Loading...
Logo TinLit
Read Story - Hidden Hearts
MENU
About Us  

Setelah acara pengumuman selesai, Nara dan Amel berjalan menuju kelas. Suasana di koridor masih ramai, beberapa siswa membicarakan lomba yang akan datang, beberapa bahkan menyapa Nara dan memberikan selamat.

Namun, di tengah keramaian itu, pikiran Nara tetap tertuju pada satu orang.

Zian.

Seharusnya ia tidak berharap apa-apa. Ia sendiri yang memutuskan untuk menjauh. Ia sendiri yang mengatakan bahwa segalanya akan lebih mudah tanpa keterlibatan Zian. Tapi kenapa perasaan kosong itu semakin besar?

 

Beberapa hari berlalu, dan persiapan untuk lomba cerdas cermat semakin intens. Nara dan timnya menghabiskan banyak waktu di perpustakaan, berdiskusi dan menghafal materi.

Namun, meskipun pikirannya sibuk dengan latihan, hatinya masih terasa gelisah.

Suatu sore, saat ia hendak pulang, langkahnya terhenti ketika melihat Zian di parkiran sekolah. Pemuda itu sedang berdiri di samping motornya, berbicara dengan seorang siswi, yang Nara tahu, dia adalah teman sekelas Zian.

Nara menahan napas. Ia tidak berniat mendengarkan, tapi suaranya terlalu jelas untuk diabaikan.

"Zian, aku mau nanya sesuatu deh," suara Kayla terdengar lembut.

Zian tidak segera menjawab, tetapi ekspresinya tidak menunjukkan ketertarikan. "Nanya apa?"

"Aku denger dari temen-temen, sekarang kamu lagi deket sama Nara yah? anak kelas X4?"

Nara merasakan jantungnya berdebar lebih kencang.

Zian tertawa kecil, nada suaranya penuh ironi. "Deket? Siapa yang bilang? jangan ngaco deh."

Kayla menatapnya ragu. "Jadi gosip itu nggak bener?"

Zian bersandar ke motornya, tatapannya datar. "Dia bukan siapa-siapa gue. Dan gue gak pernah deket sama dia."

Deg.

Nara merasa dadanya mencelos.

Ia tidak tahu kenapa, tapi mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Zian terasa lebih menyakitkan daripada apa pun.

Sadar bahwa ia tidak seharusnya ada di sini, Nara segera berbalik, melangkah cepat meninggalkan tempat itu.

Tapi tidak peduli seberapa jauh ia berjalan, kata-kata Zian tetap menggema di kepalanya.

"Dia bukan siapa-siapa gue."

Nara mengepalkan jemarinya erat, berusaha menahan air mata yang nyaris jatuh.

Nara berjalan tanpa arah, hanya ingin menjauh sejauh mungkin dari tempat itu. Rasanya ada sesuatu yang mengganjal di dadanya, sesuatu yang membuat napasnya terasa lebih berat.

Kenapa ia harus merasa seperti ini? Bukankah ini yang ia inginkan? Bukankah ia yang memilih untuk menjaga jarak?

Tapi kenapa mendengar Zian mengingkarinya begitu menyakitkan?

Tanpa sadar, langkahnya membawanya ke taman belakang sekolah—tempat yang biasanya sepi saat jam pulang seperti ini. Ia duduk di bangku kayu di bawah pohon besar, menatap kosong ke arah langit yang mulai berubah warna senja.

Suara langkah kaki terdengar mendekat.

"Ra?"

Nara mengangkat wajahnya dan melihat Amel berdiri di hadapannya dengan ekspresi khawatir.

"Kamu kenapa?" tanya Amel, duduk di sampingnya.

Nara menggeleng. "Nggak apa-apa."

Amel mendesah. "Jangan bohong. Wajah kamu kayak orang yang habis lihat setan."

Nara tersenyum kecil, tapi senyum itu tak sampai ke matanya. "Cuma capek aja, Mel."

Amel menatapnya tajam sebelum akhirnya berbicara lagi, lebih pelan. "Ini tentang Kak Zian, kan?"

Jemari Nara yang tertaut di pangkuannya menegang.

"Aku lihat kamu tadi di parkiran," lanjut Amel. "Dan aku juga dengar."

Nara menutup matanya sejenak, mencoba menahan emosi yang mulai naik ke permukaan.

"Dia beneran ngomong kayak gitu," gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri. "Kayak aku ini nggak pernah ada."

Amel diam sesaat sebelum menepuk pundak Nara pelan. "Kamu sakit hati yah, Ra?"

Nara menggigit bibirnya, tidak langsung menjawab. Tapi dalam hatinya, ia tahu jawabannya.

Iya.

Ia sakit hati.

Karena meskipun ia yang memutuskan untuk pergi, ia tidak pernah membayangkan Zian akan menyangkal keberadaannya secepat itu.

Dan lebih dari itu, ia tidak pernah menyangka betapa sakitnya diabaikan oleh seseorang yang dulu selalu ada untuknya.

Sementara itu, di tempat lain, Zian duduk diam di atas motornya, menatap layar ponselnya dengan ekspresi yang sulit dibaca.

Ia tidak tahu kenapa, tapi setelah Kayla pergi dan suasana kembali sepi, hatinya justru terasa lebih berat.

"Dia bukan siapa-siapa gue."

Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutnya tadi.

Tapi kenapa sekarang, ia merasa seolah-olah ia baru saja berbohong, bukan hanya kepada Kayla, tapi juga kepada dirinya sendiri?

Reza yang sejak tadi memperhatikan hanya menghela napas.

"Lo yakin mau terus begini?" tanyanya akhirnya.

Zian mendongak, menatap sahabatnya dengan tatapan dingin. "Maksud lo?"

Reza menyandarkan diri ke tembok dekat parkiran. "Sok kuat, sok nggak peduli, padahal jelas-jelas lo masih kepikiran."

Zian tidak menjawab.

Reza mendengus kecil. "Gue tau lo marah karena Nara ngejauhin lo. Tapi lo sadar nggak sih, lo juga bikin dia sakit hati?"

Zian mengerutkan keningnya. "Dia yang mulai duluan."

Reza terkekeh pelan. "Lo kayak anak kecil."

Zian menghela napas panjang, lalu menatap lurus ke depan.

"Gue cabut dulu." kata Zian memilih pergi dan menghindari Reza.

Bersambung

 

 

 

 

 

 

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Bisikan yang Hilang
73      66     2     
Romance
Di sebuah sudut Malioboro yang ramai tapi hangat, Bentala Niyala penulis yang lebih suka bersembunyi di balik nama pena tak sengaja bertemu lagi dengan Radinka, sosok asing yang belakangan justru terasa akrab. Dari obrolan ringan yang berlanjut ke diskusi tentang trauma, buku, dan teknologi, muncul benang-benang halus yang mulai menyulam hubungan di antara mereka. Ditemani Arka, teman Radinka yan...
fall
4709      1403     3     
Romance
Renata bertemu dua saudara kembar yang mampu memporak-porandakan hidupnya. yang satu hangat dengan segala sikap manis yang amat dirindukan Renata dalam hidupnya. satu lagi, dingin dengan segudang perhatian yang tidak pernah Renata ketahui. dan dia Juga yang selalu bisa menangkap renata ketika jatuh. apakah ia akan selamanya mendekap Renata kapanpun ia akan jatuh?
Singlelillah
1329      640     2     
Romance
Kisah perjalanan cinta seorang gadis untuk dapat menemukan pasangan halalnya. Mulai dari jatuh cinta, patah hati, di tinggal tanpa kabar, sampai kehilangan selamanya semua itu menjadi salah satu proses perjalanan Naflah untuk menemukan pasangan halalnya dan bahagia selamanya.
Life
326      227     1     
Short Story
Kutemukan arti kehidupan melalui kalam-kalam cinta-Mu
Asa
4796      1437     6     
Romance
"Tentang harapan, rasa nyaman, dan perpisahan." Saffa Keenan Aleyski, gadis yang tengah mencari kebahagiaannya sendiri, cinta pertama telah di hancurkan ayahnya sendiri. Di cerita inilah Saffa mencari cinta barunya, bertemu dengan seorang Adrian Yazid Alindra, lelaki paling sempurna dimatanya. Saffa dengan mudahnya menjatuhkan hatinya ke lubang tanpa dasar yang diciptakan oleh Adrian...
Singlelillah
0      0     0     
Romance
Entah seperti apa luka yang sedang kau alami sekarang, pada kisah seperti apa yang pernah kau lalui sendirian. Pada akhirnya semua akan membuatmu kembali untuk bisa belajar lebih dewasa lagi. Menerima bahwa lukamu adalah bentuk terbaik untuk membuatmu lebih mengerti, bahawa tidak semua harapan akan baik jika kau turuti apalagi membuatmu semakin kehilangan kendali diri. Belajar bahwa lukamu adalah...