Satu Minggu setelah hari kelulusan, mereka dalam mode perang dingin lebih tepatnya Reno kecewa terhadap Lita. Dan malam ini Lita mengajak Reno bertemu di taman biasanya, taman dengan banyak bunga lavender. Lita dan Reno duduk bersebelahan di bangku taman, tempat mereka dulu sering menghabiskan waktu bersama. Suasana malam ini terasa berbeda, lebih dingin dan sunyi. Keduanya terdiam cukup lama, sebelum akhirnya Lita membuka suara.
"Ren," panggil Lita lirih.
Reno menoleh, menatap Lita dengan tatapan penuh cinta dan sedikit kekhawatiran. "Iya, sayang?"
Lita menarik napas dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Kita... kita harus putus, Ren."
Reno terkejut mendengar perkataan Lita. Matanya membulat, dan raut wajahnya berubah menjadi sedih. "Apa? Kenapa, ta? Kenapa tiba-tiba?"
"Aku tahu ini berat buat kamu, Ren. Tapi aku rasa ini yang terbaik untuk kita," jawab Lita dengan suara bergetar.
"Terbaik? Maksud kamu apa? Aku nggak ngerti," ujar Reno dengan nada sedikit meninggi.
"Kita perlu fokus sama mimpi kita masing-masing, Ren. Aku dengan kuliah di Amerika, dan kamu dengan arsitektur impian kamu. Kita udah nggak punya waktu lagi buat berdua," jelas Lita.
"Tapi kita bisa LDR, ta. Banyak pasangan yang berhasil menjalani hubungan jarak jauh," bantah Reno.
"Aku nggak yakin, Ren. Aku nggak mau kita saling tersiksa karena rindu. Aku mau kita fokus meraih mimpi kita tanpa beban." kata Lita dengan tegas.
Reno terdiam, mencerna kata-kata Lita. Ia tahu Lita benar, tapi ia tidak rela melepaskan wanita yang sangat dicintainya.
"Aku nggak mau putus sama kamu, ta." ujar Reno dengan suara lirih.
"Aku juga nggak mau, Ren. Tapi aku mohon, mengerti aku." pinta Lita dengan air mata yang mulai menetes.
Reno menghela napas pasrah. Ia tahu, Lita tidak bisa diubah pikirannya.
"Baiklah, Lit. Kalau itu yang kamu mau, aku terima," kata Reno akhirnya, dengan berat hati.
Lita menatap Reno dengan tatapan penuh terima kasih. "Makasih, Ren. Aku tahu kamu pasti ngerti," ujarnya sambil mengulurkan tangannya.
Reno meraih tangan Lita, menggenggamnya erat. "Aku akan selalu sayang sama kamu ta" ucapnya dengan suara serak.
"Aku juga akan selalu sayang sama kamu, Ren," balas Lita.
Keduanya berpelukan erat, air mata mereka berdua tumpah. Mereka tahu, ini adalah perpisahan yang berat, tapi mereka juga percaya bahwa ini adalah jalan yang terbaik untuk mereka berdua.