Loading...
Logo TinLit
Read Story - Hidden Hearts
MENU
About Us  

 

Sejak hari itu, Zian tidak lagi berusaha mendekati Nara.

Jika sebelumnya ia masih sering memperhatikannya diam-diam, kini ia benar-benar menjaga jarak. Tidak ada lagi tatapan yang mengikuti Nara di lorong sekolah, tidak ada lagi upaya untuk menghampirinya, bahkan saat mereka berpapasan pun Zian hanya melewatinya begitu saja, seolah mereka tidak pernah saling mengenal.

Dan hal itu terasa aneh bagi Nara.

Awalnya, ia berpikir semuanya akan menjadi lebih mudah. Tanpa Zian berusaha mendekatinya, tanpa tatapan penuh pertanyaan yang seakan meminta penjelasan. Tapi yang terjadi justru sebaliknya.

Setiap kali ia melihat Zian, ada sesuatu di dadanya yang terasa kosong.

Bahkan, Amel pun menyadari perubahan itu.

"Kamu yakin ini yang kamu mau?" tanya Amel saat mereka duduk di kantin.

Nara mengaduk jus jeruknya tanpa minat. "Kan ini yang aku pilih dari awal."

"Tapi kenapa kamu keliatan kayak orang yang nyesel?"

Nara menghela napas. Ia tidak menjawab, karena mungkin, dalam hatinya, ia memang sedikit menyesal.

Di sisi lain, Zian juga merasakan ada sesuatu yang berbeda. Ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa menjauh dari Nara adalah keputusan yang tepat, tetapi nyatanya, perasaan itu tetap ada.

Siang itu, di sudut lapangan basket yang sepi, Zian duduk di bangku panjang bersama Reza. Tangannya sibuk memainkan botol air mineral yang belum dibuka, sementara tatapannya kosong menatap ke depan.

Reza yang sudah lama mengenalnya hanya bisa menghela napas. "Gue tahu lo mau ngomong sesuatu, jadi cepetan keluarin aja."

Zian mendesah, lalu akhirnya membuka suara. "Gue udah berusaha buat nggak peduli. Udah berhenti nyari-nyari dia, udah nggak ganggu dia lagi. Harusnya semuanya jadi lebih gampang, kan?"

Reza menatapnya dengan ekspresi memahami. "Tapi?"

Zian menggenggam botol air di tangannya lebih erat. "Tapi kenapa gue malah ngerasa makin kosong, Za? Kenapa setiap gue lihat dia, rasanya kayak ada sesuatu yang hilang?"

Reza tersenyum kecil. "Karena lo masih peduli."

Zian tertawa miris. "Gue nggak boleh peduli, kan? Dia udah milih buat ngejauh, dan gue harus hormatin itu."

Reza mengangkat bahu. "Iya, lo harus hormatin keputusannya. Tapi bukan berarti lo harus bohongin diri lo sendiri."

Zian terdiam. Kata-kata Reza menamparnya dengan lembut, mengingatkan bahwa meskipun ia berusaha menjauh, hatinya tetap tertinggal di tempat yang sama bersama Nara.

Reza menepuk bahu Zian pelan, mencoba memberinya sedikit kenyamanan. "Lo suka banget sama dia, ya?"

Zian mendesah panjang, lalu mengusap wajahnya dengan kasar. "Gue nggak tahu, Za. Gue cuma... nggak bisa berhenti mikirin dia."

Reza terkekeh. "Itu namanya suka, idiot."

Zian menggeleng, menatap temannya dengan ekspresi frustrasi. "Tapi kalau gue beneran suka, kenapa Nara malah ngejauh? Kenapa dia kayak nggak mau ada hubungan apa-apa sama gue?"

Reza mengangkat bahu. "Lo sendiri kan yang bilang, semua ini karena Alina."

Zian terdiam. Ia tahu Reza ada benarnya. Semua berawal sejak Alina mulai ikut campur dalam hidupnya atau lebih tepatnya, dalam hubungannya dengan Nara.

"Gue rasa dia bukan benci sama lo, tapi dia takut masalahnya makin besar kalau terus deket sama lo."

Zian menggenggam botol air di tangannya dengan lebih erat. "Tapi kenapa harus dengan cara ngejauh kayak gini Za?"

Reza menghela napas, menatap Zian dengan sabar. "Karena buat Nara, itu cara paling gampang buat ngehindarin masalah. Kalau dia nggak ada di dekat lo, dia nggak perlu dengerin omongan orang, nggak perlu ribet sama drama yang Alina bikin."

Zian mengalihkan pandangannya, rahangnya mengeras. "Tapi justru itu yang bikin gue makin kesel. Dia malah milih buat ngejauh daripada gue lindungin."

Reza menatap Zian dengan ekspresi memahami. "Gue ngerti perasaan lo. Tapi, Zi, nggak semua orang bisa sekuat lo. Buat lo, mungkin gampang buat hadapin semua omongan orang, tapi buat Nara? Bisa aja dia nggak siap."

Zian mendesah panjang, matanya menatap kosong ke arah lapangan. "Tapi gue cuma pengen dia percaya sama gue. Kalau ada masalah, kita harusnya hadapin bareng, bukan malah kabur."

Reza mengangkat bahu. "Kadang, orang milih buat lari bukan karena mereka nggak peduli. Tapi karena mereka takut kalau mereka tetep tinggal, mereka bakal lebih terluka."

Zian terdiam. Kata-kata Reza berputar di kepalanya, membuatnya semakin frustrasi. Ia ingin marah, ingin menyalahkan keadaan, tapi di sisi lain, ia juga sadar kalau Reza mungkin benar.

"Gue harus ngomong sama dia," gumamnya akhirnya.

Reza mengangkat alis. "Lo yakin dia bakal mau dengerin lo?"

Zian mendengus. "Gue nggak peduli. Dia udah cukup lama ngejauh, dan gue udah cukup lama diem. Kali ini, gue bakal paksa dia buat dengerin gue."

Reza tersenyum kecil, menepuk bahunya. "Semoga berhasil, bro. Jangan sampe lo malah makin ditolak hahaha" suara tawa Reza menggema di seisi ruangan.

"Sialan lo!!!"

Bersambung

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Bisikan yang Hilang
73      66     2     
Romance
Di sebuah sudut Malioboro yang ramai tapi hangat, Bentala Niyala penulis yang lebih suka bersembunyi di balik nama pena tak sengaja bertemu lagi dengan Radinka, sosok asing yang belakangan justru terasa akrab. Dari obrolan ringan yang berlanjut ke diskusi tentang trauma, buku, dan teknologi, muncul benang-benang halus yang mulai menyulam hubungan di antara mereka. Ditemani Arka, teman Radinka yan...
Singlelillah
0      0     0     
Romance
Entah seperti apa luka yang sedang kau alami sekarang, pada kisah seperti apa yang pernah kau lalui sendirian. Pada akhirnya semua akan membuatmu kembali untuk bisa belajar lebih dewasa lagi. Menerima bahwa lukamu adalah bentuk terbaik untuk membuatmu lebih mengerti, bahawa tidak semua harapan akan baik jika kau turuti apalagi membuatmu semakin kehilangan kendali diri. Belajar bahwa lukamu adalah...
Life
326      227     1     
Short Story
Kutemukan arti kehidupan melalui kalam-kalam cinta-Mu
Singlelillah
1329      640     2     
Romance
Kisah perjalanan cinta seorang gadis untuk dapat menemukan pasangan halalnya. Mulai dari jatuh cinta, patah hati, di tinggal tanpa kabar, sampai kehilangan selamanya semua itu menjadi salah satu proses perjalanan Naflah untuk menemukan pasangan halalnya dan bahagia selamanya.
fall
4709      1403     3     
Romance
Renata bertemu dua saudara kembar yang mampu memporak-porandakan hidupnya. yang satu hangat dengan segala sikap manis yang amat dirindukan Renata dalam hidupnya. satu lagi, dingin dengan segudang perhatian yang tidak pernah Renata ketahui. dan dia Juga yang selalu bisa menangkap renata ketika jatuh. apakah ia akan selamanya mendekap Renata kapanpun ia akan jatuh?
Asa
4796      1437     6     
Romance
"Tentang harapan, rasa nyaman, dan perpisahan." Saffa Keenan Aleyski, gadis yang tengah mencari kebahagiaannya sendiri, cinta pertama telah di hancurkan ayahnya sendiri. Di cerita inilah Saffa mencari cinta barunya, bertemu dengan seorang Adrian Yazid Alindra, lelaki paling sempurna dimatanya. Saffa dengan mudahnya menjatuhkan hatinya ke lubang tanpa dasar yang diciptakan oleh Adrian...