Sasha berjalan keluar dari kediaman Gemilang menuju ke halte bus terdekat. Dia tak mau melewati hari pertamanya di sekolah setelah putus sekolah kurang lebih satu setengah tahun lamanya. Beruntung dia tak perlu mengulang.
Sasha menaiki bus yang searah ke sekolah barunya ini. Dia menikmati perjalanan ini.
" Kosong? " Seorang gadis menghampiri Sasha.
" Ya. Silahkan " Sasha memindahkan tas miliknya agar gadis ini bisa duduk di kursi kosong yang berada di sebelahnya.
" Kamu anak SMA Giwangkara? " Tanya gadis itu ramah.
" Iya "
" Kelas berapa? "
" XI "
Gadis itu menatap Sasha intens " Kok nggak pernah liat sih? " Ucap gadis itu akhirnya.
" Ahahaha, aku siswi baru di SMA Giwangkara "
Gadis itu mengangguk-angguk paham " Ohh murid baru ternyata "
" Kamu juga kelas XI? " Kini Sasha yang bertanya.
" Yups. Aku Mariana dari kelas XI 1 " Gadis itu mengenalkan dirinya.
Sasha tersenyum hangat " Aku Sasha, dari kelas XI 1 juga "
" Bagus!! Berarti kita sekelas. Nanti aku kenalin sama seseorang. Pasti dia seneng ketemu kamu "
Keduanya berbincang selama perjalanan menuju SMA Gemilang dengan penuh canda tawa Bahagia.
π
Setelah perjalanan yang menyenangkan, kini Sasha dan Mariana telah sampai di kelas. Saat memasuki kelas, sudah ada beberapa orang di sana, termasuk Clara yang sepertinya sudah menantikan kedatangan Sasha.
Gadis dengan senyum smirik di bibirnya itu berjalan menghampiri Sasha " Ini dia babu baru gua. Dating juga akhirnya " Ucapnya sedari menepuk bahu Sasha.
" Maksud kamu apa, Clara? " Mariana bertanya dengan ekspresi tak senang.
" Nggak usah ikut campur atau lo ikut gabung sama dia "
Mariana bungkam. Dia tak mau berurusan dengan Clara.
" Gua belum ngerjain tugas matematika nih. Kerjain lo ya, BABU " Ucap Clara sambal mendorong tubuh Sasha hingga menabrak meja.
" Gimana aku ngerjainnya Clara? Aku aja baru masuk hari ini "
" BABU nggak boleh ngelawan majikannya dong. Bukan urusan gua lo mau ngerjainnya giamana " Balas Clara sambal menonyor kepala Sasha.
" Gua tunggu sampe jam Sembilan. Harus selesai sebelum guru matematika masuk " Clara memberikan buku miliknya pada Sasha yang tentunya langsung menerima buku itu. Clara duduk setelahnya. Tepat di samping seorang pemuda yang tak lain lagi adalah kembarannya, Aigar Senja Gemilang.
Sasha menatap Senja dengan begitu lekatnya hingga mungkin Senja merasakan tengah di perhatikan. Mata keduanya beradu. Namun hanya sesaat. Tepat setelah Clara memprotes Senja.
" Aigar!! Jangan natap dia gitu. Nanti dia keGR an "
" Siapa juga yang mandeng cewek kayak dia? Gua nggak nafsu buat mandeng cewek rendahan kayak dia " Ucap Senja mengalihkan pandangannya dan bersedekap dada.
" Kalo mau gua pandang, minimal dari keluarga ternama. Bukan anak PEMBANTU " Kini Aigar menatap Sasha dengan tatapan merendahkan. Membuat hati Sasha terasa ngilu mendengarnya.
" Cukup Aigar. Dia baru masuk. Jangan di perlakukan buruk gini " Ucap seorang gadis.
" Biarin aja. Biar dia nggak betah disini dan cepet-cepet keluar dari sini. Amit-amit banget sekelas sama anak pembantu " Senja bangkit dari tempat duduknya dan keluar dari kelas diikuti dua orang temannya.
" Ayo sini dudk sama aku aja " Ucap gadis itu menuntun Sasha untuk duduk di sampingnya.
" Kenalin aku Mathilda " ucapnya lagi.
" Makasih " Ucap Sasha lirih
Mathilda tersenyum " sama-sama. Kalo ada apa-apa, bilang aja sama aku. Oke? "
Clara menatap keduanya tak senang. Saat dia hendak bertindak, " Biarin dulu aja Ra " ucap seorang yang duduk di sebelah Clara.
Clara berdecak kesal. Dia mengurungkan niatnya untuk mengganggu Sasha dan Kembali duduk di tempatnya.
π
Jam istirahat tiba. Mathilda dan Mariana mengajak Sasha pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka agar lebih semangat di pelajarann berikutnya. Belum juga beranjak dari kelas, Langkah ketiganya sudah di hentikan oleh Clara.
" Mau ke kantin nih ceritanya? " Rak ada yang menjawab pertanyaan Clara satupun dari mereka. Ketiganya hanya saling menatap.
" Orang ditanya tuh jawab bukan Cuma diem aja!! "
" Iya. Kita ma uke kantin " Sasha yang menjawab.
Clara tersenyum " Oke. Tolong sekalian beliin spagheti dua sama mocachino coffe nya juga dua "
Ketiganya masih diam disana " Kenapa malah pada bengong? " Clara lantas bertanya.
" Uang nya? "
Pertanyaan itu mengundang gelak tawa dari seorang Clara " Ahahaha, kan tadi gua udah bilang beliin. Ya pake uang lo lah!! Bedain ya nitip sama beliin. Makannya kalo orang ngomongtu dengerin. Udah-udah sana, pergi!! "
Sasha, Mariana dan Mathilda akhirnya memutuskan untuk tak menjawab lagi dan segera keluar dari kelas.
" Nggak usah di beliin " Ucap Mathilda dengan ekspresi tak sukanya.
" Nggak apa Da. Aku harus nuruti yang dia omongin "
" Kenapa? Nggak usah takut Sha, ada kita disini " Ucap Mariana.
Sasha tersenyum " Aku punya alasan Na "
Mathilda memandang tak perduli. Kalaupun dia bertanya pasti tak akan di jawab oleh Sasha. Mariana juga paham. Maka dari itu dia tak bertanya dan memilih untuk diam.
π
Sasha sengaja meninggalkan kedua temannya dan kembali ke kelas lebih awal untuk memberikan pesanan Clara. Semuanya berjalan baik hingga Senja dan dua temannya tiba-tiba menghadang jalan Sasha.
" Itu, Aigar kan? " Tuturnya lirih.
" Bawa apaan tuh? Kayaknya enak " Ucap Arshela Yudha, salah satu teman Senja.
" Lo mau Dha? " Revan Anggara menyahuti.
" Mau dong " Yudha menyeringai.
" Gua juga nih. Lumayan loh, gratis "
Keduanya menatap Senja " Kalo mau, ambil aja. Tunggu apa lagi? "
Sasha meneguk salivanya susah payah. Kakinya perlahan mundur.
" Kenapa? Nggak usah takut. Kita cuma mau ambil makanannya aja kok. Bukan mau lo ahahaha " Ucap Angga.
" Ini buat Clara, Aigar " Sasha membela diri.
" Terus? Apa hubungannya sama gua? Jangan kita gua takut sama kembaran gua sendiri "
Sasha terdiam " Kalo lo mau kasih makanan itu ke Clara, ya lindungi lah. Bukan cuma PASRAH "
" Wah, wah. Udah dapet saran dari Aigar loh " Ujar Yudha.
" Tapi mending lo langsung kasih aja ke kita daripada buang-buang tenaga lo " Angga menimpali.
Satu ujung bibir Sasha terangkat. Memberikan ekspresi perlawanan " Hah? Mau ini? "
Yudha dan Angga saling adu pandang. Mereka merasa heran. Perasaan beberapa saat lalu gadis di hadapan mereka masih ketakutan. Kenapa sekarang jadi berani begini?
Yudha dan Angga tambah terkejut saat tiba-tiba Sasha melempar makanan dan minuman itu ke atas lantai koridor. Kali ini bukan hanya yudha dan Angga saja yang terkejut. Senja juga sama terkejutnya.
" Katanya mau, ambil dong " Ucap Sasha lugas. Dia tak mau di remehkan kali ini.
Senja terkekeh pelan " Karena gua nggak ngancem lo kayak yang di lakuin Clara, lo jadi nggak ada takut-takutnya ya sama gua " Ucapnya sedari berjalan mendekati Sasha melewati dua temannya.
Sasha masih kukuh dengan ekspresi menantangnya. Dia tak takut. Tak boleh takut.
" Nggak usah sok berani lo " Senja terus mendekat, mendekat dan mendekat. Tanpa sadar Sasha juga mulai melangkah mundur perlahan. Senja menarik lengan Sasha kasar. Membuat keduanya tak berjarak lagi.
Tanpa aba-aba Senja mengecup bibir merah muda milik gadis itu. Merebut ciuman pertamanya.
Sasha lantas menggigit bibir Senja guna melepaskan diri. Dia cukup sadar tak punya cukup tenaga untuk mendorong tubuh tegap lelaki dihadapannya.
" Heh, berani juga ya " Ucap Senja sedari mengusap bibirnya yang terasa nyeri.
" Buat apa takut? Takut itu cuma sama Tuhan " Ucapan Sasha berhasil membuat tawa Senja meledak disana.
" Ahahaha. Oke. Ini baru awal aja. Gua bakal nikmati lagi lain kali. Tunggu aja "
Setelah mengatakan itu, Senja langsung beranjak meninggalkan Sasha diikuti kedua temannya.
Sasha menghembuskan nafasnya lega. Sejujurnya dia takut. Tapi tetap harus terlihat tegar dihadapan orang semacam Senja dan Clara agar tak terus di rendahkan dan di injak-injak.
" Harus beli lagi deh " Ucapnya melihat makanan yang sudah tak layak makan itu.
π
" Lama banget cuma beli ginian " Komplain Clara yang sudah menunggu lama karena Sasha harus kembali ke kantin untuk membeli lagi pesanan Clara.
" Setidaknya udah ku beliin kan? Bersyukur Ra "
" Sampah kayak lo nggak berhak ngomong gitu ke gua " Clara melempar satu box spaghetti ke arah Sasha hingga tumpah ke lantai.
Sasha menghela nafasnya " Sabar Sha, sabar "
Sasha kembali berjalan menuju tempat duduknya. Dia langsung duduk. Dia masih terbayang akan Senja karena kejadian tadi.
" Harus jaga jarak sama Aigar mulai sekarang "