Hujan deras mengguyur kota sejak sore, membuat jalanan dipenuhi genangan air dan suasana terasa muram. Jaka, seorang pengemudi ojek online, duduk di atas motornya yang sudah tua. Ia tidak peduli dengan jaket hijau lusuhnya yang telah basah kuyup. Dalam pikirannya hanya satu hal: bagaimana ia bisa mendapatkan uang untuk membeli susu, makanan dan obat-obatan anaknya, Raka, yang sedang sakit.
Raka, putra satu-satunya yang baru berusia satu tahun, menderita penyakit hidrosefalus. Istrinya, Ratna, sudah hampir menyerah mencari cara mendapatkan uang untuk makan dan obat anaknya. Oleh karena itu, Jaka berjuang mati-matian agar mereka bisa bertahan hidup.
Ponsel Jaka tiba-tiba berbunyi. Sebuah notifikasi masuk, tanda ada penumpang yang membutuhkan jasanya. Wajah Jaka langsung cerah. Ia bergegas menyalakan motor dan menuju lokasi penjemputan.
Ketika ia tiba, penumpang itu, seorang pria muda, memandang motor Jaka dengan raut tak suka.
“Motor ini aman, kan?” tanyanya dengan nada ragu.
Jaka tersenyum kecil. “Aman, Pak. Memang sudah tua, tapi saya selalu rawat.”
Pria itu mengangguk enggan dan naik ke motor. Perjalanan berlangsung dalam keheningan. Sesekali Jaka melirik penumpangnya melalui kaca spion, berharap pria itu tidak keberatan dengan kondisi motornya yang sudah reyot.
Setelah sampai tujuan, pria itu turun tanpa berkata banyak. Jaka menunggu dengan harap-harap cemas sambil mengecek aplikasinya. Ketika notifikasi ulasan masuk, hatinya hancur. Penumpang itu memberinya rating bintang satu dengan komentar: "Motornya tidak nyaman. Pengemudi dan helm bau. Tidak profesional."
Jaka menghela napas panjang. Rating itu tentu saja membuat nilai performanya turun dan akan sulit mendapatkan orderan lagi. Malam itu, ia hanya bisa mendapatkan satu penumpang.
---
Keesokan harinya, Jaka kembali ke jalanan dengan harapan mendapatkan penumpang yang lebih banyak. Tapi, lagi-lagi hujan deras membuat jalanan sepi. Tidak ada notifikasi yang masuk. Ia menunggu berjam-jam dengan berteduh di teras ruko yang tutup, mengabaikan perutnya yang lapar dan tubuhnya yang mulai menggigil kedinginan. Merasa di tempat itu sulit mendapatkan penumpang, ia pun memutuskan pindah ke tempat yang lebih ramai.
Naas, sebuah bus tiba-tiba melaju kencang dari arah berlawanan. Sopir bus kehilangan kendali karena jalanan yang licin, dan Jaka tak sempat menghindar. Motornya seketika ringsek. Tubuhnya terpental, tergeletak di aspal dengan darah mengalir deras.
---
Ketika Jaka membuka mata, semuanya terasa aneh. Ia berdiri di tengah keramaian jalan, tapi tak ada satu pun orang yang memperhatikannya.
“Apa yang terjadi?” bisiknya, bingung. Namun, karena teringat anak dan istrinya, ia kembali melanjutkan perjalanan dengan motor bututnya, tanpa mempedulikan tubuh yang tergeletak di bawah terpal plastik dan dikelilingi banyak orang.
Jaka terus berkeliaran di tempat-tempat ia biasa mangkal, mencoba mendapatkan penumpang. Tapi, tidak ada yang seorang pun yang melihat atau mendengarnya. Ia mencoba masuk ke aplikasi, namun tidak bisa karena ponselnya mati total setelah kecelakaan tadi.
---
Malam semakin larut, Jaka memutuskan pulang ke kontrakan kecilnya. Di sana ia menemukan Ratna menangis sendirian memeluk putra satu-satunya yang tertidur dengan napas tersengal-sengal.
“Ma….” Jaka mencoba menyentuh pundak istrinya, ingin menenangkannya namun tak bisa. Kedua tangannya menembus tubuh Ratna, membuatnya tersadar kalau dia bukan lagi manusia. Jaka teringat dengan bus yang menabraknya, dan keberadaan tubuh kaku yang ditutupi terpal. Ia menyadari kalau dirinya sudah meninggal dunia.
“Pa, kamu ke mana? Kenapa belum pulang?” isak Ratna. Tangisnya semakin pecah saat mengetahui tubuh Raka semakin lemah, hingga akhirnya napas kecilnya benar-benar terhenti di pelukan Ratna.
Di tengah kesedihannya, terdengar pintu rumah diketuk dengan tidak sabar dan seseorang memanggil nama Ratna. Begitu pintu dibuka, ternyata Pak Jaya, ketua RT, datang mengabari soal kecelakaan yang menimpa Jaka. Ratna terduduk lemas dengan tangisan menyayat hati karena tak kuat menerima dua kabar duka sekaligus. Seluruh tetangga yang keluar bermaksud membantu dan menenangkan, ikut tak menyangka jika ternyata di dalam Raka juga sudah meninggal.
Jaka yang menyaksikan kondisi Ratna, hanya bisa ikut terisak. Ia kecewa dengan semua perjuangannya yang sia-sia. Rasa bersalah membelenggunya karena telah gagal menjaga keluarga kecilnya.
---
Ratna semakin tenggelam dalam kesedihan. Wajahnya pucat, tubuhnya semakin kurus. Kehilangan suami dan anaknya membuatnya merasa hidup tak lagi memiliki arti. Jaka yang belum tenang, mendampingi istrinya dalam kebisuan. Hatinya sakit melihat kondisi Ratna yang telah kehilangan semangat.
Hingga suatu malam, Jaka berteriak dan memohon pada Ratna yang hendak mengakhiri hidupnya. Namun, tentu saja suaranya tidak terdengar oleh istrinya. Ia menangis sejadi-jadinya saat melihat tubuh istrinya tergantung di langit-langit rumah.
---
Beberapa bulan berlalu, namun beberapa pengemudi ojek online yang sering mangkal di tempat Jaka dulu mengaku sering melihat sosok samar mengenakan jaket hijau dengan motor bututnya. Sosok itu berdiri di trotoar dengan tatapan kosong. Mereka percaya kalau sosok itu adalah Jaka, yang masih terjebak dalam rasa bersalahnya, dan menunggu penumpang yang tidak akan pernah datang.