Loading...
Logo TinLit
Read Story - Between Us
MENU
About Us  

Lagi. Dami duduk di depan komputernya yang menampilkan laporan yang telah ia selesaikan lagi. Sebuah laporan yang sebenarnya bukanlah pekerjaannya. 

Tuk tuk

Ketukan di meja kantornya itu menarik perhatian Dami sejenak untuk melihat Yena dengan penampilan cantiknya -Dami akui yena memang cantik kok- itu sedang berdiri bersandar di mejanya dan tersenyum manis padanya. 

"Dami-ssi. Bagaimana laporanku yang kemarin ku berikan?" Tentu saja. Tidak mungkin perempuan ini datang ke mejanya dengan senyuman manis hanya untuk menyapa. 

Dami tersenyum terpaksa, merasakan otot-otot wajahnya tegang seakan-akan menolak bergerak dan menghela napasnya pelan. "Hari ini harusnya sudah selesai. Bisakah kau tugngu sebentar, Sunbae?"

Iyap, seperti yang sudah kalian duga, itu adalah pekerjaan si yena ini sebenarnya. Tapi seperti biasa, Yena melemparkan tugas itu ke para juniornya dengan alasan dia sudah banyak pekerjaan. Dan sebagai karyawan yang masih kontrak, Dami dan yang lain tidak berani mengatakan itu kepada atasan karna penilaian kinerja mereka ada di tangan si Park Yena ini.

"Baiklah. Jangan terlalu terlambat. Aku sudah ditanya kapan laporan itu akan selesai."

"Ne, Sunbae."

***

 "Dami-ssi. Kau sudah melihat penilaian kinerja bulan ini?"

Dami yang kini sedang melangkahkan kakinya di sebelah teman seperjuangannya di bawah 'didikan' Park Yena itu menoleh dengan senyum lesunya dan menggeleng. "Sudah keluar kah?"

"Sudah tau. Kau tau, Namgi mendapat nilai tertinggi dari kita bertiga lagi. Bukankah itu suatu kebohongan? Padahal Namgi tidak mengerjakan apa-apa. Kau yang selalu disusahkan oleh Yena sunbae selama ini. Selalu diminta mengerjakan ini itu, tapi tetap saja kau tidak pernah diberikan credit olehnya. Sedangkan Namgi selalu dipuji-pujinya di depan para atasan." Terdengar helaan napas berat dari temannya ini yang membuat Dami sedikit terhibur karna ada yang menggantikannya untuk kesal.

Kaki mereka rasanya sangat pegal karna memakai sepatu sepanjang hari. "Biarkanlah. Nanti jika sudah menjad ikaryawan tetap, kita bisa membicarakannya pada atasan, bukan, Mina-ssi?"

Yeo Mina, perempuan yang daritadi menemaninya keluar dari gedung perkantoran itu mendengus pelan, "awas saja si Yena. Akan kubalas nanti. Kau jangan mau dimanfaatkan terus dengan Yena sunbae."

"Song Dami."

Seruan nama itu membuat kedua perempuan tersebut melihat lurus ke depan, mendapati seorang pria berpakaian santai yang mempunyai kemiripan dengan Dami sedang melambaikan tangannya pada mereka. "Sangho Oppa."

Sangho mendekat, senyum canggung di wajahnya, "ayo pulang. Mina-ssi sekalian?"

Mina yang sedang berdiri kaku tidak bergeming di samping Dami karna ketampanan Sangho ini langsung tersadar saat Dami menyikut pelan temannya. Padahal sudah bertemu beberapa kali, tapi masih belum terbiasa dengan ketampanan Sangho ini. "Oh- oh tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri," katanya sedikit tergagap dan melambaikan tangannya pada Dami dengan cepat. "Dami-ssi. Aku pulang duluan ya."

"Eo, hati-hati!"

Seusai peninggalan Mina, sisa Dami dan Sangho yang kini sudah duduk di mobil Sangho. 

"Apa yang Mina maksud tadi?"

Dami sedikit terkejut. "Maksudnya?" Apakah oppa nya mendengar pembicaraannya dengan Mina tadi?

"Kau dimanfaatkan oleh Park Yena?"

Gelengan kepala langsung dilakukan oleh Dami untuk menjawab pertanyaan kakaknya. "Tidak dimanfaatkan, hanya melakukan tugasku."

"Tugasmu itu mengerjakan tugas orang lain, kah?"

"Tidak begitu."

"Kau keluarlah dari sana. bekerja di perusahaan tempatku bekerja saja. Kebetulan sedang ada lowongan kosong disana."

"Oppa."

"Tidak ada penolakan. Lakukan saja. Kau keluar dari perusahaan itu besok."

Dami menghela napasnya berat, ia hanya bisa mengikuti keinginan kakaknya bukan? "Baiklah."

***

Beberapa buku terbaris rapi di rak buku yang ada di ruang tamu itu. Bagian sudut ruangan tamu itu seakan sudah dapat menghirup bau kertas dari buku-buku yang terbitan lama dan baru disana. Suasana hangat seseorang yang suka membaca buku menjadi suatu gambaran pasti jika melihat bagaimana ruang tamu itu tertata. Rapi sekali. 

Namun, ruang kerja di seberang jauh berbeda. Kertas-kertas kusut berhamburan di lantai, beberapa di antaranya hanya berisi coretan tak jelas atau satu-dua kata yang kemudian dicoret dengan gerakan penuh frustrasi. Buku-buku terbuka berserakan di meja, beberapa bahkan ditumpuk sembarangan di kursi kosong.

Laptop yang menyala di tengah meja menampilkan dokumen kosong, seolah mengejek lelaki tengah yang duduk di depannya, terjebak dalam writer's block. Ketukan keyboard terdengar kasar, sering disertai desahan lelah saat kata-kata yang tertulis dihapus begitu saja.

Secangkir kopi yang sudah dingin duduk di samping keyboard, bekas lingkaran cangkir menodai meja yang dipenuhi kertas, pena, dan sampah kecil. Cahaya matahari senja masuk lewat jendela, menambah kesuraman di ruangan yang terasa sesak oleh frustrasi.

Di dinding, papan tulis yang biasanya penuh ide-ide brilian kini hampir kosong, hanya menyisakan catatan yang tak terbaca. Udara di ruangan itu terasa berat, penuh dengan aroma kertas lama dan debu, seolah-olah menguatkan kekosongan mental lelaki itu.

Seorang lelaki dengan pandangan kosong, menatap layar laptop yang juga kosong, seolah-olah menunggu inspirasi datang seperti hujan di tengah kemarau panjang. Frustrasi dan kelelahan tergurat di wajahnya, memperjelas bahwa writer's block telah menguasai dirinya sepenuhnya.

"ARGH!!!!" 

Guk guk guk Guk guk guk

Jika saja di rumah ini ada manusia lain yang hidup, mungkin manusia itu juga akan meneriaki si empunya suara serperti anjing yang sekarang sedang menggonggong saking terkejutnya dengan suara pekikan marah lelaki tersebut. 

"Bisa gila aku rasanya." Tangannya mengacak-acak rambut hitam yang lebat tumbuh di kepalanya. Lalu ia meletakkan kacamatanya di atas laptopnya dengan kasar dan menyenderkan tubuhnya di kursi. 

Drrrtttt drrrtttt

"Halo?" Suara serak akibat dari kurang minum itu menjawab telepon dengan malas. 

"Kau sedang kena writer's block lagi ya?"

"Kau memasang CCTV di ruang kerjaku kah?"

Terdengar suara kekehan dari seberang telepon itu seakan meledeknya secara tidak langsung. "Oi, Lim Seungjae. Aku kan sudah mengenalmu selama 3 tahun. Tidak mungkin aku tidak dapat mengenali suasana hatimu dari cara menjawabmu sekarang. Saranku, lebih baik kau pergi dulu cari angin. Untuk mendapat inspirasi. Sudah berapa hari kau tidak keluar rumah, hah?"

Mata lelaki bernama Seungjae itu mencari kalender yang bertengger tak jauh di dinding ruang kerjanya dekat pintu. "Karna terakhir aku keluar saat membeli makan untuk Nemo tanggal 14, sepertinya sudah empat hari aku tidak keluar rumah."

Wah. Sudah empat hari dia berkutat di rumah saja tanpa keluar sama sekali. Tak heran suasana hatinya seperti berat sekali. Dia hanya melihat warna monochrome saja tanpa warna langit, tanaman, manusia dan lainnya. Paling-paling, ia hanya bermain dengan Nemo, anjing poodle berwarna cokelat yang ia pelihara saat awal ia menerbitkan buku pertamanya. 

"Nah kan. Lebih baik kau bawa Nemo pergi dulu sebentar gih. Mencari udara segar. Tapi jangan terlalu lama karna ini sudah malam."

"Baiklah baiklah, Song Sangho maenijeonim."

Song Sangho yang merupakan kakak dari Song Dami itu adalah manajer yang menangani penulis bernama Lim Seungjae ini. Sudah bekerja sama selama 3 tahun, membuat hubungan mereka lebih seperti kakak dan adik. 

***

Disinilah dia dan Nemo berada sekarang. Di tempat duduk bagian tengah taman apartemennya. Beristirahat sebentar setelah lari sebentar dengan Nemo tadi. Semilir angin berhembus melewatinya. Yeoksi, angin malam memang lebih dingin rasanya. Tapi sepi, jadi tidak mengganggu untuk Seungjae. 

Drrrttt drrrttt

"Ne?" Suaranya masih terdengar agak lelah sehabis berlari tadi. 

"Hyung!" Suara anak kecil yang memanggilnya dari seberang telepon memanggil senyumnya keluar di wajahnya. 

"Dowoon," panggilnya pelan dengan senyuman di wajahnya. "Kau sedang apa jam segini belum tidur?"

"Hyung, eonje wa?" (kapan kau datang?)

"Belum tau. Kenapa?"

"Kami sudah menunggumu untuk main lagi. Sudah lama kau tidak datang, Hyung.Dapat terdengar nada sedih yang tersirat dalam kata-kata anak lelaki itu. 

"Haruskah aku pergi minggu ini?"

"Benarkah?"

Walaupun dia tau Dowoon tidak akan bisa melihatnya, tapi Seungjae tetap mengangguk, "iya. Minggu ini aku kesana ya!"

"Dowoon-ah. Sudah waktunya kau tidur. Ayo berikan hapenya."

"Hyung, sampai bertemu minggu ini! Jaljayo, Hyung!" (Tidur yang nyenyak!)

"Jalja!" Lalu suara yang berbicara di telepon berubah menjadi suara seorang wanita paruh baya yang ia kenal sekali. Mama angkatnya yang selalu mengurusnya sejak ia baru datang ke panti asuhan, orang yang memberikan nama Seungjae padanya. 

"Seungjae-ya.Lalu suara yang berbicara di telepon berubah menjadi suara seorang wanita paruh baya yang ia kenal sekali. Mama angkatnya yang selalu mengurusnya sejak ia baru datang ke panti asuhan, orang yang memberikan nama Seungjae padanya. 

Seungjae tersenyum, "eomma." 

"Bagaimana kabarmu belakagan ini?"

"Aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu dan yang lain?"

"Semua baik-baik saja disini. Kau jagalah kesehatanmu ya."

"Eomma juga ya! Jangan khawatirkan aku disini. Aku baik-baik saja." 

"Aku tau kau pasti baik-baik saja. Ya sudah, jangan tidur terlalu malam ya. Sampai bertemu lagi."

"Ne, Eomma. Sampai nanti."

[TBC]

How do you feel about this chapter?

0 1 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Peran Pengganti; Lintang Bumi
1727      772     10     
Romance
Sudah banyak cerita perjodohan di dunia ini. Ada sebagian yang akhirnya saling jatuh cinta, sebagian lagi berpisah dengan alasan tidak adanya cinta yang tumbuh di antara mereka. Begitu juga dengan Achala Annandhita, dijodohkan dengan Jibran Lintang Darmawan, seorang pria yang hanya menganggap pernikahannya sebagai peran pengganti. Dikhianati secara terang-terangan, dipaksa menandatangani su...
The Rich
148      133     0     
Romance
Hanya di keluarga Andara, seorang penerus disiapkan dari jabatan terendah. Memiliki 2 penerus, membuat Tuan Andara perlu menimbang siapakah yang lebih patut diandalkannya. Bryan Andara adalah remaja berusia 18 tahun yang baru saja menyelesaikan ujian negara. Ketika anak remaja seumuran dengannya memikirkan universitas ataupun kursus bahasa untuk bekal bersekolah diluar negeri, Bryan dihadapka...
FAYENA (Menentukan Takdir)
535      350     2     
Inspirational
Hidupnya tak lagi berharga setelah kepergian orang tua angkatnya. Fayena yang merupakan anak angkat dari Pak Lusman dan Bu Iriyani itu harus mengecap pahitnya takdir dianggap sebagai pembawa sial keluarga. Semenjak Fayena diangkat menjadi anak oleh Pak Lusman lima belas tahun yang lalu, ada saja kejadian sial yang menimpa keluarga itu. Hingga di akhir hidupnya, Pak Lusman meninggal karena menyela...
love like you
457      325     1     
Short Story
Dunia Sasha
6619      2212     1     
Romance
Fase baru kehidupan dimulai ketika Raisa Kamila sepenuhnya lepas dari seragam putih abu-abu di usianya yang ke-17 tahun. Fase baru mempertemukannya pada sosok Aran Dinata, Cinta Pertama yang manis dan Keisha Amanda Westring, gadis hedonisme pengidap gangguan kepribadian antisosial yang kerap kali berniat menghancurkan hidupnya. Takdir tak pernah salah menempatkan pemerannya. Ketiganya memiliki ...
Nope!!!
1505      692     3     
Science Fiction
Apa yang akan kau temukan? Dunia yang hancur dengan banyak kebohongan di depan matamu. Kalau kau mau menolongku, datanglah dan bantu aku menyelesaikan semuanya. -Ra-
Annyeong Jimin
29909      4047     27     
Fan Fiction
Aku menyukaimu Jimin, bukan Jungkook... Bisakah kita bersama... Bisakah kau tinggal lebih lama... Bagaimana nanti jika kau pergi? Jimin...Pikirkan aku. cerita tentang rahasia cinta dan rahasia kehidupan seorang Jimin Annyeong Jimin and Good Bye Jimin
The Snow That Slowly Melts
1947      1291     6     
Romance
Musim salju selalu membuat Minhyuk melarikan diri ke negara tropis. Ingatan-ingatan buruk di musim salju 5 tahun yang lalu, membuatnya tidak nyaman di musim salju. Sudah 5 tahun berlalu, Minhyuk selalu sendirian pergi ke negara tropis sambil menunggu musim salju di Korea selesai. Setidaknya itu yang selalu ia lakukan, sampai tahun ini secara kebetulan dia mengenal seorang dokter fellow yang b...
A - Z
3066      1043     2     
Fan Fiction
Asila seorang gadis bermata coklat berjalan menyusuri lorong sekolah dengan membawa tas ransel hijau tosca dan buku di tangan nya. Tiba tiba di belokkan lorong ada yang menabraknya. "Awws. Jalan tuh pake mata dong!" ucap Asila dengan nada kesalnya masih mengambil buku buku yang dibawa nya tergeletak di lantai "Dimana mana jalan tuh jalan pakai kaki" jawab si penabrak da...
ONE SIDED LOVE
1534      680     10     
Romance
Pernah gak sih ngalamin yang namanya cinta bertepuk sebelah tangan?? Gue, FADESA AIRA SALMA, pernah!. Sering malah! iih pediih!, pedih banget rasanya!. Di saat gue seneng banget ngeliat cowok yang gue suka, tapi di sisi lain dianya biasa aja!. Saat gue baperan sama perlakuannya ke gue, dianya malah begitu juga ke cewek lain. Ya mungkin emang guenya aja yang baper! Tapi, ya ampun!, ini mah b...