Aku pikir bentakan yang dilakukan Nona Rambut Ikal kepadaku saat hubungannya dengan Pria Berjanggut berakhir adalah kali pertama sekaligus kali terakhir yang dia lakukan. Namun ternyata, ada bentakan kedua, ketiga, dan bahkan setelah tujuhbelas bulan berlalu sejak kejadian itu, dia masih suka membentak diriku.
Biasanya dia akan membentak saat mengusirku yang mencoba berdiam di dekat kakinya. Atau jika aku tidak sengaja melakukan kesalahan kecil. Seperti saat minum, jika aku tidak sengaja membuat airnya terciprat ke lantai, itu bisa membuatnya marah besar.
Sikap Nona Rambut Ikal padaku benar-benar berubah seratus delapanpuluh derajat. Dia yang dulu selalu memperhatikanku dan mengajakku mengobrol, sejak kejadian tersebut sudah tidak seperti itu lagi. Tidak ada lagi jalan-jalan sore hanya berdua di setiap akhir pekan. Tidak ada juga acara bermain di dalam rumah. Juga tidak ada lagi camilan yang dia berikan untukku.
Untuk masalah makanan, kami memiliki sebuah tempat makan yang otomatis akan mengeluarkan makananku di waktu yang telah ditentukan. Jadi, aku tetap bisa menyantap makan pagi, makan siang, dan juga makan malamku. Jika makanan di sana sudah habis, Nona Rambut Ikal masih tetap mengisi ulang.
Tidak hanya itu saja, nama Molly juga sudah hilang sejak hari itu. Nona Rambut Ikal tidak lagi memanggil namaku. Sebagai gantinya, dia memanggilku dengan kata-kata kasar dan tidak sopan, salah satunya yang sering dia sebut adalah Anjing Sialan dan Anjing Tua.
Ya, aku merasa panggilan Anjing Tua itu tidak terlalu buruk, sebab aku memang sudah tua. Usiaku sudah hampir sembilan tahun pada waktu itu, dan mungkin tiga tahun lagi aku akan mati. Rata-rata usia anjing pomeranian sepertiku sekitar duabelas hingga enambelas tahun saja.
Oh iya, aku belum memberitahu kalian tentang Nona Pita Merah dan Olly. Mereka berdua pindah ke luar kota, tepatnya di Houston, Texas, sebab Nona Pita Merah dipindahkan ke cabang perusahaannya di kota tersebut.
Mereka pindah sekitar tiga bulan setelah hubungan Nona Rambut Ikal dan Pria Berjanggut berakhir. Aku sangat sedih saat harus berpisah dengan Olly. Tetapi untungnya saja teknologi sudah canggih, jadi aku dan Olly masih bisa bertemu walau hanya lewat panggilan vidio saja di setiap akhir pekan dan juga hari libur.
Setelah Nona Pita Merah dan Olly pindah, keseharianku hanya di habiskan di dalam rumah. Kebanyakan aku menghabiskan waktu dengan tidur dari pagi hingga sore. Ketika aku terbangun di tengah-tengah tidur siangku, maka yang aku lakukan adalah minum dan makan, atau bermain sebentar dengan mainan kesayanganku, atau mengobrol dengan Nona Snowy.
Hanya saja pertemuanku dengan Nona Snowy menjadi sedikit berbeda. Aku sudah tidak bisa lagi keluar ke halaman belakang, sebab Nona Rambut Ikal tidak mau membukakan pintu bagiku. Jadilah aku dan Nona Snowy mengobrol dengan dihalangi jendela besar. Untung saja kami masih bisa mendengar suara kami masing-masing.
Lalu suatu sore, ketika aku sedang serius memperhatikan sepasang kupu-kupu yang terbang di luar, keheningan di dalam rumah terganggu dengan kehadiran seekor lalat yang terbang. Aku mengalihkan atensiku dan mencari keberadaan lalat yang sudah membuat keributan di rumah yang tenang.
Tidak butuh waktu lama, aku sudah menemukan keberadaan lalat itu. Walaupun aku sudah mulai tua, tetapi penglihatanku ini masih sangat baik. Bahkan katarakpun tidak ada, luar biasa bukan?
Ah benar lalat. Serangga itu hinggap di tutup tempat permen yang ada di atas meja. Aku segera berjalan dengan mengendap-endap, tidak ingin membuat lalat itu terbang karena suara langkah dari keempat kaki pendekku ini.
Setelah berada hampir dekat pada meja, lalat itu justru terbang melarikan diri. Aku sangat kesal karena incaranku terlepas. Namun begitu, aku tetap mengejarnya dengan penuh semangat.
Aku menaiki sofa, lalu melompat ke atas meja untuk menangkap lalat itu. Setelahnya aku kembali melompat turun dari atas meja.
Sayang seribu sayang, aku membuat kesalahan yang cukup serius saat itu!
Ketika aku melompat turun dari atas meja, rupanya kaki belakangku tidak sengaja menendang vas bunga kesayangan Nona Rambut Ikal!
Vas bunga yang terbuat dari kaca itu berakhir menjadi serpihan di bawah meja. Airnya tumpah dan tiga tangkai bunga yang ada di sana tergeletak begitu saja.
Sungguh, aku panik bukan main melihat vas bunga Nona Rambut Ikal yang pecah. Waktu itu aku berpikir harus mencari cara untuk menyembunyikan pecahan vas tersebut, tetapi aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan.
Rasa panikku semakin bertambah ketika mendengar suara dari Nona Rambut Ikal yang sudah pulang dari kantor. Karena tidak tahu apa yang harus aku lakukan, pada akhirnya aku memilih bersembunyi sambil berharap keberadaanku tidak diketahui oleh Nona Rambut Ikal.
Tepat setelah aku menemukan tempat persembunyianku; di bawah tempat tidur kamar tamu, Nona Rambut Ikal masuk.
“Argh tidak! Vas bunga berhargaku!” teriak Nona Rambut Ikal.
Mendengar suara teriakan dan juga amarahnya membuat tubuhku semakin bergemetar hebat. Aku sangat ketakutan, dan bahkan sudah bisa membayangkan apa yang akan dilakukan Nona Rambut Ikal padaku.
“Anjing sialan itu pasti yang sudah melakukannya!” Kembali terdengar suara dari Nona Rambut Ikal. “Di mana dia? Aku akan menghukumnya!”
Aku sudah sangat terpojok saat itu, dan berpikir haruskah keluar dari persembunyian dan menyerahkan diru? Lagipula mau aku menyerahkan diri atau tertangkap oleh Nona Rambut Ikal, aku pasti akan dihukum, benar?
“Anjing sialan! Di mana kau, hah? Berani-beraninya kau memecahkan vas bungaku yang harganya mahal! Harga vas bunga itu ratusan ribu, kau tahu itu?”
Aku menyerah. Jadi aku memilih untuk keluar dari persembunyianku dan menunjukkan batang hidungku pada Nona Rambut Ikal.
Ketika sudah berada di luar kamar, aku bisa melihat ekspresi marah pada wajah cantik Nona Rambut Ikal saat ini. Hidupku sudah tidak selamat lagi, mungkin aku akan di buang dari rumah seperti yang dirasakan ibuku. Itu pikiranku pada waktu itu.
“Ah di sana kau rupanya!” ujar Nona Rambut Ikal ketika melihatku keluar dari kamar. “Jika kau sudah tua, seharusnya kau diam saja! Dasar anjing tua bodoh!”
Dia segera berjalan mendekatiku lalu membawaku dengan mencubit tengkukku dengan kuat.
Aku pikir Nona Rambut Ikal akan membawaku ke teras depan, tetapi ternyata dia justru membawaku ke halaman belakang. Dia lalu melempar tubuhku begitu saja.
“Mulai sekarang kau akan diam di luar! Itu adalah hukuman untukmu, mengerti?”
Setelah mengatakan hal itu Nona Rambut Ikal segera menutup pintu dengan kasar dan mengunci kembali pintu tersebut.
Dengan langkah pincang---sebab saat dilempar tadi, aku tidak mendarat dengan posisi yang benar, jadi satu kaki depanku terkilir---aku berjalan mendekati pintu. Segera saja aku mencakar pintu tersebut, aku ingin meminta maaf karena sudah memecahkan vas bunga miliknya.
Tetapi respons yang aku dapatkan adalah bentakan dari Nona Rambut Ikal. Dia menyuruhku berhenti mencakar pintu karena akan membuat pintu tersebut rusak.