Loading...
Logo TinLit
Read Story - Nona Tak Terlihat
MENU
About Us  

Ada seorang gadis duduk di ujung ruang kelas dengan kedua tangannya melipat memegang siku saling bersedekap. Matanya yang sayu menatap jauh ke luar jendela, dia duduk tenang dengan menikmati lamunannya, bahkan keramaian di kelas sama sekali tak mengusiknya. Dia selalu sendiri tak ada teman disampingnya, kesepian yang selalu datang kian membunuhnya. Keberadaannya hampir saja tak disadari oleh temannya padahal dia selalu berada di kerumunan, hanya saja dia tak pernah terlihat di mata temannya. Hingga suatu saat, ada salah satu teman kelasnya yang menghampirinya. Bella, nama temannya.

“Hei,  Na..na.. siapa namamu?” sapa Bella sambil menepuk bahunya.

“Naysla, namaku Naysla.” sahutnya yang langsung terbangun dari lamunan.

“Ohya, ya itu, maksudku Na..Naysla, kenapa kau masih disini? Lihat teman-teman sudah menuju lapangan basket. Sekarang kelas kita tanding kau tak ingin pergi kesana?” ujar Bella.

“Oh oh iya, iya aku akan kesana.” jawab Naysla terbata-bata.

            Naysla sungguh senang ada seorang teman yang mengajaknya bicara. Naysla segera menyusul Bella menuju keluar kelas. Secepat Bella dan teman-temannya pergi secepat itu pula Naysla menyusul dari belakangnya. Selalu begitu, Naysla berjalan diantara teman-temannya di barisan paling belakang dan berjalan sendiri. Sesampainya di tempat duduk tribun penonton, Bella dan teman-temannya segera menempati tempat duduk dan terlihat asyik mengobrol. Naysla pun duduk di belakang mereka dan ikut mendengarkan perbincangannya.

“Eh, teman-teman kita pindah ke depan yuk, ada yang masih kosong.” sahut salah satu temannya.

Mereka semua bergegas pindah ke tribun yang paling depan. Naysla pun memberanikan diri berbicara dengan Bella sebelum Bella bangun untuk pindah.

“Bella, aku boleh ikut duduk di depan juga?” tanya Naysla.

“Na..Na..” jawab Bella terbata-bata yang tak hafal namanya.

“Naysla, namaku Naysla, Bella.” sahut Naysla.

“Oh iya, Naysla. Kau bersama kami disini? Sejak kapan? ” sahut Bella.

“Aku dari tadi…” ucapan Nasyla terpotong.

“Ohya, aku duluan ya, di depan hanya cukup untuk aku dan mereka, bye.” Bella bergegas pergi meninggalkan Naysla tanpa menyelesaikan pembicarannya.

            Di tribun penonton paling belakang, Naysla duduk sendiri menikmati pertandingan basket. Tak disadari sampai akhir pertandingan dia memandangi seseorang yang sedang ikut tanding dari kejauhan. Keesokan harinya di taman, Naysla makan seorang diri. Saat kerumunan lewat dia memberanikan diri untuk tersenyum berharap mereka membalas senyumnya atau sekedar menyapanya. Namun, tak ada yang menghiraukannya. Beberapa menit kemudian dia menuju ke perpustakaan, sesampainya disana terlihat sudah banyak yang memenuhi tempat itu, tak terkecuali Bella dan teman-temannya. Ketika mengetahui  disana ada Bella, Naysla segera menghampirinya. Namun, Naysla tak bisa temukan cara untuk berbincang dengannya, dia terus menyembunyikan diri. Ketika sekerumunan lewat dihadapannya, dia akan pura-pura sibuk. Naysla pun mencoba lagi menghampiri teman-temannya yang lain awalnya dia mencoba segalanya untuk menyesuaikan diri, tetapi temannya tampak membiarkannya. Ketika semua orang yang dihampirinya satu per satu pergi, dia kan pejamkan mata dan meski ia mencoba untuk selalu tersenyum ada sesuatu  yang tersembunyi.

            Kesendirian dan kesepian sedang menikamnya secara pelahan-lahan. Dia berjalan menundukkan wajah, sulit sekali rasanya untuk menyembunyikan kesedihannya. Dia terus merenungi keadannya kini. Air matanya selalu tertahan di kelopak matanya yang sayu ia tak akan menangis dihadapan sekerumunan orang, tak akan bisa. Rasa kesendirian yang melekat ditambah dengan perasaan hampa di hatinya. Tiba-tiba saat pergi dan turun menuju tangga, dia terjatuh. Semakin keras mereka tertawa, tiap kali Naysla mencoba bangun dia 'kan terjatuh. Saat dia memejamkan mata, semua terlihat jelas apa yang dipikirannya. Dia sadar keberadaannya tak diakui, tak dianggap dan tak dibutuhkan oleh mereka.

            Sekarang atau besok baginya tak ada beda. Lelah, tak puas, terhanyut dalam suasana hati yang tak kunjung lepas. Dia terus membenamkan kepalanya di kedua telapak tangannya. Nona Tak Terlihat, sepatah kata yang sudah terlanjur melekat dalam dirinya. Malam ini dia mengayuh sepedanya pulang secepat mungkin. Tak ada yang tahu, bahkan angin kala itu tak membantu mengusap air matanya yang jatuh. Bukan karena sudah tak tahan atas segala sesuatu yang terjadi, dia sudah terbiasa menghadapi sekelumit keadaan seperti ini. Namun, temannya tak memberi kesempatan diriya hanya untuk sekedar didengarkan dan diperhatikan. Saat pertandingan basket kelasnya berhasil masuk babak final, kelasnya memulai diskusi untuk memilih warna baju suporter. Naysla mencoba mengajukan pendapat di depan teman-teman sekelasnya, alhasil dia masih diabaikan walaupun mereka akhirnya memutuskan memilih warna yang sama seperti usulannya.

            Esoknya sama seperti kemarin, hanya saja masih menunggu waktu akan datang seseorang yang menyapa dan memahami dirinya. Sayangnya, dia pulang dengan tak ada yang berubah. Sesaat dia memandang seorang lelaki berdiri di ujung jalan di bawah lampu. Pipinya yang basah karena melepaskan semua kesedihannya terlihat senyumnya mulai mengembang. Dia tak tahu mengapa bisa tersenyum saat hatinya berkecamuk. Tatkala dia melambatkan ayuhan sepedanya melewati dan memandang lelaki itu lebih dekat, sesegera langsung dia berusaha mengayuh sepedanya lebih cepat. Bahkan, setelah berada cukup jauh dia masih tersenyum dengan rona merah di wajahnya yang mulai muncul.

            Rasyid nama lelaki itu, Naysla tak menyangka dia akan menyukai teman sekelasnya. Rasyid adalah seseorang yang ia perhatikan sejak pertandingan basket kala itu, dia membuat Naysla tak pernah lewatkan untuk menonton latihan basketnya. Naysla selalu pulang terkahir untuk melihat Rasyid dengan berdiri menunggu datangnya bis di bawah lampu di ujung jalan. Ketika Naysla mengayuh sepedanya melewati Rasyid, dia selalu mengayuh lebih cepat dan tak ingin Rasyid mengetahui keberadannya. Naysla selalu memperhatikan Rasyid secara sembunyi-sembunyi ia tak paham apa yang sedang terjadi pada dirinya. Ketika dia ingin sekali untuk diperhatikan, diakui, dan dianggap keberadaannya oleh teman-temannya, tetapi sebaliknya ia tak ingin diketahui keberadaannya oleh Rasyid. Dia menarik napas dalam-dalam di depan cermin.

“Apa yang sedang kulakukan, bukankah aku ingin diperhatikan dan diketahui keberadaanku oleh Rasyid juga? Tapi, mengapa aku melakukan hal seperti ini? Sembunyi-sembunyi dan pura-pura tak memperhatikannya. Kalaupun dia tidak tahu aku menghabiskan waktu memikirkannya bukankah aku ingin memiliki teman? aku takut jika dia memperlakukanku seperti teman-teman yang lain. Ah, sudahlah.” batin Naysla.

            Hari ini adalah pertandingan final basket kelasnya melawan kelas lain. Semua teman-temannya sibuk untuk mendukung tim basket kelasnya dan mengerahkan segala kemampuannya untuk menjadi suporter terbaik, tak terkecuali Naysla, dia juga ingin membantu kelasnya. Saat berangkat ke sekolah sepeda Naysla tak bisa jalan terpaksa ia mencegat taksi untuk segera sampai di kelas, dia tak ingin jika sampai terlambat. Di tengah perjalanan Naysla melihat bis yang dinaiki Rasyid ternyata mogok. Naysla tak ingin Rasyid terlambat dalam pertandingan final ini. Tanpa berpikir panjang, Naysla keluar dari taksi dan menyuruh sopir untuk mengantarkan Rasyid ke sekolah, Naysla pun jalan kaki menuju ke sekolah. Di kelas, teman-teman menyambut kedatangan Rasyid dan tim basket lainnya.

“Rasyid, selamat berjuang ya, menangkan pertandingan ini demi kelas kita.” sahut salah satu temannya.

“Kita semua akan mendukungmu, semangat tim basket Rasyid.” ujar temannya.

Tak sengaja, saat mereka berkerumun mendekati Rasyid untuk memberi semangat dan dukungan. Tiba-tiba, salah satu temannya tak sengaja menumpahkan air minum ke baju Rasyid.

“Hei, apa yang kau lakukan? ini baju pertandinganku satu-satunya dan sekarang basah.” teriak Rasyid.

            Rasyid pergi dari kelas melepas bajunya dan mengganti dengan baju yang lain. Melihat hal tersebut, Naysla ingin membantunya. Rasyid tak mungkin ke pertandingan basket tanpa baju tersebut. Setelah Rasyid pergi, Naysla segera mengambil baju itu dan mencari cara untuk mencuci dan mengeringkan baju Rasyid. Beberapa saat kemudian, Naysla berhasil menemukan pinjaman seterika untuk segera mengeringkan baju Rasyid. Pertandingan akan dimulai, Rasyid yang menemukan bajunya sudah kering segera memakainya dan menuju lapangan basket.

            Di tribun penonton, Naysla melihat ada sesuatu yang bermasalah terjadi dengan tim cheerleaders kelasnya. Naysla segera turun menghampiri mereka, terlihat tangan teman-temannya gatal-gatal. Mereka salah memakai lotion sehingga tim cheerleaders kelasnya terlambat untuk tampil. Naysla segera berlari menuju UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) untuk menemukan obatnya. Saat mau memberikan obatnya kepada teman perempuannya, dia terhenti memikirkan sesuatu.

“Jika aku yang memberikan obat ini, apa mungkin teman-teman menghiraukanku dan menerimanya? Sebaiknya aku berikan kepada Bella dengan begitu teman-teman pasti akan menerima pemberian dari Bella.” batin Nasyla.

            Akhirnya semua masalah teratasi, beberapa menit tangan mereka sudah tidak gatal. Walaupun di awal mereka sempat terhenti, kali ini tim cheerleaders kelasnya berjalan lancar. Tak dapat sembunyikan kebanggaan, kali ini tim basket kelasnya bisa memenangkan pertandingan yang begitu sengit. Semua ini tak terlepas dari bantuan Naysla dia sungguh puas bisa membuat teman-temannya bahagia. Walaupun tak bisa merayakan bersama atas kemenangan ini, Naysla bisa merasakan rasa bahagia teman-temannya terutama perasaan Rasyid. Perjalanan pulang gesekan kakinya mengisak-isak pasir yang diinjak, angin melewati wajahnya, hatinya terasa lega sesaat, tetapi dalam pikirannya masih melekat keberadaanya yang tak disadari oleh temannya.

“Rasyid.” ucap batin Naysla yang terlintas dalam pikirannya. Ia akan menunggu datangnya hari saat Rasyid akan memanggil namanya.

“Naysla.” ucap Rasyid.

“Kenapa ada suara itu di pikiranku, tak mungkin dia memanggilku.” ucap Naysla bingung.

Naysla penasaran dengan suara itu dan ia segera menoleh kebelakang. Melihat Rasyid berada di belakangnya, Naysla terbungkam seribu bahasa ia sangat terkejut.

“Menyesuaikan diri, mendekati mereka, mencoba menanggapi, bahkan menyisakan waktu untuk berkorban menolong teman-teman tanpa mereka tahu, kau akan lakukan.” ucap Rasyid memulai pembicaraan pertama kalinya dengan Naysla.

“Rasyid, apa yang sedang kau bicarakan?” Naysla terkejut.

“Aku memperhatikanmu selama ini Naysla, kau yang membantuku supaya tidak terlambat di pertandingan, kau juga yang membantu agar bajuku kering kembali dan kau yang membantu teman-teman menyembuhkan tangan mereka.” ujar Rasyid.

“Kau tahu semua itu? Lalu kenapa kita tak saling kenal sejak itu? Kenapa kau membiarkanku sendiri? Kenapa kau tak pernah menyapaku? Hmm aku sadar kau tak mungkin mau berteman denganku.” ujar Naysla menghela napas.

“Aku tak perlu semua itu karena aku sudah mengenalimu dengan sangat baik, Naysla.” jawab Rasyid.

“Rasyid kau memang tak mengerti rasa kesepian tanpa teman, tanpa diperhatikan dan  diakui.” sahut Naysla.

“Kau tahu, aku terus membayangkanmu disini di sampingku hanya itulah caraku tuk melihat dengan jelas dirimu. Naysla, percayalah suatu hal yang menyakitkan bukanlah saat kau sendiri lalu merasa kesepian, tapi ketika kau memiliki banyak teman namun masih merasakan kesepian.” terang Rasyid sambil menatapnya.

“Apa maksudmu?”  Naysla mulai memikirkan arah pembicaraan Rasyid.

“Percuma saja kita dikelilingi banyak teman jika kau tak bersama dengan orang yang ada di hatimu. Naysla, aku akan merasa lebih kesepian jika aku tak bisa disampingmu.” terang Rasyid.

Untuk pertama kalinya, Naysla tak bisa menahan air matanya di depan seseorang.

How do you feel about this chapter?

0 0 3 1 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
Similar Tags
Orange Haze
659      458     0     
Mystery
Raksa begitu membenci Senja. Namun, sebuah perjanjian tak tertulis menghubungkan keduanya. Semua bermula di hutan pinus saat menjelang petang. Saat itu hujan. Terdengar gelakan tawa saat riak air berhasil membasahi jas hujan keduanya. Raksa menutup mata, berharap bahwa itu hanyalah sebuah mimpi. "Mata itu, bukan milik kamu."
Love You, Om Ganteng
18314      4722     5     
Romance
"Mau dua bulan atau dua tahun, saya tidak akan suka sama kamu." "Kalau suka, gimana?" "Ya berarti saya sudah gila." "Deal. Siap-siap gila berarti."
Mr. Kutub Utara
368      286     2     
Romance
Hanya sebuah kisah yang terdengar cukup klasik dan umum dirasakan oleh semua orang. Sebut saja dia Fenna, gadis buruk rupa yang berharap sebuah cinta datang dari pangeran berwajah tampan namun sangat dingin seperti es yang membeku di Kutub utara.
Le Papillon
3690      1539     0     
Romance
Victoria Rawles atau biasa di panggil Tory tidak sabar untuk memulai kehidupan perkuliahannya di Franco University, London. Sejak kecil ia bermimpi untuk bisa belajar seni lukis disana. Menjalani hari-hari di kampus ternyata tidak mudah. Apalagi saat saingan Tory adalah putra-putri dari seorang seniman yang sangat terkenal dan kaya raya. Sampai akhirnya Tory bertemu dengan Juno, senior yang terli...
My Dangerious Darling
5809      2185     3     
Mystery
Vicky, mahasiswa jurusan Tata Rias yang cantik hingga sering dirumorkan sebagai lelaki gay bertemu dengan Reval, cowok sadis dan misterius yang tengah membantai korbannya! Hal itu membuat Vicky ingin kabur daripada jadi sasaran selanjutnya. Sialnya, Ariel, temannya saat OSPEK malah memperkenalkannya pada cowok itu dan membuat grup chat "Jomblo Mania" dengan mereka bertiga sebagai anggotanya. Vick...
The Rich
163      148     0     
Romance
Hanya di keluarga Andara, seorang penerus disiapkan dari jabatan terendah. Memiliki 2 penerus, membuat Tuan Andara perlu menimbang siapakah yang lebih patut diandalkannya. Bryan Andara adalah remaja berusia 18 tahun yang baru saja menyelesaikan ujian negara. Ketika anak remaja seumuran dengannya memikirkan universitas ataupun kursus bahasa untuk bekal bersekolah diluar negeri, Bryan dihadapka...
The Journey is Love
853      578     1     
Romance
Cinta tak selalu berakhir indah, kadang kala tak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Mencintai tak mesti memiliki, begitulah banyak orang mengungkapkan nya. Tapi, tidak bagiku rasa cinta ini terus mengejolak dalam dada. Perasaan ini tak mendukung keadaan ku saat ini, keadaan dimana ku harus melepaskan cincin emas ke dasar lautan biru di ujung laut sana.
Anikala
4669      1627     2     
Romance
Kala lelah terus berjuang, tapi tidak pernah dihargai. Kala lelah harus jadi anak yang dituntut harapan orang tua Kala lelah tidak pernah mendapat dukungan Dan ia lelah harus bersaing dengan saudaranya sendiri Jika Bunda membanggakan Aksa dan Ayah menyayangi Ara. Lantas siapa yang membanggakan dan menyanggi Kala? Tidak ada yang tersisa. Ya tentu dirinya sendiri. Seharusnya begitu. Na...
The Savior
4730      1822     10     
Fantasy
Kisah seorang yang bangkit dari kematiannya dan seorang yang berbagi kehidupan dengan roh yang ditampungnya. Kemudian terlibat kisah percintaan yang rumit dengan para roh. Roh mana yang akan memenangkan cerita roman ini?
To The Bone
2346      1199     0     
Romance
Posting kembali.. Sedikit di Revisi.. --- Di tepi pantai, di Resort Jawel Palace. Christian berdiri membelakangi laut, mengenakan kemeja putih yang tak dikancing dan celana pendek, seperti yang biasa ia pakai setiap harinya. > Aku minta maaf... karena tak bisa lagi membawamu ke tempat-tempat indah yang kamu sukai. Sekarang kamu sendirian, dan aku membenci itu. Kini kamu bisa berlari ...