Beberapa bulan setelah kepergian ibu, aku harus berpisah dengan dua saudaraku yang tersisa. Mereka diadopsi oleh dua orang yang berbeda dan dengan jarak adopsi yang cukup dekat, hanya berbeda lima hari saja.
Ketika saudaraku yang terakhir diadopsi, pemilik penampungan menyarankan agar orang itu mengadopsiku serta. Aku cukup gembira ketika mendengar yang disampaikan pemilik penampungan. Aku bahkan berharap orang itu mau mengadopsiku juga.
Tetapi sayangnya, dia tidak mengadopsiku. Orang itu mengatakan hanya ingin mengadopsi satu anak anjing saja. Walaupun berat, pada akhirnya aku melepas kepergian saudaraku itu sambil berharap, suatu hari nanti aku dan dia bisa dipertemukan kembali.
Sejak hari itu, aku menjadi pemurung. Teman-teman sering mengajakku bermain, tetapi aku sering menolaknya juga. Rasanya sungguh hampa tinggal di tempat itu tanpa kehadiran ibu dan saudara-saudaraku.
Karena sikapku yang berubah menjadi pemurung, para pengurus mulai khawatir dan semakin memperhatikan kesehatanku. Mungkin mereka takut kalau-kalau aku mati karena stres.
Selain sedih karena harus berpisah dengan saudara-saudaraku, aku juga bersedih karena tidak ada manusia yang mengadopsiku. Setiap kali ada yang datang berkunjung, orang-orang itu justru melewati kandangku begitu saja. Bahkan melihatku saja tidak.
Salah satu pengurus lalu mengatakan sesuatu padaku, “Manis, jika kau bersikap seperti ini terus, tidak akan ada orang yang mau mengadopsimu. Aku tahu sejak dulu kau sangat ingin diadopsi. Karena itu cerialah agar mereka melihatmu dan mengadopsimu.”
Dan setelah mendengar apa yang disampaikan pengurus itu, aku mulai kembali ceria. Aku terus berharap agar ada manusia yang melirikku dan mengadopsiku.
Setiap kali ada manusia yang datang untuk mengadopsi, aku akan mencuri perhatian mereka sambil terus meminta agar mereka mengadopsiku. Tetapi sayangnya, usahaku itu sia-sia. Sebab tetap saja tidak ada yang mau mengadopsiku.
Aku sempat berpikir, “Mungkin aku akan mati di tempat ini.”
Lalu, ketika aku berusia empat tahun dan hendak mengubur mimpiku untuk tinggal di rumah bersama keluarga, aku bertemu dengan pemilik pertamaku. Namanya adalah Nona Rambut Ikal. Aku memanggilnya seperti itu sebab dia memiliki rambut yang ikal.
Saat itu dia datang bersama Pria Berjanggut, yaitu mantan kekasihnya. Tetapi pada waktu itu status mereka masih sebagai pasangan kekasih.
Aku sedikit pesimis mereka akan mengadopsiku, jadi aku tidak terlalu menunjukkan keantusiasanku pada mereka. Juga aku mulai berpikir, “Jika mereka mengadopsiku itu hal yang bagus, jika tidak juga tak apa-apa.”
Namun rupanya, mereka mengadopsiku tentu saja. Aku sungguh sangat senang saat mengetahui mereka memilihku untuk dibawa pulang. Rasanya seperti sebuah mimpi yang enggan membuatku terbangun.
Setelah seluruh proses adopsi selesai, mereka segera membawaku pulang. Sepanjang jalan aku mulai menerka-nerka, seperti apa rumah yang akan aku tinggali nanti. Apakah rumahnya besar atau kecil? Apakah rumahnya berada di kawasan apartemen atau bukan? Aku benar-benar tidak sabar untuk segera tiba di rumah saat itu.
Lalu ketika akhirnya kami tiba di rumah, aku langsung dibuat terkejut. Rumah yang ditinggali Nona Rambut Ikal itu hampir mirip dengan rumah yang sering aku bayangkan.
Walau tidak ada kolam renang, tetapi rumah Nona Rambut Ikal memiliki halaman belakang yang cukup luas. Terdapat alat pemanggang daging juga di belakang sana. Juga ada tembok pembatas yang tidak terlalu tinggi, tetapi juga tidak terlalu pendek.
Selain dibuat terkejut dengan kondisi rumah milik Nona Rambut Ikal, aku juga dibuat terkejut dengan barang-barang keperluan anjing yang mereka siapkan.
Ada makanan dengan kualitas terbaik. Lalu ada juga tempat tidur yang sangat nyaman. Juga ada berbagai mainan yang mereka siapkan untukku. Sungguh menyenangkan memiliki semua hal itu.
Selain itu, mereka juga sudah menyiapkan nama untukku. Kebetulan aku dan saudara-saudaraku tidak diberikan nama oleh orang-orang di penampungan. Katanya agar pemilik baru kami bisa memberikan nama sesuai dengan keinginan mereka.
Lalu, nama yang mereka siapkan untukku adalah Molly. Nama yang menggemaskan, bukan?
Selain mendapatkan rumah tinggal, keluarga, dan juga sebuah nama, aku juga mendapatkan teman baru. Namanya adalah Snowy, tetapi aku memanggilnya Nona Snowy sebab dia lebih tua dariku.
Dia adalah kucing milik tetangga Nona Rambut Ikal, rumahnya tepat berada di sebelah rumah kami. Nona Snowy merupakan kucing dari ras angora dengan bulu putih seputih salju. Mungkin itu adalah alasan kenapa pemiliknya memberi nama dia Snowy.
Dia sangat cantik dan memiliki bola mata biru yang begitu indah. Nona Snowy biasa memakai pita merah muda di lehernya, dan benda tersebut semakin membuatnya cantik dan bahkan terlihat elegan.
Saat kami bertemu pertama kali, dia sedang berada di atas tembok pembatas sambil menjilati tubuhnya sendiri. Sedangkan aku sedang berdiam diri di teras halaman belakang. Aku terlalu takut untuk mendekatinya karena dia terlihat angkuh, dan pasti tidak akan mau berteman denganku. Apalagi kami berasal dari jenis hewan yang berbeda, jadi sudah dipastikan kami akan sangat sulit untuk berteman.
Namun ternyata pemikiranku itu salah.
Nona Snowy adalah kucing yang ramah dan baik. Bahkan yang pertama kali membuka pembicaraan adalah dia, bukan aku. Aku ingat, dia bertanya siapa namaku dan mengatakan jika dia belum pernah melihatku sebelumnya. Lalu aku memberitahu namaku dan menjelaskan alasan dia tidak pernah melihatku sebelumnya. Dengan cepat kami berdua menjadi akrab satu sama lain.
Kami biasanya menghabiskan waktu sore di halaman belakang rumahku. Yang kami lakukan saat bertemu hanyalah berbagi cerita dan terkadang kami juga berlarian bersama di halaman rumah.
Nona Rambut Ikal mengetahui pertemanan kami dan dia tidak mempermasalahkannya, begitupun dengan pemilik dari Nona Snowy yang juga tidak mempermasalahkan pertemanan kami. Bahkan beberapa kali Nona Rambut Ikal mengundang Nona Snowy untuk masuk agar kami bisa bermain di dalam rumah.
Hari-hariku selama diadopsi oleh Nona Rambut Ikal dipenuhi dengan kehangatan dan kebahagiaan yang luar biasa. Setiap akhir pekan, kami berdua atau bahkan terkadang bertiga dengan Pria Berjanggut akan pergi jalan-jalan sore, lalu menghabiskan waktu di taman setelah lelah berlari. Atau bahkan kami akan pergi ke tempat yang ramah untuk hewan-hewan sepertiku.
Nona Rambut Ikal semakin menyayangiku setiap harinya dan aku merasa sangat beruntung dan bersyukur akan hal itu.