Aku tidak pernah menyangka jika pertemuanku dengan Nona Snowy pada malam itu adalah pertemuan terakhirku dengannya. Sekitar empat hari kemudian, saat matahari bersinar begitu terik siang itu, aku mendengar suara tangis dari rumah pemilik Nona Snowy. Karena penasaran dengan apa yang tengah terjadi di sana, aku segera berlari dan naik ke rak penyimpanan pot.
Di sana, di rumah yang luas dan dipenuhi jendela kaca, aku melihat putri kecil pemilik Nona Snowy menangis sambil memeluk Nona Snowy yang kedua matanya terpejam rapat. Aku sungguh sedih atas kepergian dari sahabat baikku itu. Jika saja aku tahu hari itu adalah hari terakhirku bersama Nona Snowy, maka aku akan menahan diri untuk tidak bersikap ketus padanya. Aku sungguh menyesali tindakanku pada Nona Snowy malam itu.
Beberapa hari setelah kematian Nona Snowy, aku baru mengetahui penyebab kematiannya. Ternyata dia terkena kanker. Sayangnya kondisi tersebut telat diketahui oleh pemiliknya. Setelah berjuang selama beberapa bulan dalam pengobatan, Nona Snowy menyerah dan akhirnya meninggalkan dunia ini.
Hari-hariku semakin sepi karena tidak ada teman untuk diajak mengobrol lagi setelah kepergian Nona Snowy. Selain itu, sejak aku mendapatkan hukuman, Nona Pita Merah tidak melakukan panggilan vidio lagi, jadi aku tidak bisa mengobrol dengan Olly.
Sekarang yang aku lakukan hanya tidur, makan, minum, dan buang air saja. Terkadang juga aku memandangi rumah pemilik Nona Snowy, sambil membayangkan sosok Nona Snowy yang duduk di atas tembok pembatas sambil membersihkan bulu-bulunya yang putih.
Setiap kali aku termenung seperti itu, saran dari Nona Snowy yang menyuruhku melarikan diri selalu terputar di kepalaku. Jika hal tersebut muncul, aku akan berpikir, “Haruskah aku mengikuti saran tersebut, atau tetap tinggal di rumah Nona Rambut Ikal?”
Lalu suatu hari, Nona Rambut Ikal membawaku pergi dari rumah. Aku sudah sangat takut karena berpikir, ‘dia pasti akan membuangku.’
Namun ternyata, dia membawaku ke pet shop dan memandikanku di sana. Senang rasanya karena aku bisa kembali mandi dan mendapatkan perawatan lagi.
Sore harinya ketika Nona Rambut Ikal pulang bekerja dia menjemputku. Setibanya di rumah dia ternyata tidak menaruhku di luar, tetapi membiarkan aku berada di dalam rumah. Sungguh sangat senang saat akhirnya aku kembali tidur di tempat tidurku yang nyaman, dan juga memainkan mainan kesayanganku yang masih disimpan dengan baik olehnya.
Aku pikir Nona Rambut Ikal mencabut hukumanku, tetapi ternyata dia melakukan itu semua sebab Nona Pita Merah akan datang berkunjung dan menginap bersama Olly. Nona Rambut Ikal ternyata tidak mau menjadi pemilik yang buruk di mata sahabatnya itu.
Aku sangat kecewa, tetapi juga senang karena selama beberapa hari aku tinggal di dalam rumah yang hangat, serta bisa menikmati beberapa potong daging panggang, dan makanan lainnya yang lezat.
Setelah Nona Pita Merah dan Olly pulang, aku kembali tidur di luar rumah. Tetapi, ketika aku dikeluarkan dari rumah, Nona Rambut Ikal tidak melemparku lagi, melainkan menyuruhku keluar dengan keempat kakiku lalu mengunci kembali pintu tersebut.
Besok paginya, Nona Rambut Ikal keluar dengan membawakan makanan untukku. Makanan yang dia berikan padaku bukan makanan anjing yang biasa, melainkan daging ayam rebus tanpa bumbu yang dipotong-potong kecil.
“Jangan makan itu!”
Seruan dari seekor tikus yang berlari mendekat membuatku menunda sejenak sarapan pagiku.
“Ada apa?” tanyaku ketika tikus kecil tersebut sudah berada di hadapanku.
“Makanan itu sudah diberi racun!” serunya. “Aku melihat manusia di dalam rumah menaburkan racun pada makananmu itu! Jadi, sebaiknya kau tidak memakan itu.”
Aku benar-benar terkejut, tetapi juga tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh tikus kecil tersebut. Bahkan aku berpikir mungkin saja tikus kecil itu berbohong agar dia bisa mendapatkan makananku.
“Aku sama sekali tidak berbohong! Percayalah padaku, manusia itu benar-benar menaburkan racun!” ujar si tikus seolah membaca pikiranku.
“Kalau begitu, apa kau bisa membuktikannya?” Aku masih belum mau percaya dengan ucapan tikus itu, serta aku masih percaya jika Nona Rambut Ikal tak akan mungkin melakukan tindakan seperti itu.
“Akan aku buktikan,” jawabnya.
“Bagaimana caranya? Kau akan memakannya?”
“Tentu saja tidak. Aku tidak sebodoh itu.”
“Lalu bagaimana caranya?”
“Akan aku bawakan bungkus racun yang sudah dia buang.”
Lalu setelahnya, tikus itu pergi meninggalkanku untuk mengambil bungkus racun yang dia maksud. Selagi tikus tersebut pergi, aku mencoba mengendus daging ayam yang ada pada mangkuk makananku.
Tidak ada aroma bau aneh pada ayamnya, hanya bau ayam rebus saja. Sepertinya tikus itu memang sedang membohongiku agar aku tidak makan, lalu ayamnya ini akan dia makan sendiri. Jika memang benar begitu, dia bisa saja meminta padaku. Aku tidak pelit dalam hal berbagi makanan.
Dan pikiranku yang menuduh tikus kecil itu berbohong hancur seketika saat melihat bungkusan yang dibawakan si tikus dengan sebelah tangannya. Bungkus tersebut memang racun, itu adalah racun tikus.
“Lihat! Aku tidak berbohong! Bungkus ini ada pada tempat sampah di dalam rumah, dan aku melihat dengan mata kepalaku sendiri jika manusia di sana menaburkan isi racun ini pada makananmu!” jelas tikus yang membuat kepercayaanku pada Nona Rambut Ikal hancur lebur.
Membuangku ke jalanan jauh lebih baik dari pada meracuniku.
“Sebaiknya kau pergi dari rumah ini. Carilah seorang manusia yang tulus merawat dan menyayangimu.”
Air mataku seketika menetes mendengar apa yang disampaikan tikus tersebut. Ucapannya sangat mirip dengan apa yang dikatakan Nona Snowy kala itu. Bahkan saat itu aku berpikir, mungkinkah tikus ini diperintahkan Nona Snowy untuk menyelamatkanku?
“Hei! Tunggu apalagi, cepat pergi dari sini. Selamatkan dirimu!”