Loading...
Logo TinLit
Read Story - Hidden Hearts
MENU
About Us  

“Nara, aku ingin bicara.” katanya langsung.

Nara menutup bukunya dan mengangguk. “Iya kak, ada apa?”
“Aku cuma mau ngasih tahu satu hal sama kamu. Zian itu bukan tipe cowok yang suka didekati cewek pendiam. Dia butuh seseorang yang selevel dengannya,” kata Alina dengan nada tajam.

Nara terkejut mendengar kata-kata itu. “Aku… aku tidak mengerti maksud kakak apa.” Alina mendekatkan wajahnya ke wajah Nara lalu berbicara penuh dengan penekanan.
“Maksudku, lebih baik kamu menjauh dari Zian. Dia sudah cukup sibuk tanpa harus diganggu oleh seseorang seperti kamu,” ujar Alina dengan tegas.

Nara merasa hatinya sakit mendengar ucapan itu. Namun, ia mencoba untuk tetap tenang. “Aku tidak pernah berniat mengganggu kak Zian. Kami hanya berteman, kak.”
“Terserah kamu mau bilang apa. Tapi aku nggak akan diam kalau kamu terus mendekati dia,” jawab Alina sebelum berbalik dan pergi meninggalkan Nara.

Hari itu, Nara merasa sangat sedih. Ia merasa tidak pantas untuk menjadi teman Zian, apalagi jika hal itu membuat orang lain marah padanya. Dan saat siang harinya, saat pulang sekolah, Zian  tiba-tiba menghampirinya.
“Ra, kamu kelihatan nggak kayak biasanya. Ada apa? apa kamu sakit?” tanya Zian  dengan nada khawatir.

Nara ragu sejenak sebelum menjawab. “Tidak ada apa-apa, kak. Aku hanya sedikit lelah saja.” kata Nara berbohong dan memilih untuk tidak mengadukan perihal Alina yang memberi peringatan atau ancaman kepadanya.
“Kalau kamu ada masalah, kamu bisa cerita ke aku, lho Ra,” kata Zian lagi.

Nara mengangguk sambil tersenyum tipis. “Terima kasih, kak. Tapi aku baik-baik saja. Aku pulang duluan yah kak.”

Nara sudah akan melangkah, namun Zian menghentikannya.

“Nara tunggu! aku antar pulang yah, kamu seperti tidak fokus.” Zian merasa khawatir pada Nara, terlihat dari wajahnya yang seolah menyimpan masalah yang berat dan dia seperti tertekan hebat.

“Makasih banyak kak, tapi aku pulang sendiri saja.” Nara pergi meninggalkan Zian yang bingung. Zian merasa ada sesuatu yang disembunyikan Nara, terlihat dari sikapnya yang begitu berbeda, cukup dingin dan tak banyak bicara. Tapi ia memilih untuk tidak memaksa. 

“Kamu gak seperti biasanya Ra.” gumam Zian.

Beberapa hari kemudian, Alina semakin menunjukkan rasa tidak sukanya terhadap Nara. Ia mulai menyebarkan desas-desus di antara teman-temannya bahwa Nara sengaja mendekati Zian untuk mencari perhatian. Desas-desus itu akhirnya sampai ke telinga Nara, membuatnya merasa semakin tertekan. 

“Ra, kamu yang sabar yah. Aku tahu, kamu bukan orang seperti itu.” kata Amel yang kini sedang menemani Nara di dalam kelas saat jam istirahat. Dimana hanya ada Nara, Rani dan Amel. Sementara yang lain pergi kantin.

“Bener kata Amel  Ra, resiko sih punya wajah cantik kayak kamu Ra.” Rani ikut menghibur Nara yang tadi hanya diam saja. Bahkan sepanjang belajar, Nara yang biasanya sering bertanya, mendadak diam seribu bahasa.

“Kalian terlalu berlebihan tau, tapi makasih yah, karena kalian selalu mendukungku.” 

“Hei, kita kan teman.” Amel memeluk Nara dengan erat. Disusul oleh Rani yang ikut memeluk.

Nara ingin mencoba mengabaikan desas-desus yang beredar, tapi setiap kali ia melewati teman-temannya di sekolah, mereka berbisik-bisik sambil menatapnya. Hatinya semakin berat. Ia tahu ia harus menghadapi masalah ini, tetapi tak tahu bagaimana caranya.

Dan desas desus itu, ternyata sampai juga ke telinga Zian yang murka dengan sikap Alina.

 

Zian tidak bisa menyembunyikan kemarahannya saat mendengar desas-desus yang disebarkan Alina. Baginya, tindakan itu sangat tidak adil terhadap Nara, yang selama ini hanya bersikap tulus dan tidak pernah berniat mencari perhatian seperti yang dituduhkan. Ia memutuskan untuk menghadapi Alina secara langsung.

Saat istirahat sekolah, Zian menemukan Alina di taman belakang sekolah bersama beberapa temannya. Ia berjalan mendekat dengan tatapan tajam yang membuat Alina dan teman-temannya terdiam.

"Alina, gosip apa yang sudah kamu sebarkan tentang Nara," ucap Zian tanpa basa-basi. Suaranya tegas, namun masih terkendali.

Alina terkejut, tapi segera memasang wajah pura-pura tak bersalah. "Gosip? gosip apa, Zian? a-aku tidak mengerti.”

“Tidak perlu berbohong Alina, aku sudah mendengarnya.” Zian semakin geram karena Alina tak mengaku. Alina tersenyum remeh, dia tidak menyangka Zian akan mendatanginya hanya untuk membahas hal yang menurutnya tidaklah penting.

“Ya, aku memang yang menyebarkan gosip itu. Tapi itu bukan gosip kan? Cewek itu memang cuma cari perhatian kamu kan? Aku hanya mengatakan apa yang aku lihat. Lagipula, aku yakin orang lain juga menyadarinya."

Zian menghela napas panjang, berusaha menahan emosinya. "Apa kamu sadar apa yang kamu lakukan? Kamu merusak nama baik Nara tanpa alasan yang jelas. Kalau kamu ada masalah denganku, bicarakan langsung denganku, jangan seret Nara ke dalam hal ini. Dan satu hal lagi, Nara tidak pernah mencari perhatian padaku.”

Alina tersentak. Ia tidak menyangka Zian akan membela Nara dengan begitu tegas. Di sisi lain, teman-temannya mulai merasa tak nyaman dan satu per satu meninggalkan Alina.

Zian melanjutkan, "Nara nggak pernah berbuat salah sama kamu. Kalau kamu terus begini, aku nggak akan diam yah Na. Hentikan ini sekarang."

Setelah mengatakan itu, Zian pergi, meninggalkan Alina yang terdiam dengan wajah merah padam. Ia tidak pernah merasa semalu ini sebelumnya.

“Nara…ini semua gara gara lo.” umpat Alina dengan geramnya. Ini adalah kali pertama Zian berlaku cukup kasar kepadanya dan Alina tidak ingin tinggal diam, dia ingin memberi peringatan kembali pada Nara.

 

Nara sedang duduk di perpustakaan, tenggelam dalam buku-buku yang sedang dibacanya. Ia menikmati suasana tenang yang hanya bisa didapatkan di tempat seperti ini. Namun, ketenangannya terusik ketika salah satu temannya, menyampaikan sebuah pesan dari Alina. 

“Ra, kamu dicariin sama kak Alina.” bisik Amel cukup takut dengan Alina.

“Aku Mel? tapi ada apa yah?”

“Aku gak tahu Ra, dia nunggu kamu di belakang sekolah.”

Nara menghela napas panjang. Meski sedikit ragu, Nara memutuskan untuk menemui Alina. Ia tidak ingin konflik ini berlarut-larut.

“Baiklah, aku akan menemui kak Alina.”

“Kamu hati hati yah Ra.” pesan Amel merasa khawatir. Dengan tenang, ia berjalan menuju taman belakang, di mana Alina sudah menunggunya sambil melipat tangan di dada. Wajah Alina tampak merah dan penuh emosi.

Alina mendengus, langkahnya maju mendekat ke arah Nara. "Kenapa kamu terus mendekati Zian dan mencuci otaknya untuk membenci aku hah? Padahal dia sudah tahu aku suka sama dia sejak lama. Tapi kamu? Kamu datang seperti pencuri, merebut perhatiannya dariku!"

Nara terdiam sesaat, mencoba memahami maksud dari semua tuduhan ini. “Kak, apa yang kakak katakan salah, aku dan kak Zian tidak ada hubungan apapun. Aku dan kak Zian hanya sebatas teman ngobrol kak. Dan aku tidak pernah mencuci otak kak Zian untuk membenci kak Alina.”

“Kamu pembohong Nara, kamu bilang ingin menjauhi Zian, tapi mana buktinya? kamu masih saja sering bertemu dengan dia di belakang aku. Iya kan?” bentak Alina emosi.

“Itu karena aku gak sengaja kak.”

“Alah, pokoknya awas yah Nara, kalau sampai aku melihat kamu berbohong lagi. Kamu akan tahu akibatnya.”

Bersambung

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Asa
4796      1437     6     
Romance
"Tentang harapan, rasa nyaman, dan perpisahan." Saffa Keenan Aleyski, gadis yang tengah mencari kebahagiaannya sendiri, cinta pertama telah di hancurkan ayahnya sendiri. Di cerita inilah Saffa mencari cinta barunya, bertemu dengan seorang Adrian Yazid Alindra, lelaki paling sempurna dimatanya. Saffa dengan mudahnya menjatuhkan hatinya ke lubang tanpa dasar yang diciptakan oleh Adrian...
Life
326      227     1     
Short Story
Kutemukan arti kehidupan melalui kalam-kalam cinta-Mu
fall
4709      1403     3     
Romance
Renata bertemu dua saudara kembar yang mampu memporak-porandakan hidupnya. yang satu hangat dengan segala sikap manis yang amat dirindukan Renata dalam hidupnya. satu lagi, dingin dengan segudang perhatian yang tidak pernah Renata ketahui. dan dia Juga yang selalu bisa menangkap renata ketika jatuh. apakah ia akan selamanya mendekap Renata kapanpun ia akan jatuh?
Singlelillah
1329      640     2     
Romance
Kisah perjalanan cinta seorang gadis untuk dapat menemukan pasangan halalnya. Mulai dari jatuh cinta, patah hati, di tinggal tanpa kabar, sampai kehilangan selamanya semua itu menjadi salah satu proses perjalanan Naflah untuk menemukan pasangan halalnya dan bahagia selamanya.
Singlelillah
0      0     0     
Romance
Entah seperti apa luka yang sedang kau alami sekarang, pada kisah seperti apa yang pernah kau lalui sendirian. Pada akhirnya semua akan membuatmu kembali untuk bisa belajar lebih dewasa lagi. Menerima bahwa lukamu adalah bentuk terbaik untuk membuatmu lebih mengerti, bahawa tidak semua harapan akan baik jika kau turuti apalagi membuatmu semakin kehilangan kendali diri. Belajar bahwa lukamu adalah...
Bisikan yang Hilang
73      66     2     
Romance
Di sebuah sudut Malioboro yang ramai tapi hangat, Bentala Niyala penulis yang lebih suka bersembunyi di balik nama pena tak sengaja bertemu lagi dengan Radinka, sosok asing yang belakangan justru terasa akrab. Dari obrolan ringan yang berlanjut ke diskusi tentang trauma, buku, dan teknologi, muncul benang-benang halus yang mulai menyulam hubungan di antara mereka. Ditemani Arka, teman Radinka yan...