“Prangggg!!!” sebuah gelas kaca jatuh dan hancur berkeping keping bersamaan dengan munculnya genangan air disekelilingnya. Seorang gadis kecil berpakaian layaknya seorang pelayan berlari masuk ke dalam ruangan dengan terburu buru dan terkejut dengan apa yang dilihatnya. “TUAN!!!” serunya ketika ia melihat seorang pria yang ia hormati jatuh tersungkur di lantai. Dengan cepat gadis itu membantu tuannya untuk berdiri dan medudukkannya di sofa yang ada di ruangan itu. Dengan wajah sedih dan khawatir gadis itu melihat wajah pucat dan suara parau tuannya.
Tak lama setelahnya gadis itu menuangkan air ke dalam gelas dan memberikannya kepada tuannya setelah ia merasa kondisi tuannya sudah lebih baik, tapi ketika ia akan memberikan gelas itu kepada tuannya, tangannya lansung ditahan oleh pria itu.
Pria itu tersenyum tipis dan berkata, “ selesai….. ak-hirnya selesai” ucapnya dengan suara yang parau. “Uhuk” sebercak darah keluar dari mulutnya, membuat gadis itu menjadi khawatirdan takut. “Tuan” ucap gadis itu sambil mencoba untuk menghentikan tuannya yang kondisinya mulai memburuk. Tapi pria itu tetap tersenyum walau sangan tipis tapi, gadis itu tetap bisa melihat, ia tau bahwa tuannya ingin mengatakan kalimat dan keinginan terakhirnya padanya. “Sekarang…. Kuserahkan si-sanya pa-damu.” Ucapnya sambil memberikan sebuah benda yang berkilau dari sela sela tangannya, gadis itu menerimanya sambil berusaha untuk tersenyum, karena akhirnya ia bisa melihat hasil kerja keras mereka bersama tuannya. Perlahan lahan senyuman itu mulai memudar dan hilang untuk selamanya. Senyum gadis itu pun hilang bersamaan dengan salah satu cahaya hidupnya, tak lama setelahnya cairan bening mengalir deras di pipinya bersama dengan tatapannya kosong. Ia pun mulai teringat dengan betapa baik hatinya tuannya itu.
“Tuan, akan saya pastikan beliau mengetahuinya.”
-----***-----
- I -
- Wealther School -
Langit biru berhiaskan rona emas yang menawan mulai terlihat menghiasi kota megah itu. Tampak cahaya emas Sang Mentari mulai menerangi rumah rumah membangunkan Para Pemimpi untuk mulai melukiskan hari hari indah mereka dengan senyuman. Dan tampaklah seorang gadis berambut panjang yang tengah bersiap siap untuk memulai hari harinya.
“Fan, udah belum?” seru seorang pri yang tengah menunggunya didepan rumah.
“Ya, bentar” jawab gadis itu dari dalam kamarnya.
Tak lama setelahnya gadis itu keluar dari balik pintu dengan membawa tas abu abu dibahunya dan didepan rumah jaket hitam ditangannya. Ia pun menghampiri seorang pria yang tengah menunggunya sedari tadi. Dengan cepat gadis itu memakai helm dan jaket yang biasa ia kenakan untuk menghalau kejamnya angin pagi.
Motor itu pun melaju melewati kendaraan dan halangan yang ada didepannya dengan cepat. Angin pagi pun berhembus melewati tubuhnya yang terbalut oleh kain tebal dari jaket itu. Tak lama setelahnya motor yang ia kendarai pun berhenti didepan sebuah gedung sekolah yang sangat megah dan besar. Ia pun memberikan helm dan jaketnya kepada laki laki itu dan mulai berjalan menyusuri halaman depan sekolah itu.
***
“Wealther School” adalah tempat dimana orang orang kaya dan jenius berkumpul untuk saling bersaing, dan membangun masa depan masing masing. Dan disinilah mereka, bersekolah yang hanya diperuntukan untuk mereka yang menerima undangan khusus. Selain itu, Wealther School memiliki program kelas khusus yang berbeda dari yang lainnya. Program itu adalah 5 kelas spesial, setiap kelas memiliki kualifikasi masing masing.
Kelas yang pertama dan kedua adalah kelas dengan program yang sama yaitu Gold dan Glory, kelas yang diperuntukan untuk mereka yang ingin meneruska perusahaan keluarga atau ingin membangun perusahaan dari awal. Kelas ini memiliki keistimewaan berupa proyek khusus tahunan yang berubungan dengan bisnis yang membuat mereka bisa mengajukan tujuan kepergian mereka keluar negeri untuk melakukan riset bisnis dan liburan dalam satu waktu. Dan bagi siswa yang menerima undangan beasiswa atau siswa khusus akan mendapatkan dana khusus dari sekolah sehingga mereka tidak perlu membayar biaya proyek khusus ini atau mereka akan mendapatkan potongan biaya tergantung seberapa banyak prestasi siswa tersebut.
Kelas yang ketiga adalah Art Class, sesuai dengan namanya kelas ini khusus untuk mereka yang ingin mempelajari atau memdalami seni, biasanya kelas ini diisi oleh mereka yang ingin melepas beban dengan berkarya dengan bebas mereka. Keuntungan dari mereka yang masuk ke kelas ini adalah mereka akan mendapatkan studio seni pribadi di gedung seni. Dan mereka memiliki proyek pameran seni yang akan di saksikan oleh para ahli seni.
Yang keempat adalah Sword Class, jauh dari namanya kelas ini tidak ada hubungannya dengan pedang atau olah raga. Kelas ini diisi oleh mereka yang belum memiliki bakat khusus atau masih melatih keunggulan mereka. Kelas tidak memiliki proyek khusus, meskipun begitu beberapa siswa di kelas ini memiliki bakat yang istimewa dari yang lainnya yang jarang dilihat.
Kelas yang terakhir adalah Champion Class, sesuai dengan namanya kelas ini hanya berisikan anak anak yang jenius dalam bidangnya masing masing. Keistimewaan dari kelas ini adalah mereka akan mendapatkan fasilitas ruangan pribadi yang akan digunakan untuk belajar dan meneliti. Fasilitas ini ada di gedung knowledge bersamaan denga perpustakaan dan rumah kaca disamping gedungnya.
Selain progam dari 5 kelas tersebut ada juga keistimewaan bagi 15 siswa teratas dari 100 siswa yang ada yang biasa disebut “ The Champion “, mereka akan mendapatkan tabungan pribadi dari sekolah yang setiap bulannya diisi secara terus menerus dan hanya dapat diambil pada saat tertentu atau dengan alasan tertentu dengan seizin bendahara sekolah, dan dengan syarat nilai yang tetap disetiap bulannya. Selain itu mereka dapat memilih kelas mereka sendiri saat akan naik ke kelas 11, tanpa dipengaruhi faktor internal atau eksternal ( murni keinginan mereka masing masing ).
Selain The Champion ada juga “ The Leader “,mereka adalah 7 siswa teratas yang mendapatkan jaminan beasiswa dan dapat memakai semua fasiltas kelas, termasuk ruang pribadi dan studio seni, dan mereka memiliki sebuah kegiatan yang disiapkan oleh sekolah secara khusus untuk mereka, yang mana kegiatan ini jarang diinformasikan keluar sehingga murid biasa tidak mengetahui isi kegiatan Leader secara detail.
***
06.18 -
Dan disinilah gadis itu berdiri, didepan gedung Wealther School.
Fannia Asteria Putri, siswa kelas 11 semester pertama yang meraih peringkat 13 dari 100 siswa pada kelas 10, salah satu anggota The Champion dari kelas Champion yang mendapatkan surat undangan dari sekolah setelah berhasil memenangkan juara kedua lomba debat IPS tingkat SMP . Fannia pun mulai melangkahkan kakinya menyisiri halaman sekolah yang masih sepi, tetapi ia tidak berjalan kearah kelas tapi kearah taman yang ada disamping gedung utama.
06.40 -
Koridor sekolah pun mulai dipenuhi oleh siswa Wealther, terpaksa fannia pun harus berjalan dengan hati hati agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Akan tetapi, sedari tadi ia merasakan kejanggalan di pagi hari ini, tapi ia tidak tahu apa itu? Jadi, ia merasa akan lebih baik jika ia lupakan. Ia pun berjalan di koridor sambil menikmati sinar mentari pagi yang masuk dan menyinari koridor. Tak lama setelahnya, ia menemukan pintu kelas dengan papan penanda yang menggantung diatasnya yang bertuliskan, 11- Champion. Tanpa menunggu lama, ia lansung berjalan ke arah kelas dengan langkah kaki yang dipercepat, tapi tanpa ia sadari dibelakangnya terdapat seseorang yang sudah menunggunya sedari tadi. Dan ketika ia akan membuka pintu, tiba- tiba saja ia kehilangan keseimbangan seakan akan ada yang menarik tasnya dari belakang. Tapi sebelum ia jatuh ke lantai, seseorang menarik tangannya agar badannya tidak jatuh ke lantai. Dan ketika ia melihat wajah dari penyelamat yang telah mencegahnya jatuh, seketika wajahnya menjadi suram.
Ternyata sang panyelamat itu adalah Reyyano Alvonso, siswa peringkat 76 dari 100 siswa. Entah bagaimana ia bisa membujuk kepala sekolah, sehingga ia bisa masuk ke kelas Champion dengan nilainya yang selalu tepat di batas nilai. Ada yang bilang bahwa orang tuanya melakukan kesepakatan dengan salah satu wali siswa Champion yang tidak bisa pindah dari kelas Champion dan alhasil mereka mengajukan kesepakatan pertukaran tempat duduk itu kepada kepala sekolah, dan kepala sekolah tidak masalah dengan itu.
“ hei, ini tuh masih pagi, jangan coba-coba coba buat ulah “ ucap Fannia dengan wajah yang menunjukkan rasa tidak suka. Rey pun hanya mutar bola matanya dengan malas dan memalingkan wajahnya.
“ itulah yang seharusnya aku katakan. jangan pernah mencoba menghancurkan pagi yang indah “ jawabnya sambil menekan kalimat terakhirnya.
Fannia yang mendengar jawaban dari Rey pun menjadi kesal dan masuk ke kelas meninggalkan Rey yang masih berdiri di depan pintu kelas dengan wajah datar. Rey pun mulai berlajan menjauh dari kelas tanpa memperdulikan sikap yang di tunjukkan Fannia padanya, ia sudah terbiasa dengan sifat temannya itu. Dan tanpa Fannia sadari seseorang telah menyelamatkan pagi harinya yang indah.
Rey berjalan menyisiri koridor yang sepi sambil seberapa kali mengajak bicara teman kecil yang baru saja ia temui. Seekor tupai berwarna coklat berdiri diatas telapak dengan pipi yang membesar karena terisi oleh kacang. Seketika sebuah lengkungan terukir indah diwajahnya membuah gadis gadis yang tidak sengaja lewat tak jauh darinya ikut terpesona dan tertawa bahagia seakan akan melihat sebuah keajaiban dunia yang langka. Tetapi, meskipun Rey mengetahui hal itu, ia tidak peduli dengan hal itu ada sesuatu yang tengah ia pikirkan. Dan pagi itu Rey tidak masuk kelas dihari pertama tahun ajaran barunya, ia terus berada ditaman bermain dengan para tupai coklat sambil terus teringat temen lamanya.
***
Fannia yang masih kesal pun memasuki kelas dengan wajah yang sangat suram, hingga membuat sahabatnya yang tengah duduk sambil membaca buku pun merasa ada yang janggal dengan sahabatnya itu.
“ Fan, are you okay ? “ ucap seorang gadis yang tengah duduk tepat di depan meja yang dipakai Fannia. Elzera Vanessha Salfiera, salah satu anggota The Leader pirangkat 3 dan wakil ketua klub buku sekolah. Teman masa kecil sekaligus sahabat Fannia.
“ no “ jawab Fannia dengan cepat. “ why ? “ ucap zera. Fannia pun menghela nafas dan mulai bercerita tentang seberapa sialnya ia hari ini, dan gadis itu pun hanya bisa mengangukkan kepalanya selama fannia bercerita hingga bel berbunyi.
***
- 12. 15 - Istirahat makan siang.
Bel pun berbunyi menandakan pegantian jam, membuat koridor sekolah yang awalnya sepi menjadi ricuh oleh para siswa yang ingin mengisi kembali energi mereka dan kelas kelas pun mulai melenggang menyisakan beberapa siswa yang masih sibuk dengan urusan mereka masing masing termasuk fannia yang masih menunggu sahabatnya yang tengah berusaha untuk menyelesaikan catatannya.
“ sebentar, ya fan. Bentar lagi selesai, kok “ ucapnya sambil tetap fokus dengan catatannya. Fannia pun hanya diam sambil menahan rasa laparnya. Tak lama setelahnya, buku yang awalnya terbuka sedari tadi itu pun akhirnya tertutup membuat raut wajah suramnya itu berubah menjadi cerah seketika. Akhirnya mereka pun berjalan keluar kelas menyusuri koridor untuk pergi ke kantin.
Sesampainya di kantin mereka lansung memesan makan siang mereka dan mulai mencari meja kosong yang yang ada di sekitarnya. Sayangnya, hampir semua meja penuh dengan para siswa yang kelaparan. Sesaat mereka terlihat kebingungan mencari meja untuk makan sampai sesorang datang mengampiri mereka.
Lucy salah seorang pianist dari kelas Art, ia melihat Zera dan Fannia yang sedang kebingungan mencari meja dan menawarkan 2 buah bangku kosong yang ada di mejanya. Akhirnya, meraka duduk bersama Lucy dan 3 temannya yang lain sambil berbicang tentang kelas mereka masing masing.
“ ah, bagaimana jika sepulang sekolah nanti kita makan dessert, ada sebuah kafe dessert dekat sini. Aku sudah coba, rasa ice krimnya sangat enak “ ucap Lucy dengan wajah penuh harap.
“ emm, bagaimana ya? “ jawab Zera dengan bimbang. “ kami tidak mungkin pergi sepulang sekolah tanpa izin ke orang tua “.
“ begitu, ya. “ ucap Lucy dengan nada kecewa. “ ya sudahlah mungkin lain kali kita bisa pergi bersam. Aku akan tunggu sampai kalian ada waktu dan selagi waktu itu tiba kamia akan coba dessert itu lebih dulu “ lanjutnya dengan wajah senang.
“ ya, kami akan memberitahu saat ada waktu luang “ Ucap Zera.
Akhirnya, mereka menghabiskan waktu makan siang mereka dengan membahas tentang jadwal kelas yang padat hingga bel berbunyi nyaring menandakan waktu kelas akan segera di mulai. Para siswa pun mulai membersihkan meja dan membuang sampah mereka dan kembali kekelas mereka masing masing. Begitu pula dengan Fannia, Zera, Lucy dan teman temannya yang meninggalkan kantin dan mulai melangkah pergi kembali ke kelas mereka.
“ hey, apakah Lucy memang orang yang seperti itu? “ tanya Fannia sambil berjalan dengan sesekali melihat kearah Zera menuggu jawaban.
“ jika yang kau maksud adalah sifat friendly, iya dia sudah seperti itu sejak dulu “ jawab Zera.
“ benarkah? “ ucap Fannia dengan nada yang tidak meyakinkan.
“ apa ada sesuatu? “ tanya Zera.
“ entahlah sepertinya hanya perasaanku saja “.
Mereka pun melanjutkan perjalanan menyisiri lorong koridor yang panjang itu dalam diam hingga mereka sampai ke kelas.
***
13.30 -
Sudah 30 menit sejak kelas yang awalnya lenggang menjadi ricuh menantikan kedatangan guru yang sudah di jadwalkan untuk datang tidak kunjung datang. Tanpa tugas, tanpa guru. Ini adalah waktu yang tepat untuk sebuah pesta datang ditengah kebosan menunggu tanpa kepastian. Meskipun ini adalah kelas Champion sekalipun, siswa tetaplah siswa bosan tetaplah bosan. Jika siswa sudah bosan dan ricuh apa pun bisa terjadi di kelas yang di isi oleh siswa terbaik sekalipun, dan itulah yang tengah terjadi sekarang.
Fannia merasa bosan tapi, ia ridak tertarik dengan hal yang di lakukan temannya dibelakang kelas. Ia pun menghampiri seorang siswa laki-laki yang tengah mengerjakan latihan soal di bangkunya tanpa merasa teganggu dengan pesta yang ada dibelakang kelas.
“ hey, ketua. Kau yakin tidak ada tugas? “ tanya Fannia kepada seorang laki-laki yang ia panggil ketua itu.
“ kau ingin mengerjakan tugas. Ini ada soal OSN yang baru dari perpustakan “ jawab laki-laki itu sambil membenarkan kaca matanya dan menunjukkan buku tebal yang ada di mejanya.
“ aku, kan hanya memastikan. Bukan berarti aku mau mengerjakan soal, lebih baik aku tidur saja dari tadi, huh “ ucapnya dengan nada kesal.
“ sayang sekali, padahal kau ini pintar tapi tidak mau mengasahnya “
“ ya sudahlah, itukan urusanku. Lagi pula aku ini mengandalkan nalar dan ingatan jadi selama aku belajar dan memperhatikan kelas aku rasa nilaiku tidak akan jatuh terlalu jauh “
“ beruntungnya “ ucapnya “ semoga nilaimu tidak turun “ lanjutnya.
“ hey, jangan coba-coba untuk mendo’akan yang tidak-tidak “ ucap Fannia dengan wajah yang sedikit khawatir.
“ tidak akan “ jawab laki-laki itu dengan singkat.
Akhirnya, Fannia pun kembali ke mejanya dan mulai bersiap-siap untuk memulai tidur siangnya yang berharga.
14.06 -
Sudah cukup lama sejak Fannia terlelap dalam tidur, sebenarnya ia merasa tidak nyaman tidur di bangkunya. Ia merasa kaki mulai kesemutan begitu juga dengan tangan yang ia gunakan untuk membantali kepalanya diatas meja. Karena tidak nyaman, ia pun bangun dari tidurnya dan mulai melihat sekeliling. Teman-teman kelasnya sudah tertidur di tempatnya masing-masing, mereka telah bosan dengan kericuhan yang mereka buat dan mulai tertidur sama sepertinya. Hingga seseorang datang dan mengejutkan para siswa.
“ GOOD AFTERNOON, Students “ teriak seorang pria ketika memasuki kelas membangunkan para siswa yang tertidur. Seketika kelas diisi oleh bisikan dan gumaman kecil, tapi itu segera hilang bersama wajah lelah dan kesal mereka dan pria itu hanya menerimanya.
“ Allright “ ucap pria itu sambil menatap seluruh kelas dan ketika ia akan berbicara tiba-tiba seseorang menyelanya “ Excuse me, Mr. anda telat 1 jam lebih 10 menit dan tidak ada tugas yang ditinggalkan “ sela seorang siswa yang tengah duduk dengan malas di meja belakang. Pria itu pun hanya berdiri di depan kelas sambil menganggukan kepalanya.
“ well, saya memang datang dengan sangat telat dan saya mengakuinya karena saya lupa bahwa hari ini saya harus masuk mengajar dan tadi saya sibuk rapat. Jadi, saya berencana untuk membahas rencana proyek dengan santai. “ jawab pria itu, membuat beberapa siswa yang awalnya tidak tertarik menjadi bersemangat untuk mendengar bocoran rencana proyek tahunan mereka. Pria itu pun tersenyum, ia sudah mendunganya, tidak mungkin seorang siswa akan menolak informasi sepenting ini.
“ tapi, Mr. memang boleh membocorkan informasi penting itu “ sela ketua kelas. Suasana kelas pun menjadi ricuh. Apakah mereka boleh mendengarkan bocoran proyek seperti itu?.
“ saya hanya membocorkan informasi opsi proyek yang masih di pilih, bukan berarti saya membocorkannaya, kan? “ jawabnya dengan tenang. Beberapa siswa pun mulai menganggukkan kepalanya dan tidak sabar mendengarkannya.
“ jadi, apa bocorannya Mr ? “ tanya seorang siswi.
“ ah, ada beberapa opsi yang dibuat para guru, tapi itu masih harus di ajukan dan rapat. Tapi yang pasti isi opsinya adalah tentang mengunjungi tempat bersejarah dan penting “ jawabnya.
“ sepertinya akan jadi membosankan “ kata seorang siswa dengan malas dan beberapa siswa pun mulai memikirkan isi kunjungan proyek mereka. Akhirnya, semua itu berakhir dengan suara bel sekolah yang menghentikan semua kebisingan itu.
***
16.04 -
Rona cahaya yang mulai meredup menghiasi langit petang menambahkan makna waktu yang semakin hilang dan lenyap. Mungkin itulah yang dipikirkan oleh Fannia ketika melihat langit sore itu. Itu sudah biasa tapi, baginya entah mengapa langit itu terlihat berbeda dari sebelumnya. Ia terus menatap langit itu dari koridor depan kelasnya hingga……
“ hey, jangan melamun “ ucap Zera sambil mengengejutkannya. Fannia pun hanya tersenyum dan terdiam sesaat, ia sama sekali tidak terkejut dan itu membuat Zera merasa aneh dengan respon yang ia terima. “ hey, ada apa ? “ tanyanya dengan khawatir.
Dan ia hanya tersenyum, “ Zer, sepertinya langitnya terlihat berbeda “ sambil menujuk langit. “ menurut itu sama saja “ jawab Zera.
“ benarkah? Entah mengapa hati jadi sakit ? “ ucapnya dengan nada sedih. Tapi setelahnya ia lansung tersenyum cerah seperti tidak terjadi apa-apa dan mulai berjalan keluar gedung menuju halaman depan tempat seseoarang tengah menunggunya.
“ ayo pulang Zer, aku sudah ditunggu “ sambil tersenyum dan tertawa.
Hari itu Zera merasa ada sesuatu yang berubah dari Fannia dan ia merasa bahwa akan terjadi sesuatu padanya di kemudian hari.