit… They have been best friends since grade school, and never parted ways ever since. Everything appears A-OK from the outside, the two are contended and secure with each other. But it is not as apparent in truth; all is not okay-At least for the boy. He’s been obscuring a hefty secret. But, she’s all but secrets with him.
Bittersweet Memories
65      65     1     
Mystery
Sejak kecil, Aksa selalu berbagi segalanya dengan Arka. Tawa, rahasia, bahkan bisikan di benaknya. Hanya Aksa yang bisa melihat dan merasakan kehadirannya yang begitu nyata. Arka adalah kembarannya yang tak kasatmata, sahabat sekaligus bayangan yang selalu mengikuti. Namun, realitas Aksa mulai retak. Ingatan-ingatan kabur, tindakan-tindakan di luar kendali, dan mimpi-mimpi aneh yang terasa lebih...
pat malone
4788      1375     1     
Romance
there is many people around me but why i feel pat malone ?
Rêver
7318      1989     1     
Fan Fiction
You're invited to: Maison de rve Maison de rve Rumah mimpi. Semua orang punya impian, tetapi tidak semua orang berusaha untuk menggapainya. Di sini, adalah tempat yang berisi orang-orang yang punya banyak mimpi. Yang tidak hanya berangan tanpa bergerak. Di sini, kamu boleh menangis, kamu boleh terjatuh, tapi kamu tidak boleh diam. Karena diam berarti kalah. Kalah karena sudah melepas mi...
Secarik Puisi, Gadis Senja dan Arti Cinta
1225      819     2     
Short Story
Sebuah kisah yang bermula dari suatu senja hingga menumbuhkan sebuah romansa. Seta dan Shabrina
Bersua di Ayat 30 An-Nur
950      469     3     
Romance
Perjalanan hidup seorang wanita muslimah yang penuh liku-liku tantangan hidup yang tidak tahu kapan berakhir. Beberapa kali keimanannya di uji ketaqwaannya berdiri diantara kedengkian. Angin panas yang memaksa membuka kain cadarnya. Bagaimana jika seorang muslimah seperti Hawna yang sangat menjaga kehormatanya bertemu dengan pria seperti David yang notabenenya nakal, pemabuk, pezina, dan jauh...
Untold
1384      644     4     
Science Fiction
Tujuh tahun lalu. Tanpa belas kasih, pun tanpa rasa kemanusiaan yang terlampir, sukses membuat seorang dokter melakukan percobaan gila. Obsesinya pada syaraf manusia, menjadikannya seseorang yang berani melakukan transplantasi kepala pada bocah berumur sembilan tahun. Transplantasi dinyatakan berhasil. Namun insiden kecil menghantamnya, membuatnya kemudian menyesali keputusan yang ia lakukan. Imp...