Loading...
Logo TinLit
Read Story - Hidden Hearts
MENU
About Us  

Hari-hari berlalu dengan cepat di SMA Harapan Jaya. Nara mulai merasa nyaman dengan lingkungan barunya. Teman-teman di kelas X-4 juga semakin akrab dengannya, terutama Amel teman sebangkunya, dan juga Rani, gadis yang duduk sendiri di bangku belakang. Mereka sering berbagi cerita saat jam istirahat atau mengerjakan tugas kelompok bersama.

Suatu hari, saat jam istirahat, Amel mengajak Nara ke kantin.

“Ra, kamu udah coba es teh kantin kita belum? Katanya es tehnya paling enak se-SMA di kota ini loh,” ujar Amel sambil menarik tangan Nara penuh antusias.

“Belum Mel. Tapi aku juga memang pengen coba,” jawab Nara sambil tersenyum.

"Yaudah sekarang kita ke kantin yuk, tapi sebentar, aku ajak Rani dulu." ujar Amel yang kemudan berlar kecl menuju kelas mereka untuk mengajak Rani

"Ada apa sih Mel? kok main tarik tarik tangan aja?" gerutu Rani yang tadi sedang mengerjakan tugasnya yang belum selesai.

"Kamu harus ikut ke kantin pokoknya!" kata Amel masih menarik tangan Rani.

"Tapi, tugas aku?"

"Bsa nanti."

Dan saat ini ketiganya sudah duduk di salah satu meja di sudut kantin. Sambil menikmati makanan, Amel dan Rani mulai membahas acara pensi yang akan diadakan beberapa bulan lagi.

“Oia, kalian udah pada tau belum? katanya tahun ini pensinya bakal besar-besaran, lho. Bahkan kak Zian dari tim basket juga akan tampil,” ujar Rani dengan nada antusias. Meski dia anak baru di sekolah tersebut, namun ternyata kepopuleran Zian sudah menyapa telinganya. Dan sebagai penggemar bola basket, dia juga sangat ingin melihat Zian bermain.

Mendengar nama Zian disebut, Nara terdiam sejenak. “Tampil? Maksudnya gimana?” tanyanya dengan nada penasaran.

“Dia dan tim basket bakal perform freestyle. Biasanya mereka main basket sambil nge-juggle bola diiringi musik. Seru banget kan?” jawab Amel sambil meminum es tehnya dan tak lupa membayangkan wajah Zian yang berlarian di pelupuk matanya.

“Oh, gitu, kayaknya seru juga yah?” ujar Nara sambil tersenyum kecil.

“Eh, ngomong-ngomong, kamu kenal kak Zian kan Ra?” tanya Rani tiba-tiba, membuat Nara sedikit terkejut.

“Hah? Kenal lah, siapa yang gak kenal kak Zian.” jawab Nara sambil mencoba bersikap santai.

Amel dan Rani saling pandang lalu tersenyum jahil. “Hmm… iyalah pasti kenal, kan tadi kita lihat dia ngobrol sama kamu di taman kecil?” goda Amel memainkan alisnya turun naik.

Nara merasa wajahnya memanas. “Itu…itu.. kebetulan aja ketemu di sana,” jawabnya cepat namun gugup. Dan sikapnya itu begitu terlihat oleh Amel dan juga Rani.

Amel tertawa kecil. “Santai aja kali Ra. Kalau kalian dekat juga nggak apa-apa kok. Kak Zian kayaknya cowok baik, ya meskipun banyak cewek cewek yang ngefans sama dia.”

Nara hanya tersenyum kecil. Ia tidak ingin terlalu banyak membahas soal hubungannya dengan Zian. Baginya, hubungan mereka masih sebatas pertemanan.

Sementara itu, di lapangan basket, Zian sedang berdiskusi dengan Reza dan beberapa anggota tim basket lainnya. Mereka sedang mempersiapkan koreografi untuk pensi.

“Za, gimana kalau kita tambahin gerakan slam dunk di bagian akhir? Biar lebih keren,” usul Zian sambil memutar bola di tangannya.

“Boleh juga. Tapi kalu gue boleh usul, mening lo deh yang ngelakuin slam dunk-nya. Lo kan paling jago Zi.” jawab Reza sambil tersenyum.

Zian hanya tertawa kecil. “Lihat nanti aja. Yang penting, kita latihan dulu.”

Setelah latihan selesai, Reza mendekati Zian sambil membawa botol air minum.

“Jadi, lo udah makin sering ngobrol sama anak baru itu?” tanya Reza tiba-tiba yang seringkali menangkap Zian mengobrol empat mata dengan gadis yang pernah diceritakan oleh Zian.

Zian menghela napas sambil tersenyum. “Kebetulan sering ketemu aja. Kenapa emangnya?”

“Enggak, gue cuma penasaran aja. Jangan jangan lo beneran suka sama dia, ya?” goda Reza.

Zian tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap ke arah lapangan yang mulai sepi. Dalam hatinya, ia tahu ada perasaan berbeda setiap kali ia bersama Nara. Namun, ia belum yakin apakah perasaan itu hanya sebatas kekaguman atau sesuatu yang lebih dalam.

"Ah ngarang lu Za."

"Yaelah, gue tahu lu Zi. Bahkan sekelas Alina yang super duper capernya sama lo, lo tolak. Nah ini, tuh cewek gak ngapa ngapain tapi kayaknya lo uber uber banget."

"Sialan, gue gak tau sih. Pokonya gue ngerasa nyaman aja kalau ngobrol sama dia."

"Fix, lo emang beneran suka ma dia."

"Ah udah ah, gue lagi gak pengen bahas itu. Sekarang kita latihan lagi yuk!" ajak Zian yang kemudian berdiri dan mulai berlatih kembali.

***

Malam harinya, di rumah sederhana Nara. 

"Bagaimana tadi di sekolah nak?" tanya bu Tari yang merupakan ibu kandung Nara. Malam ini Nara dan kedua orang tuanya tengah berada di ruang makan untuk menikmati makan malam mereka. Alhamdulillah bu, tadi di sekolah semuanya lancar."

"Syukurlah, pokoknya kamu harus belajar yang pintar yah nak." pesan bu Tari yang sedang sibuk menuangkan nasi ke dalam piring suaminya.

"Betul kata ibu kamu nak, kamu harus fokus belajar agar bisa mengejar cita cita kamu." pak Rahmat ikut menimpali dan ikut memberikan pesan kepada putrinya satu satunya itu.

"Iya ayah, ibu, Nara janji akan sekolah dan belajar yang rajin dan membanggakan ibu dan ayah."

 

Keesokan harinya, Nara tiba di sekolah lebih awal lagi. Ia memutuskan untuk duduk di taman kecil sambil membaca novel. Namun, belum lama ia duduk, Zian muncul dengan senyumnya yang khas.

“Pagi, Ra. Pagi-pagi udah di sini lagi?” sapa Zian .

Nara menutup bukunya dan tersenyum. “Iya, kak. Aku sengaja datang pagi, biar bisa baca novel kesukaanku sambil menikmat udara pagi disin." sahutnya sambil tersenyum.

Zian pun duduk di bangku yang sama. “Bener kamu Ra, disini kalau pagi, udaranya memang sangat sejuk."

Dan mereka pun mulai berbicara tentang banyak hal, dari buku favorit dan juga hobi mereka masing masing. Nara merasa bahwa setiap percakapan dengan Zian selalu terasa menyenangkan. Ia bisa menjadi dirinya sendiri tanpa rasa takut dihakimi. Dan baginya, Zian merupakan sosok kakak kelas yang asyik dan juga ramah.

“Ngomong-ngomong, kamu tertarik ikut pensi nanti gak?” tanya Zian tiba-tiba.

Nara menggeleng. “Aku nggak terlalu suka tampil di depan orang banyak kak. Lagipula, aku belum tahu mau ikut kegiatan apa.”

“Emmmhh gitu yah? yaudah kalau gitu kamu jadi penonton aja. Nanti aku pastikan penampilanku nggak mengecewakan,” ujar Zian dengan nada bercanda.

Nara tertawa kecil. “Baiklah, aku tunggu penampilan kakak.”

 

Beberapa minggu kemudian, suasana sekolah semakin meriah menjelang pensi. Para siswa sibuk dengan latihan dan persiapan. Nara sering melihat Zian dan tim basketnya berlatih di lapangan. Ia diam-diam merasa bangga melihat Zian yang selalu bersemangat.

"Ya Allah Ran, kak Zian ganteng banget sih." puji Amel yang tak berkedp saat melihat Zian yang sedang latihan di tengah lapangan. Keringat yang bercucuran dan membasahi tubuhnya yang kekar, hanya semakin menambah pesonanya. Dan ternyata, tak hanya Amel, Rani dan Nara yang melihat penampilan Zian kali ini, karena hampir seluruh penggemar Zian yang kebanyakan para siswi, turut bersorak sorai memberikan semangat kepada Zian. 

"Zian...Zian...Zian!!!"

"Lo bener Mel, kak Zian gantengnya gak ada obat tau." Amel pun ikut menimpali. Mungkin hanya Nara yang tidak melontarkan pujian, tapi sorot matanya tak pernah lepas dari Zian yang tiba tiba menoleh ke arahnya sambil tersenyum.

"Eh, tadi kak Zian senyum sama siapa?"

Bersambung

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Bisikan yang Hilang
73      66     2     
Romance
Di sebuah sudut Malioboro yang ramai tapi hangat, Bentala Niyala penulis yang lebih suka bersembunyi di balik nama pena tak sengaja bertemu lagi dengan Radinka, sosok asing yang belakangan justru terasa akrab. Dari obrolan ringan yang berlanjut ke diskusi tentang trauma, buku, dan teknologi, muncul benang-benang halus yang mulai menyulam hubungan di antara mereka. Ditemani Arka, teman Radinka yan...
fall
4709      1403     3     
Romance
Renata bertemu dua saudara kembar yang mampu memporak-porandakan hidupnya. yang satu hangat dengan segala sikap manis yang amat dirindukan Renata dalam hidupnya. satu lagi, dingin dengan segudang perhatian yang tidak pernah Renata ketahui. dan dia Juga yang selalu bisa menangkap renata ketika jatuh. apakah ia akan selamanya mendekap Renata kapanpun ia akan jatuh?
Asa
4796      1437     6     
Romance
"Tentang harapan, rasa nyaman, dan perpisahan." Saffa Keenan Aleyski, gadis yang tengah mencari kebahagiaannya sendiri, cinta pertama telah di hancurkan ayahnya sendiri. Di cerita inilah Saffa mencari cinta barunya, bertemu dengan seorang Adrian Yazid Alindra, lelaki paling sempurna dimatanya. Saffa dengan mudahnya menjatuhkan hatinya ke lubang tanpa dasar yang diciptakan oleh Adrian...
Singlelillah
0      0     0     
Romance
Entah seperti apa luka yang sedang kau alami sekarang, pada kisah seperti apa yang pernah kau lalui sendirian. Pada akhirnya semua akan membuatmu kembali untuk bisa belajar lebih dewasa lagi. Menerima bahwa lukamu adalah bentuk terbaik untuk membuatmu lebih mengerti, bahawa tidak semua harapan akan baik jika kau turuti apalagi membuatmu semakin kehilangan kendali diri. Belajar bahwa lukamu adalah...
Singlelillah
1329      640     2     
Romance
Kisah perjalanan cinta seorang gadis untuk dapat menemukan pasangan halalnya. Mulai dari jatuh cinta, patah hati, di tinggal tanpa kabar, sampai kehilangan selamanya semua itu menjadi salah satu proses perjalanan Naflah untuk menemukan pasangan halalnya dan bahagia selamanya.
Life
326      227     1     
Short Story
Kutemukan arti kehidupan melalui kalam-kalam cinta-Mu