Loading...
Logo TinLit
Read Story - Dongeng Jam 12 Malam
MENU
About Us  

Di sebuah komplek yang terletak di pinggiran kota Jakarta, berdirilah 10 rumah dengan gaya bangunan yang sama. Di komplek itu hanya ditinggali oleh dua kepala keluarga, 8 rumah kosong karena belum laku terjual ataupun ditinggal pemiliknya karena tidak cocok dengan kondisi komplek yang sepi. 

Di antara rumah berlantai dua itu terdapat satu rumah dengan taman yang cukup luas dan berpagar besi dicat putih. Rumah itu milik keluarga Pak Sugeng—seorang pengusaha sukses di bidang properti, bersama istrinya Bu Lastri, anak perempuannya Kenanga, dan si bungsu Gatot. Sehari-hari kehidupan mereka berjalan normal. 

Namun dalam satu bulan terakhir, tiba-tiba hal-hal misterius mulai sering terjadi hingga rasa takut menghantui keluarga tersebut. Kenanga sering melihat seorang perempuan tak dikenal masuk ke dapur, membuka kulkas, lalu menghilang begitu saja. Gatot mendengar suara air mengalir dari dalam kamar mandi saat tak ada satu pun dari keluarganya yang mandi. Bu Lastri pernah memergoki sepasang tangan asing sedang mencuci piring di malam hari. Sementara Pak Sugeng mulai merasa terintimidasi oleh sepasang bayangan yang sesekali masuk ke kamarnya tanpa izin.

Mereka tidak tahu siapa dua sosok itu—seorang laki-laki dan perempuan—yang sesekali muncul, beraktivitas seperti pemilik rumah. Kian hari, suara-suara tanpa wujud ikut mengganggu: terdengar percakapan samar di ruang tamu, langkah kaki yang datang dari pintu masuk kemudian berkeliling di ruangan rumah, pintu-pintu sering terbuka dan tertutup sendiri hingga kursi yang diseret tanpa mengenal waktu siang atau malam.

“Pa, kenapa suasana rumah kita tiba-tiba terasa aneh begini, ya?” tanya Bu Lastri yang sudah berbaring di tempat tidurnya sambil memeluk lengan Pak Sugeng. 

“Papa juga enggak ngerti, Ma, sebelumnya semua baik-baik saja. Tapi, belakangan ini Papa sering melihat dua bayangan berkeliaran di rumah kita,” balas Pak Sugeng. 

“Apa ada yang enggak suka sama keluarga kita, ya, Pa? Mungkin sosok misterius dan kejadian-kejadian aneh di rumah ini adalah kiriman?”

Pak Sugeng menatap serius ke depan. “Papa enggak tahu, Ma. Sebagai pebisnis, selalu ada orang-orang yang iri tanpa alasan.”

“Terus, apa mau kita biarkan terus, Pa? Kasihan anak-anak yang mulai takut dan merasa enggak nyaman di rumahnya sendiri.”

“Nanti Papa pikirkan jalan keluarnya, Ma. Kalau sudah sangat berbahaya, Papa akan cari orang yang mengerti hal gaib untuk membersihkan rumah kita.”

“Iya, Pa. Jangan lama-lama, ya Pa.”

“Iya, Ma. Sekarang lebih baik kita tidur,” ajak Pak Sugeng yang tidur sambil memeluk Bu Lastri. 

                                                           —

Hari demi hari berlalu, kejadian misterius di rumah Pak Sugeng masih berlanjut. Hingga tiba suatu hari, ketakutan keluarga Pak Sugeng berubah menjadi amarah ketika melihat dua sosok bayangan kembali muncul. Kali ini, dua bayangan itu berubah menjadi wujud yang solid. Seorang laki-laki dan perempuan muda sedang membawa masuk seorang laki-laki tua berjubah putih dan bersorban. Ketiganya melangkah santai ke ruang tamu.

Pak Sugeng menghampiri mereka, membentak, “Siapa kalian?! Ini rumah saya! Keluar kalian dari sini!”

Bu Lastri ikut berusaha mengusir, sedangkan Kenanga dan Gatot memilih sedikit menjauh.

Dua sosok muda itu, ternyata bernama Kiranti dan Mulyo. Mereka terdiam. Tidak merespons. Tidak melihat, bahkan seperti tidak mendengar omelan Pak Sugeng. Berbeda dengan lelaki bersorban, yang memandangi mereka penuh iba. Lelaki itu lalu berbicara pelan kepada Kiranti dan Mulyo.

“Di rumah ini, ada satu keluarga yang belum berpindah. Mereka tidak sadar telah meninggal dunia. Mereka menjadi korban pembunuhan dari pesaing bisnis sang kepala keluarga. Mereka dibunuh saat makan malam... ditembak secara brutal oleh orang-orang bayaran. Kejadiannya sudah dua tahun lalu, tapi tidak terlalu ramai di pemberitaan nasional karena berbarengan dengan peristiwa bencana alam di luar pulau Jawa.”

Kiranti menutup mulutnya kaget. Mulyo menunduk–prihatin mendengar kisah tragis tersebut. Kiranti dan Mulyo merupakan sepasang suami istri yang baru menikah tiga bulan, kemudian membeli rumah itu dari seorang developer satu bulan yang lalu.

“Rumah ini milik mereka,” lanjut Kyai Drajat, “tapi secara duniawi, sekarang milik kalian. Kalian tidak salah... hanya saja, mereka tidak tahu kenyataan yang sebenarnya.”

Pak Sugeng menggertakkan gigi. “Lancang, jangan bicara omong kosong kamu Kyai gadungan! Kami masih hidup! Kami yang punya rumah ini!” Saat emosi Pak Sugeng memuncak, perlahan, memori mengerikan itu justru muncul—peristiwa makan malam keluarga Pak Sugeng yang terakhir.

Saat akan menyantap sop ayam hangat buatan Bu Lastri, tiba-tiba pintu belakang rumah mereka didobrak paksa oleh empat orang berpakaian serba hitam dengan senapan panjang di tangan. Tanpa sempat bertanya maksud kedatangan mereka, keluarga Pak Sugeng dihabisi begitu saja.

Kondisi komplek saat itu sedang sepi karena baru terisi lima rumah, sisanya masih dalam pembangunan. Para tetangga Pak Sugeng juga sedang berada di luar komplek. Sebagian pergi keluar kota, dan sisanya terbiasa makan malam keluarga di luar. Satpam yang biasa berjaga tak sengaja tertidur pulas di posnya sehingga tidak menyadari adanya insiden pembunuhan yang menimpa keluarga Pak Sugeng. 

Kematian keluarga Pak Sugeng baru diketahui setelah dua hari, saat satpam berinisiatif mengecek ke rumahnya karena melihat lampu teras rumah yang tak pernah mati dan tak satupun dari keluarga itu beraktivitas seperti biasa. 

Bu Lastri menjerit. Kenanga memeluk Gatot yang pucat pasi. “Kita sudah... mati?” gumam Kenanga. Gatot terisak dalam pelukan kakaknya.

Kyai Drajat berdiri. “Saya bisa membantu jika kalian bersedia menerima untuk meninggalkan rumah ini. Jika tidak... kalian hanya akan merasa terganggu dan tidak tenang karena secara duniawi rumah ini bukan lagi milik kalian.”

Pak Sugeng menolak. Dengan mata tajam, ia bersumpah, “Rumah ini milik saya. Sampai kapan pun. Bangunannya boleh berubah menjadi apapun, tapi saya dan keluarga saya akan tetap di sini.”

Kyai Drajat mengangguk–mengerti lalu menyampaikan pesan Pak Sugeng. Mereka melakukan negosiasi dengan keluarga gaib itu hingga tercapai kesepakatan keluarga Pak Sugeng akan tetap di sana dan berjanji tidak akan mengganggu keluarga Kiranti dan Mulyo kecuali mereka terusik dengan adanya gangguan dari luar ataupun jika rumah itu dikotori dengan niat yang tidak baik. 

Akhirnya, rumah itu kini ditinggali oleh dua keluarga dengan dua dunia yang berbeda. Pak Sugeng dan Bu Lastri menjaga rumah dari gangguan makhluk gaib yang tertarik ikut tinggal di rumah itu. Kiranti dan Mulyo mulai terbiasa dengan kehadiran suara-suara atau benda yang bergerak sendiri, tidak terusik selagi aktivitas itu tidak membahayakan mereka. 

6 bulan kemudian, Kiranti dan Mulyo memutuskan pindah rumah dan menjadikan tempat itu sebagai tempat usaha penerbitan. Awal-awal, banyak karyawan yang merasa takut dan was-was dengan berbagai kejadian ganjil di tempat itu namun setelah dijelaskan oleh Kiranti dan Mulyo kalau penghuni gaib di sana tidak bermaksud mengganggu, mereka mengerti dan mulai terbiasa.

Mereka terkadang terbantu dengan kehadiran keluarga Pak Sugeng. Tempat usaha itu aman dari upaya pencurian karena para maling terlanjur ketakutan melihat sosok Pak Sugeng dan Bu Lastri yang menyeramkan. Mereka juga sering membantu melepaskan stop kontak komputer yang lupa tercabut oleh karyawan. Bahkan, piring kotor yang ditinggalkan di wastafel dibersihkan dan diletakkan di rak tiris piring dengan rapi.

Tanah rumah itu akhirnya hidup kembali, secara perlahan menghapus kesedihan atas peristiwa tragis yang pernah terjadi dan menaungi dua alam kehidupan. Alam gaib dan alam duniawi.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Tic Tac Toe
482      384     2     
Mystery
"Wo do you want to die today?" Kikan hanya seorang gadis biasa yang tidak punya selera humor, tetapi bagi teman-temannya, dia menyenangkan. Menyenangkan untuk dimainkan. Berulang kali Kikan mencoba bunuh diri karena tidak tahan dengan perundungannya. Akan tetapi, pikirannya berubah ketika menemukan sebuah aplikasi game Tic Tac Toe (SOS) di smartphone-nya. Tak disangka, ternyata aplikasi itu b...
Kena Kau
491      326     1     
Short Story
F I R D A U S
758      501     0     
Fantasy
Mars
1200      647     2     
Romance
Semenjak mendapatkan donor jantung, hidup Agatha merasa diteror oleh cowok bermata tajam hitam legam, tubuhnya tinggi, suaranya teramat halus; entah hanya cewek ini yang merasakan, atau memang semua merasakannya. Dia membawa sensasi yang berbeda di setiap perjumpaannya, membuat Agatha kerap kali bergidik ngeri, dan jantungnya nyaris meledak. Agatha tidak tahu, hubungan apa yang dimiliki ole...
HAMPA
421      293     1     
Short Story
Terkadang, cinta bisa membuat seseorang menjadi sekejam itu...
Rasa Cinta dan Sakit
508      275     1     
Short Story
Shely Arian Xanzani adalah siswa SMA yang sering menjadi sasaran bully. Meski dia bisa melawan, Shely memilih untuk diam saja karena tak mau menciptakan masalah baru. Suatu hari ketika Shely di bully dan ditinggalkan begitu saja di halaman belakan sekolah, tanpa di duga ada seorang lelaki yang datang tiba-tiba menemani Shely yang sedang berisitirahat. Sang gadis sangat terkejut dan merasa aneh...
A Ghost Diary
5463      1777     4     
Fantasy
Damar tidak mengerti, apakah ini kutukan atau kesialan yang sedang menimpa hidupnya. Bagaimana tidak, hari-harinya yang memang berantakan menjadi semakin berantakan hanya karena sebuah buku diary. Semua bermula pada suatu hari, Damar mendapat hukuman dari Pak Rizal untuk membersihkan gudang sekolah. Tanpa sengaja, Damar menemukan sebuah buku diary di tumpukkan buku-buku bekas dalam gudang. Haru...
Snow White Reborn
622      362     6     
Short Story
Cover By : Suputri21 *** Konyol tapi nyata. Hanya karena tertimpa sebuah apel, Faylen Fanitama Dirga mengalami amnesia. Anehnya, hanya memori tentang Rafaza Putra Adam—lelaki yang mengaku sebagai tunangannya yang Faylen lupakan. Tak hanya itu, keanehan lainnya juga Faylen alami. Sosok wanita misterius dengan wajah mengerikan selalu menghantuinya terutama ketika dia melihat pantulannya di ce...
Panggung Terakhir
367      243     0     
Short Story
Apa yang terlintas dipikiran kalian saat melihat pertunjukan opera? Penuh dengan drama? Bernilai seni yang tinggi? Memiliki ciri khas yang sangat unik? Dimana para pemain sangat berkarakter dan berkharisma? Sang Ratu Opera, Helena Windsor Saner, merupakan seorang gadis cantik dan berbakat. Jenius dalam musik, namun lebih memilih untuk menjadi pemain opera. Hidup dengan kepribadian ceria...
Kejutan
472      261     3     
Short Story
Cerita ini didedikasikan untuk lomba tinlit x loka media