Lita masih terpaku memandang Reno yang sedang sibuk mengatur alat musik di panggung. Dia masih merasa takjub dengan keberanian dan semangat Reno yang menular. Rani mencubit lengan Lita dengan lembut.
"Ta, kamu kok bengong sih? Ntar Dinda marah kamu nggak dukung dia lomba dance." Rani mencoba menarik perhatian Lita dengan nada bercanda.
"Hehe, iya. Gue lagi mikirin Lomba Dance. Pengen liat Dinda nari," ucap Lita sambil tersenyum kecut. Jujur, pikiran Lita masih tertuju pada Reno. Dia belum bisa menyingkirkan rasa suka yang tiba-tiba muncul itu.
"Kamu lagi lihatin Reno, kan? Ketauan, ta!" ucap Rani dengan senyum nakal.
"Ih, ga kok mana ada"
" Halah boong aku liat ya kamu dari tadi lihatin Reno terus, kalo suka bilang" ucap Rani
"Ih, jangan ngomong gitu, Ran. Masa gue suka sama Reno sih?" Lita mencoba menyangkal perasaannya, tapi pipinya sudah merah merah.
" Ya emang kenapa kalo kamu suka sama Reno"Tanya Rani
" Yah kan gue dari dulu belum pernah suka sama cowok, ran" jawab lita
" Gapapa kali kalo kamu suka sama Reno, dia anak nya baik kok, peduli sesama, dan yang jadi ketua panitia kan dia, liat aja seniat apa dia buat acaranya sampe semeriah ini"jelas Rani panjang.
Lita terdiam, wajahnya memerah. Jujur, hati Lita berdebar kencang saat Rani mengungkapkan kebaikan Reno. Lita memikirkan kata-kata Rani tentang kepedulian Reno dan semangat Reno dalam menjalankan tugasnya.
"Hm.. ya sih. Dia kelihatan baik dan rajin. Gue juga seneng liat dia ngatur acara ini sampe semeriah ini." Lita mencoba menjawab dengan nada yang santai, meskipun dalam hatinya, dia mengakui bahwa dia terkesan dengan kepribadian Reno.
"Nah, kan. Emang siapa yang nggak suka sama cowok yang baik dan rajin kayak Reno? Siapa tau nanti bisa jadi pacar, kamu ta!" Rani berkata dengan suara yang lucu.
Lita menggeleng kepala, tapi dia merasa pipinya makin merah. "Ah, nggak lah, Ran. Ini itu mungkin cuman rasa ka..gum aja." Lita mencoba menyangkal perasaannya dengan nada yang sedikit terkejut.
"Yaudalah terserah kamu, ta."
Namun, saat Dinda mulai menari di panggung, Lita menarik napas dalam-dalam. Dia mencoba menghilangkan pikirannya tentang Reno. Lita berusaha fokus pada Dinda dan menunjukkan dukungan padanya. Lita bersorak-sorak dengan semangat saat Dinda menunjukkan gerakan tari yang luar biasa. Rani juga ikut bersorak dan bertepuk tangan dengan hebat.
Setelah Dinda selesai dia langsung menghampiri teman temannya
Dinda datang mendekati mereka dengan napas yang ngos-ngosan.
"Huft.. Huft.. Capek banget nari. Tapi, seneng sih, Lita. Lu nggak ngerasa bangga jadi teman gue?" Dinda mencoba menarik perhatian Lita dengan wajah yang canggung dan semangat yang menurun.
"Eh, Dinda. Lu keren banget, Din! Nari lu menarik perhatian semua orang!" Lita menunjukkan kebaikan hatinya dengan mencoba menenangkan Dinda dengan senyum yang tulus.
"Iya, Din. Kamu hebat banget! Tarian kamu keren dan bersemangat," ucap Rani dengan suara yang gembira. Dinda terlihat lebih ceria dengan pujian dari teman-temannya.
Lita mencoba menghilangkan perasaannya pada Reno dengan fokus pada Dinda. Lita mengalihkan perhatiannya dengan menanyakan tentang lomba tari yang baru saja diselesaikan Dinda.
"Din, bagus banget tarian lu! Kapan lagi nari? Gue pengen lihat lagi." Lita mencoba menunjukkan kebaikan hatinya dan menghibur Dinda dengan wajah yang ceria.
"Eh, iya, sih. Gue lagi ikut kursus dance di luar sekolah. Nanti kalo udah ada peragaan lagi, gue bakal ajak kalian nonton" Dinda menjawab dengan suara yang gembira.
Namun, Lita masih merasa ada sesuatu yang kurang. Dia terus mengingat Reno dan perasaan yang muncul di hatinya. Lita merasa bingung dan takut untuk menghadapi perasaannya. Lita mencoba mengingkari perasaannya itu dengan berkata pada dirinya sendiri, "Ini hanya kagum saja, kok. Gue tidak mungkin jatuh cinta pada Reno!"