POV Reno
Hari ini kantin sekolah terasa lebih ramai dari biasanya. Aku dan Lita baru saja resmi berpacaran, dan teman-teman kami sudah tidak sabar untuk "menginterogasi" kami. Aku menggandeng tangan Lita erat, merasa bangga dan bahagia.
"Woi, pengantin baru! Kapan jadian nih?" celetuk Dimas, teman dekatku, sambil menyenggol bahuku.
"Tau nih, diem-diem pacaran aja!" timpal Andika sambil tertawa.
Lita hanya tersenyum malu-malu, pipinya sedikit merona. Aku merangkulnya, menunjukkan bahwa dia adalah milikku.
"Kalian ini, berisik banget!" kataku sambil tertawa. "Tapi, emang bener kok, kita udah jadian."
"Cieee, akhirnya!" sorak Dinda, teman Lita, sambil berpelukan dengan Lita.
"Selamat ya, Lita! Akhirnya kamu nggak jomblo lagi," kata Rina, teman Lita yang lain, sambil tersenyum.
"Makasih ya, teman-teman," ucap Lita dengan wajah berseri-seri.
"Tapi, kita belum selesai nih," kata Dimas sambil menyeringai. "Kita mau tanya-tanya dulu nih, boleh kan?"
"Boleh aja," jawabku santai.
"Oke, pertanyaan pertama," kata Dimas.
"Siapa yang nembak duluan?"
Aku dan Lita saling pandang, lalu tertawa.
"Gue duluan," jawabku.
"Cieee, romantisnya!" goda Andika.
"Pertanyaan kedua," kata Rina. "Kalian udah pernah ciuman belum?"
Aku dan Lita terkejut mendengar pertanyaan Rina. Wajah Lita langsung memerah padam.
"Rina!" tegur Dinda.
"Apaan sih, Din? Orang cuma nanya doang," balas Rina.
Aku dan Lita hanya bisa menggeleng gelengkan kepala. Pertanyaan teman-teman kami memang kadang-kadang di luar batas.
"Udah, udah, jangan ganggu mereka lagi," kata Dinda. "Kalian ini, kayak nggak pernah muda aja."
"Iya nih, kasihan Lita sama Reno," timpal Rina
.
"Oke deh, kita udahan dulu," kata Dimas.
"Tapi, inget ya, kita selalu ada buat kalian. Kalau ada apa-apa, cerita aja sama kita."
"Iya, makasih ya, teman-teman," ucapku dan Lita serentak.
Setelah itu, kami melanjutkan makan siang dengan tenang. Aku dan Lita saling berpandangan, merasa bahagia dan bersyukur. Kami tahu, kami tidak sendiri. Kami punya teman-teman yang selalu mendukung kami.
"Aku sayang kamu, Lita," bisikku di telinga Lita.
"Aku juga sayang kamu, Reno," balas Lita sambil tersenyum.
Aku menggenggam tangan Lita erat, berjanji dalam hati akan selalu menjaga dan melindunginya. Aku tahu, hubungan kami tidak akan selalu berjalan mulus. Pasti akan ada rintangan dan cobaan yang menghadang. Tapi, aku percaya, cinta kami akan mampu melawan segala rintangan.
Kafe
Reno mengajak Siska bertemu di kafe ga jauh dari rumah Siska. Reno ingin menanyakan alasan Siska berbohong kepada Lita.
"Sis, gue mau ngomong sesuatu. " Reno mengucapkan dengan nada yang serius.
"Apaan, Ren? " Siska menanyakan dengan wajah yang sedikit canggung.
"Kenapa lo bohong ke Lita? " Reno menanyakan dengan wajah yang penuh harapan.
Siska terdiam sejenak. Siska mencoba menahan air matanya.Siska mengambil napas dalam-dalam dan mencoba untuk tegar.
"Aku ... " Siska mencoba menjawab dengan wajah yang sedikit merah.
"Katakan jujur, Sis. " Reno mengucapkan dengan nada yang lembut.
"Aku ... aku cinta sama kamu, Ren. " Siska menjawab dengan wajah yang penuh harapan.
Reno terdiam sejenak.
"Sis, gue ... gue nggak bisa balas perasaan lo. " Reno menjawab dengan wajah yang sedikit canggung.
"Kenapa? " Siska menanyakan dengan wajah yang sedikit kecewa.
"Gue ... gue cuma cinta sama Lita. " Reno menjawab dengan wajah yang penuh harapan.
Siska merasa sedih mendengar pengakuan Reno. Siska mencoba menahan tangisannya.
"Aku ... aku nggak nyangka kalau kamu nggak bisa balas perasaan aku. " Siska menjawab dengan wajah yang sedikit sedih.
Siska mengelap air matanya dan mencoba untuk tersenyum.
"Gak papa, Ren. Aku ngerti. " Siska menjawab dengan wajah yang sedikit canggung.
"Maaf, Sis. Gue ... gue nggak bermaksud buat nyakitin lo." Reno menjawab dengan wajah yang penuh harapan.
"Aku nggak papa. " Siska menjawab dengan wajah yang sedikit canggung.
"Kita tetep temen kan? " Reno menanyakan dengan wajah yang penuh harapan.
"Iya, dong. " Siska menjawab dengan wajah yang ceria. "Aku senang bisa ketemu kamu lagi. "
Reno merasa lega karena Siska mau tetap berteman.
"Aku juga senang, Sis. " Reno menjawab dengan wajah yang ceria. Sambil tersenyum hangat