Loading...
Logo TinLit
Read Story - Mentari Diujung Senja
MENU
About Us  

Sasha berjalan memasuki rumahnya. Disana ada ibunya yang tengah memakan hidangan makan siangnya. Bisa dibilang mewah untuk ibunya yang hanya seorang pelayanan disini.

Sasha berjalan melewati ibunya dan segera membereskan buku-bukunya di rak.

" Sasha " Melisa bersuara.
" Ya? "
" Kamu nanti bantu ibu ya "
" Bantu apa? "
" Tolong kamu kerjakan sisa pekerjaan ibu ya "
" Ya nanti Sasha kerjakan "

Sasha duduk dihadapan ibunya " Makan siang buat Sasha mana? " Tanyanya

" Setiap rumah cuma dapet satu porsi aja. Kamu cari makan diluar aja ya. Kamu kan udah ibu kasih uang buat satu minggu. Harusnya bisa kan beli makan sendiri "

Sasha mengangguk. Dia beranjak keluar dari rumah. Bersandar pada pintu kayu berwarna putih itu.

" Uang buat hari ini udah ku abisin buat beli makanan Clara tadi. Nggak mungkin mau pake uang yang buat besok kan? " Sasha berangan-angan.

Sasha menghela nafas gusar " Yaudah. Tahan bentar lagi ya haha "

Sasha kembali masuk kedalam " Kenapa balik lagi? Katanya mau cari makan " Tanya Melisa yang melihat putrinya kembali masuk.

" Nggak pa-pa. Sasha mau langsung kerjain aja pekerjaannya biar cepet kelar "

Melisa hanya manggut-manggut dan kembali fokus pada makanannya. Sasha segera mengganti pakaiannya dan segera keluar dari sana.

πŸ’

Kini Sasha tengah berada di dapur bersama para pelayanan lainnya yang sepertinya lebih tua dari dirinya. Mungkin seumuran ibunya?

" Heh kamu anak baru! " Sasha sadar dari lamunannya.
" Nih cuci sayuran nya. Abis itu potong taruh disana " Suruh salah seorang dari para pelayanan itu.
" Baik "

Sasha melaksanakan semua yang diperintahkan oleh pelayan lainnya. Dia tahu kini dia sedang dimanfaatkan oleh mereka. Sudah jelas terlihat dari tawa mereka meski lirih.

" Lagi ngapain cewek cantik di dapur? " Suara yang tak asing di telinga Sasha. Membuat dia refleks menoleh kearah sumber suara.

" Oh, lagi di perbudak ya sama pelayan-pelayan disini? Haha kasian "

Ekspresi para pelayan disana langsung berubah takut. Apa gadis yang tengah mereka tindas ini adalah seorang yang penting untuk tuan muda mereka?

" Yang lain keluar dulu " Tanpa menjawab mereka langsung berhamburan keluar dari dapur.

" Ada perlu apa, Aigar? " Sasha membuka percakapan.
" Lo manggil gua apa? Aigar? Ini dirumah Sha, bukan di sekolah " Ucap Senja memperingati.
" Maaf. Ada perlu apa tuan Aigar? "

Senja tersenyum puas. Dia mulai berjalan mendekat ke arah Sasha dan mengelus pucuk kepala Sasha dengan kasar.

" Gitu dong, nurut. Jadi kan gua juga bakal baik sama lo " Ucap Senja setelahnya.

" Sekarang, bikinin gua kopi. Gua tunggu dikamar "
" Baik "

Sasha mulai meracik kopi untuk Senja. Se selesainya, Sasha segera pergi ke kamar Senja yang berada di lantai dua.

Sasha mengetuk pintu beberapa kali. Namun tak ada jawaban " Apa salah kamar ya? " Tanyanya pada diri sendiri.

Sasha menoleh dan mendapati ada seorang pelayan lain yang berada tak jauh dari dirinya.

" Permisi, kamar tuan Aigar benar disini? " Tanya Sasha setelah pelayan itu beralih menatapnya.
" Benar "
" Oh ya Makasih "

Sasha mengetuk kembali kamar Senja. Namun nihil. Masih tak ada jawaban dari sang pemilik kamar.

Sasha berpikir sejenak " Hmm, masuk aja kali ya? Tapi nggak sopan " Dia bertarung dengan dirinya sendiri.

" Alah terserah. Masuk aja taruh ini terus pergi "

Sasha akhirnya masuk kedalam kamar Senja.

Kamar itu kosong. Sasha masuk dan cepat-cepat meletakkan kopi diatas meja yang ada disana. Sasha bergegas hendak keluar dari sana. Sayangnya, Senja sudah lebih dulu melihat gadis berbadan ramping itu.

" Sasha "

Sasha langsung terhenti dari langkahnya. Dia perlahan berbalik dan menatap Senja dan tersenyum seperti orang bodoh.

" Ya? "

Sasha berakhir menundukkan kepalanya saat sadar Senja baru selesai mandi dan hanya mengenakan handuk.

Senja berjalan kearah sofa dan duduk disana. Lelaki itu mengambil secangkir kopi yang sudah di bawakan oleh Sasha dan memandanginya sebelum akhirnya meminum kopi tersebut.

" Sha, coba sini bentar " Pinta Senja.

Gadis itu tertegun sesaat " Hah? Kesana? Gila apaaa!! " Sasha menjerit dalam hati.

" Nggak denger? Sini " Senja kembali bersuara.

" Oh ya " Sasha berjalan mendekat kearah Senja. Dan menunggu perintah selanjutnya.

" Minum "

" Hah? " Otak Sasha masih tak dapat menecerna perintah Senja.

" Minum "

" Ohh" Sasha segera mengambil cangkir yang ada di tangan Senja dan meminum kopi di dalamnya.

Saat Sasha tengah meminum kopi itu, Senja mendorong cangkir itu hingga isinya tumpah ke wajah Sasha. Membuat gadis itu tersedak karena terkejut.

" Uhuk, uhuk "

" Gimana rasanya? " Tanya Senja.
" Pa-pahit "
" Lain kali, tambah gulanya dikit lagi biar gk pahit kayak mandang muka lo! " Makinya.
" I-iya "
" Bawain yang baru. Lima menit harus jadi "

Sasha bergegas keluar dari kamar Senja menuju dapur dan membuatkan kopi yang baru.

" Kemanisan " Ucap Senja setelah mencicipi kopi kedua.

Sasha diminta membuat kopi untuk Senja hingga beberapa kali. Sasha benar-benar dibuat kewalahan oleh seorang Senja dan segala komplain nya.

" Kurang gula, kurang kentel, tambahin dikit lagi, kurangi "

Sasha harus bolak-balik dari kamar Senja menuju dapur dan sebaliknya. Berulang terus.

" Oke. Ini udah pas " Sasha tersenyum senang.

" Tapi gua udah nggak selera. Minum lo aja ya "

Brakk!
Sasha menggebrak meja. Membuat Senja menatapnya nyalang.

" Pengenmu apa sih Gar? Nggak usah nyusahin orang deh! "

Sebelah bibir Senja terangkat. Lelaki itu bangkit berdiri. Mendekat kearah Sasha dan menarik gadis itu dalam dekapannya.

" Yang gua mau? "

Sasha menelan salivanya. Dia punya firasat buruk.

Senja mengeratkan pelukannya. Jemarinya mulai mendarat di pipi Sasha. Merambat ke bibir.

" Ini "

Dengan gerakan cepat, Senja mendorong wajah Sasha. Kembali menyatukan bibir mereka.

" Huh, Aigar! Umpp.. "

Senja memojokkan Sasha di dinding. Dan kembali mengecup bibir itu. Bermain lidah sepuasnya.

Setelah puas, Senja melepaskan Sasha. Didorongnya gadis itu keatas sofa.

" Kenapa lo nggak kerja di club aja sih Sha? Pasti lo laku keras disana. Dapet banyak uang " Tutur Senja

" Aku emang cuma anak pelayan. Tapi aku masih punya harga diri. Aku nggak serendah itu "

" Ahahaha. Lo masih punya harga diri? Heh! Dah sana pergi! "

Gadis itu bangkit dan segera mengambil cangkir di meja. Gadis itu segera pergi sebelum hal buruk terjadi lagi.

πŸ’

Saat masuk kedalam rumah, tak ada siapapun disana. Melisa tak terlihat sama sekali. Namun, ada sepucuk surat diaana.
___________________________________________

" Ibu ada urusan diluar. Kamu jaga rumah ya "
___________________________________________

" Pantes ibu sering di pecat " Gumam Sasha. Gadis itu meremas kertas itu dan melemparkannya asal.

Sasha duduk di pojok ranjang. Menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

" Huh, siallll!!! "

Air mata mulai menetes dari pelupuk matanya. Sakit, sesak itu yang dirasakannya sekarang. Baru saja dia merasa senang bisa bersekolah lagi. Tapi malah di timpa masalah. Sial memang.

Tok, tok, tok
Sasha segera menghapus air matanya dan membukakan pintu.

" Nyonya? Apa ada yang saya bantu? " Sasha spontan bertanya saat seorang wanita setengah baya berdiri di hadapannya.

" Melisa ada? " Tanya wanita itu.

" Ibu lagi di luar. Katanya ada urusan "

Astrid Mayordia mengangguk paham. Wanita itu mengelus pucuk kepala Sasha dengan lembut. Berbanding jauh dengan saat Senja melakukannya tadi.

" Nanti tolong sampaikan Melisa buat menemui ku di ruangan ku ya "

" Baik "

Astrid berbalik " Jangan nangis lagi ya. Kalo ada masalah cerita aja " Ucapnya sebelum benar-benar pergi.

Sasha tertegun sesaat. Kemudian tersenyum.

" Makasih, nyonya. Anda baik nggak kayak anak-anaknya "

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Panggung Terakhir
366      242     0     
Short Story
Apa yang terlintas dipikiran kalian saat melihat pertunjukan opera? Penuh dengan drama? Bernilai seni yang tinggi? Memiliki ciri khas yang sangat unik? Dimana para pemain sangat berkarakter dan berkharisma? Sang Ratu Opera, Helena Windsor Saner, merupakan seorang gadis cantik dan berbakat. Jenius dalam musik, namun lebih memilih untuk menjadi pemain opera. Hidup dengan kepribadian ceria...
Dark Shadow
363      235     5     
Horror
Tentang Jeon yang tidak tahu bahwa dirinya telah kehilangan Kim, dan tentang Kim yang tidak pernah benar-benar meninggalkan Jeon....
Cinta Sebatas Doa
613      430     0     
Short Story
Fero sakit. Dia meminta Jeannita untuk tidak menemuinya lagi sejak itu. Sementara Jeannita justru menjadi pengecut untuk menemui laki-laki itu dan membiarkan seluruh sekolah mengisukan hubungan mereka tidak lagi sedekat dulu. Padahal tidak. Cukup tunggu saja apa yang mungkin dilakukan Jeannita untuk membuktikannya.
Liontin Semanggi
1633      975     3     
Inspirational
Binar dan Ersa sama-sama cowok most wanted di sekolah. Mereka terkenal selain karena good looking, juga karena persaingan prestasi merebutkan ranking 1 paralel. Binar itu ramah meski hidupnya tidak mudah. Ersa itu dingin, hatinya dipenuhi dengki pada Binar. Sampai Ersa tidak sengaja melihat kalung dengan liontin Semanggi yang dipakai oleh Binar, sama persis dengan miliknya. Sejak saat...
Last Hour of Spring
1535      811     56     
Romance
Kim Hae-Jin, pemuda introvert yang memiliki trauma masa lalu dengan keluarganya tidak sengaja bertemu dengan Song Yoo-Jung, gadis jenius yang berkepribadian sama sepertinya. Tapi ada yang aneh dengan gadis itu. Gadis itu mengidap penyakit yang tak biasa, ALS. Anehnya lagi, ia bertindak seperti orang sehat lainnya. Bahkan gadis itu tidak seperti orang sakit dan memiliki daya juang yang tinggi.
Woozi's Hoshi
9023      2087     7     
Fan Fiction
Ji Hoon dan Soonyoung selalu bersama sejak di bangku Sekolah Dasar, dan Ji Hoon tidak pernah menyangka bahwa suatu hari Soonyoung akan pergi meninggalkannya...
XIII-A
850      624     4     
Inspirational
Mereka bukan anak-anak nakal. Mereka hanya pernah disakiti terlalu dalam dan tidak pernah diberi ruang untuk sembuh. Athariel Pradana, pernah menjadi siswa jeniushingga satu kesalahan yang bukan miliknya membuat semua runtuh. Terbuang dan bertemu dengan mereka yang sama-sama dianggap gagal. Ini adalah kisah tentang sebuah kelas yang dibuang, dan bagaimana mereka menolak menjadi sampah sejar...
A Girl With Wedding Dress
612      408     1     
Short Story
Cerita mereka, tentang seorang gadis cantik dengan gaun pengantin warna putih dan senyum pilu sarat luka yang selalu menemaninya.
Because Love Un Expected
14      13     0     
Romance
Terkadang perpisahan datang bukan sebagai bentuk ujian dari Tuhan. Tetapi, perpisahan bisa jadi datang sebagai bentuk hadiah agar kamu lebih menghargai dirimu sendiri.
29.02
447      239     1     
Short Story
Kau menghancurkan penantian kita. Penantian yang akhirnya terasa sia-sia Tak peduli sebesar apa harapan yang aku miliki. Akan selalu kunanti dua puluh sembilan Februari