Loading...
Logo TinLit
Read Story - Dongeng Jam 12 Malam
MENU
About Us  

Aziz adalah seorang fotografer jalanan yang terbiasa mengabadikan sisi kehidupan malam kota. Ia menjual hasil jepretannya itu melalui situs penjualan foto, dan menjadikan hobinya sebagai sumber penghidupan. 

Suatu malam, saat berjalan menyusuri gang-gang kecil yang remang, langkahnya terhenti oleh sebuah pemandangan yang tidak biasa. Di ujung gang, seorang perempuan berbaju merah tampak bertengkar sengit dengan seorang laki-laki. Wajahnya penuh emosi, tetapi suaranya terdengar putus asa. Aziz, dengan insting fotografernya mulai mengangkat kamera dan memotret. Ia menangkap momen ketika si laki-laki mendorong perempuan itu hingga tersungkur. Perempuan tersebut menangis dan masih memohon, namun si laki-laki malah melayangkan tamparan ke wajahnya. 

Melihat kekerasan itu, Aziz merasa tidak bisa terus berdiam diri. Ia keluar dari tempat persembunyiannya sambil mengacungkan kamera. "Berhenti, atau fotomu akan tersebar di media sosial!" tegur Aziz dengan suara yang lantang.

Laki-laki itu terdiam sejenak, menatap Aziz dengan penuh amarah. Namun, setelah beberapa detik, ia memilih pergi tanpa sepatah kata pun. Perempuan itu, yang masih menangis sambil duduk di lantai gang, mendongak ke arah Aziz.

"Terima kasih, Mas. Kalau tidak ada Mas, saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada saya," ucapnya dengan terbata-bata.

Aziz tersenyum tipis sambil mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri. Perempuan bernama Mira itu meminta bertukar kontak agar ia bisa membantu saat Aziz membutuhkannya sebagai ucapan terima kasih. Tanpa curiga, Aziz memberikan nomornya dan merasa telah melakukan hal yang benar, meski tidak tahu bahwa tindakannya itu akan mengubah hidupnya.

---

Setelah kejadian itu, Mira mulai sering menghubungi Aziz. Awalnya, ia hanya mengirim pesan berterima kasih. Namun, lama-lama Mira mulai muncul di sekitar Aziz, bahkan mendadak tahu alamat rumahnya.

"Mas, ini hanya tanda terima kasih kecil," katanya suatu hari dengan membawa makanan ke rumah Aziz.

Aziz menerima dengan sopan, tetapi mulai merasa risih saat Mira mengulanginya beberapa kali. Ketika Aziz mencoba menjelaskan bahwa sikapnya itu berlebihan, Mira hanya tersenyum. "Mas adalah orang baik. Saya hanya ingin memastikan Mas tahu betapa saya menghargai pertolongan Mas malam itu."

"Mira, saya mengerti keinginan kamu membalas tindakan saya malam itu, tapi tolong hentikan semua ini," kata Aziz dengan tegas karena mulai merasa gelisah dan takut. "Saya tidak nyaman."

Namun, Mira hanya tersenyum kecil. "Mas hanya belum terbiasa. Tapi, maaf saya tidak bisa meninggalkan Mas. Saya merasa harus tetap di sekitar Mas Aziz, berjaga-jaga kalau suatu saat saya dibutuhkan."

"Mira, saya bisa mengurus urusan saya sendiri," ucap Aziz yang mulai tidak bisa bersabar dengan segala alasan Mira untuk tetap di sekitarnya.

Mira tidak lagi menjawab perkataan Aziz, dan memilih meninggalkan rumahnya dengan senyumnya yang misterius. Aziz menghela napas panjang seraya menutup pintu rumah. Makanan yang dibawakan oleh Mira, dibuang ke tempat sampah di dapur.

---

Suatu malam, tepat pukul 12, Mira datang ke rumah Aziz dan mengetuk pintu dengan tergesa-gesa. Wajahnya tampak gusar. Saat pintu dibuka, Mira langsung berbicara dengan nada penuh emosi. "Mas, tolong jangan suruh saya pergi. Saya tidak punya siapa-siapa lagi. Mas satu-satunya orang yang peduli!"

Sikapnya itu dilatarbelakangi oleh pesan singkat yang dikirimkan oleh Aziz, yang memintanya tidak lagi mendatangi rumah dan menghubunginya. Tanpa menunggu balasan, Aziz memblokir seluruh akses komunikasi antara dirinya dan Mira.

Aziz menarik napas dalam, mencoba tetap tenang. "Mira, dengarkan saya. Saya hanya mencoba membantu waktu itu. Tidak ada alasan bagimu untuk terus muncul di hidup saya. Jadi, tolong, pergilah."

Namun, alih-alih mengerti, Mira justru terdiam. Air matanya berhenti mengalir dan berganti dengan senyuman yang aneh. "Mas boleh berkata begitu, tapi saya tahu Mas sebenarnya tidak tega, kan? Mas orang baik, dan saya tidak akan menyerah. Percayalah, Mas hanya perlu waktu untuk menerima saya."

Aziz merasa bulu kuduknya meremang. Ia segera menutup pintu, melalui celah tirai ia bisa melihat Mira tetap berdiri di sana, dengan tatapan yang tak lepas darinya.

Malam itu, Aziz menyadari satu hal: Mira bukan sekadar berterima kasih, tetapi memiliki obsesi yang tak biasa. Mungkin malam itu, laki-laki yang memukulinya mengalami hal yang sama dan kini, Mira menjadikan dirinya sebagai pusat dari dunia yang ia ciptakan sendiri.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Kejutan
472      261     3     
Short Story
Cerita ini didedikasikan untuk lomba tinlit x loka media
Rumah Jingga.
2250      878     4     
Horror
"KAMU tidAK seharusnya baca ceritA iNi, aku pasti meneMani di sAmpingmu saaT membaca, karena inI kisahku!" -Jingga-
BlackBox
1696      777     7     
Horror
"Please don't hear her voice." the mystery box is in your hands. be careful!
Mars
1200      647     2     
Romance
Semenjak mendapatkan donor jantung, hidup Agatha merasa diteror oleh cowok bermata tajam hitam legam, tubuhnya tinggi, suaranya teramat halus; entah hanya cewek ini yang merasakan, atau memang semua merasakannya. Dia membawa sensasi yang berbeda di setiap perjumpaannya, membuat Agatha kerap kali bergidik ngeri, dan jantungnya nyaris meledak. Agatha tidak tahu, hubungan apa yang dimiliki ole...
Let's Play the Game
313      267     1     
Fantasy
Aku datang membawa permainan baru untuk kalian. Jika kalian menang terima hadiahnya. Tapi, jika kalah terima hukumannya. let's play the game!
Salendrina
2470      917     7     
Horror
Salendrina adalah boneka milik seorang siswa bernama Gisella Areta. Dia selalu membawa Boneka Salendrina kemanapun ia pergi, termasuk ke sekolahnya. Sesuatu terjadi kepada Gisella ketika menginjakan kaki di kelas dua SMA. Perempuan itu mati dengan keadaan tanpa kepala di ruang guru. Amat mengenaskan. Tak ada yang tahu pasti penyebab kematian Gisella. Satu tahu berlalu, rumor kematian Gisella mu...
F I R D A U S
758      501     0     
Fantasy
Half Moon
1171      640     1     
Mystery
Pada saat mata kita terpejam Pada saat cahaya mulai padam Apakah kita masih bisa melihat? Apakah kita masih bisa mengungkapkan misteri-misteri yang terus menghantui? Hantu itu terus mengusikku. Bahkan saat aku tidak mendengar apapun. Aku kambuh dan darah mengucur dari telingaku. Tapi hantu itu tidak mau berhenti menggangguku. Dalam buku paranormal dan film-film horor mereka akan mengatakan ...
Ghost Hunter
3307      1448     2     
Horror
sekelompok pemuda masih berstatus mahasiswa yang menyukai kegiatan mistis, kerap melakukan penelusuran tiap malam Selasa dan malam Jumat Kliwon. Mereka ditemani oleh Mbah Susilo sang sesepuh desa yang mempunyai kemampuan yang tak biasa.
A Ghost Diary
5463      1777     4     
Fantasy
Damar tidak mengerti, apakah ini kutukan atau kesialan yang sedang menimpa hidupnya. Bagaimana tidak, hari-harinya yang memang berantakan menjadi semakin berantakan hanya karena sebuah buku diary. Semua bermula pada suatu hari, Damar mendapat hukuman dari Pak Rizal untuk membersihkan gudang sekolah. Tanpa sengaja, Damar menemukan sebuah buku diary di tumpukkan buku-buku bekas dalam gudang. Haru...