Halim mendekati Marrinette yang sedang mengupas bawang.
"Marrinette, makanan kesukaanmu apa?"
"Emm, apa ya?"
"Nasi goreng?"
"Apa itu?"
"Kamu tidak tau nasi goreng?"
"Sepertinya aku tidak pernah makan itu."
"Lalu selama ini kamu makan apa?"
"Hmm, selain dari itu."
"Apa itu? Boleh tau tidak?"
"Buat apa?"
"Ya karena aku ingin tau semua hal tentang kamu."
"Semua hal tentang aku?" tanya Marrinette keheranan.
"Halim...."
Keduanya menoleh pada Alya yang baru memasuki dapur.
"Apa yang kau lakukan disini?"
"Menemani Marrinette," sahut Halim.
"Halim, tugas kamu itu diluar. Melayani pembeli yang datang. Bukan di dapur."
"Tapi aku cuma sebentar kok."
"Halim. Pembeli banyak loh. Keluarlah sekarang. Layani mereka."
Dengan langkah enggan Halim meninggalkan dapur.
"Dia jadi semakin sering kedapur semenjak ada kamu," bisik Alya kemudian.
"Masa sih?"
"Jangan-jangan, dia suka denganmu."
"Ih, Alya. Bicara apa sih?"
"Bisa jadi kan. Aku bisa melihat dari matanya."
"Dia ingin tau semua hal tentang aku."
"Hah serius?"
Marrinette mengangguk.
"Marrinette, kamu harus hati-hati dengan siapapun. Jangan sampai mereka mengetahui kalau kita ini...."
"Marrinette, Alya," panggil Lili, pelayan yang lain. Ditangannya ada seember air untuk direbus.
"Ya." keduanya serempak menoleh.
"Bu Helen memanggil kalian berdua keruangannya."
Marrinette dan Alya saling berpandangan. Penuh tanda tanya.
"Bu Helen menyuruh datang keruangannya cepat."
Alya dan Marrinette meninggalkan pekerjaannya. Ketika hendak keluar, tiba-tiba tanpa sengaja Lili menumpahkan air yang dibawanya kelantai dan hampir mengenai kaki Alya
Alya terkejut bukan kepalang dan berteriak kecil. Untung ia reflek menghindar.
"Maaf," kata Lili seraya mengambil kain pel.
"Iya, hati-hati."
"Kakak tidak apa-apa?" tanya Marrinette berbisik.
Alya menggeleng. "Huuh, nyaris saja."
Lebay banget. Cuma air doang. Batin Lili seraya menatap sinis punggung mereka berdua yang sudah menjauh.
"Ada apa Bu Helen memanggil kita kesini?"
"Besok kalian libur."
"Libur?" tanya Alya. "Kita kan baru bekerja, Bu."
"Apalagi saya. Baru dua hari."
"Disini saya yang bos. Jadi saya berhak meliburkan karyawan kapanpun saya mau."
"Maaf Bu. Apakah ibu memecat kami secara halus?" tanya Alya hati-hati. "Kalau kami melakukan kesalahan, kami minta maaf dan beri kami kesempatan untuk memperbaikinya. Karena kami membutuhkan pekerjaan ini, Bu."
Helen tersenyum. "Bagaimana mungkin saya memecat kalian. Sedangkan saya membutuhkan kalian untuk bekerja di restorant ini. Lagipula, saya bukan tipe orang yang gampang memecat orang sesuka hati."
Alya dan Marrinette tersenyum lega.
"Justru saya ingin mengajak kalian liburan."
"Liburan?"
"Ya, saya sudah lama tidak liburan dan ingin kalian berdua menemani saya."
"Tapi...." Alya berpikir.
"Kalian takut mereka iri?" Helen memotong.
Alya dan Marrinette terdiam.
"Tenang saja, tak usah kuatir aku akan berlagak seolah-olah lagi ada urusan dan meminta kalian untuk menjadi asisten untuk mengurus semuanya. Jadi tidak satupun pelayan lain yang tau."
Meski ditengah kebingungan, Alya dan Marrinette langsung menyetujuinya.
***
"Kita liburan kemana Buk?" tanya Marrinette.
"Sudah, ikutin saja saya."
"Marrinette, kita harus berhati-hati dengannya. Karena gelagatnya mencurigakan," bisik Alya.
Mereka dibawa kesuatu tempat yang membuat Alya dan Marrinette terkejut.
Laut?
Sejujurnya mereka senang melihat laut dan ingin segera menceburkan diri ke dalamnya. Namun, tak mungkin mereka lakukan ketika ada Helen.
"Ayo naik." Helen mengajak mereka naik speedboat dan dia sendiri yang mengendarainya.
"Kenapa harus ke laut Buk?" tanya Marrinette sedikit protes.
"Hanya laut yang mampu membuatku tenang."
Helen membawa mereka berlayar. Ditengah laut, Helen menghentikan kendaraan itu.
"Ayo kita nyebur."
"Nyebur?" serempak mereka berdua kaget.
Ah, itu ide buruk.
"Kenapa?"
"Maaf Buk. Kita takut air," sahut Alya beralasan.
"Jangan takut, ada saya kok," kata Helen.
Alya dan Marrinette tak bergeming.
"Kenapa? Kalian takut wujud asli kalian ketauan?"
"Maksudnya?" Alya mengerjitkan dahi.
Helen tergelak.
"Sebenarnya saya sudah tau kalau kalian berdua itu duyung. Makanya saya sengaja membawa kalian kesini."
Marrinette langsung naik darah.
"Sialan! Kau menjebak kami!"