Hidup tenang tanpa drama bersama kakak dan adiknya adalah impian hidup Molly, anak tengah dari tiga bersaudara. Dia tak menyangka saat Agatha, kakaknya, tiba-tiba menghilang dan melepas tanggung jawab hingga adik bungsu mereka, Pandia, menjadi pengantin pengganti dalam sebuah pernikahan yang tak diinginkan.
...Read More >>"> SECRET IN SILENCE (Bab 48) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - SECRET IN SILENCE
MENU 0
About Us  

Seberapa jauh Molly mencoba mencari-cari jawaban dalam kepalanya, dia tetap menemukan jalan buntu. Bahkan setelah membaca buku resep ramuan koleksi Pandia sekalipun, Molly tetap tidak menemukan jawaban jelas. 

Namun, ada beberapa kesimpulan dari dua lembar surat yang dibawa Molly sekarang, sebuah titik terang dari beberapa teka-teki yang menyelimuti kisah hidupnya belakangan ini.

Pertama, dia teringat pernyataan Hugo di hari sebelum pergi dari Nevervale. Momen ketika Hugo tidak ingat siapa orang yang menghampirinya. Ternyata, orang asing yang ditemui mereka di Kedai Anyelir Merah, adalah orang yang sama yang mengirimkan surat kepada Pandia, bernama Farcloud.

Kedua, Pandia tidak benar-benar tewas. Berdasarkan buku resep ramuan koleksi Pandia, Molly mengambil kesimpulan, Ramuan Tidur Panjang tidak akan benar-benar membuat pengonsumsinya meninggal, melainkan dalam kondisi koma dengan ditandai denyut nadi yang lemah.

"Ketiga, seseorang bernama Farcloud akan membongkar makam Pandia dan membawanya pergi dari Nevervale." Molly bergumam. "Brengsek!"

Saat itu juga, Molly bergegas keluar dari kamar. Langkah kakinya berderap menggetarkan anak tangga kayu, menyebabkan suara gaduh yang membuat Hugo dan Joyce terkesiap bersamaan.

"Ada apa, Mol?" tanya Hugo kebingungan. Dilihatnya Molly tengah tergesa-gesa memakai jubah panjangnya.

"Molly, ada apa?" Joyce mengernyit kebingungan.

Sementara itu Molly mengikat rambutnya dan berkata, "Aku pergi ke pemakaman."

Kemudian, Molly bergegas pergi meninggalkan rumah.

Jantungnya bertalu-talu bagai genderang perang, dikuatkan oleh kebingungan, kekhawatiran, amarah, ketakutan, juga rasa posesif yang mendalam terhadap Pandia. Kedua tangannya memegang bagian depan rok, mengepal kuat-kuat hingga gemetaran. Ia melaju cepat, begitu cepat hingga membuatnya seolah melayang dalam angin.

Molly berlari melewati gang-gang yang berkelok-kelok dan dunia di sekelilingnya mendadak kabur, bagai ditelan kabut bayangan dan cahaya, saat pikirannya berpacu sekencang langkah kakinya.

Apakah Pandia benar-benar masih hidup?

Apakah Pandia baik-baik saja?

Apakah mungkin Farcloud dan rombongannya telah datang lebih dulu?

Tidak!

Pertanyaan-pertanyaan itu berputar kuat laksana tetesan gerimis hujan. Setiap langkah kaki, masing-masing diwarnai oleh perasaan yang bercampur aduk. Semakin cepat usaha Molly untuk mencapai si adik bungsu, dia semakin panik dari sebelumnya. Kakinya mungkin terasa terbakar karena pelariannya, namun Molly mendorong semua rasa sakit dan terus maju, didorong oleh satu keinginan yang sangat mendesak, yaitu menggagalkan rombongan Farcloud.

Lama sekali Molly berlari, sampai akhirnya ia tiba di pemakaman. Tangannya mendorong pintu gerbang cepat, lalu berlari mendekati makam milik Pandia. Langkahnya seketika itu berhenti, napasnya yang menderu mendadak tercekat, dan matanya membulat penuh.

Di sana, di dekat makam ayah dan ibunya, terdapat makam milik Pandia. Batu nisannya masih tertancap kokoh pada tanah, namun tanahnya telah tergali, begitupun peti matinya telah berada di permukaan tanah.

Molly mencicit panik dan khawatir, cepat-cepat dia membuka penutup peti dan benar saja, kosong.

Pandia telah dibawa pergi.

"Tidak, tidak." Molly mengecek ke liang lahat, kemudian kembali ke peti kosong di sebelahnya. "Adikku masih belum meninggal, adikku masih hidup! Dia masih hidup! Di mana tubuhnya? Kenapa ini bisa terjadi? Kenapa mereka harus mengambilnya? Apa yang sebenarnya terjadi?!"

Ia menunduk, berteriak, memegang kedua telinganya.

Teriakan frustrasinya terdengar hingga ke telinga si penjaga makam. Pria tua itu berlari terseok-seok dari rumah duka sambil merapikan topinya.

"Nona Edagon, ada apa? Mengapa pagi-pagi berteriak begitu?" Si penjaga makam bertanya setengah menegur.

Molly menolehkan kepala, matanya melotot, wajahnya kini berwarna merah muda menandakan bahwa dia benar-benar marah.

"Siapa yang membongkar makam adikku?" tanya Molly setengah membentak.

Si penjaga makam melirik ke makam milik Pandia, lalu kembali menatap Molly. "Ya ampun, Nona. Bukankah keluarga Edagon sendiri yang menghendakinya? Kalian mengirim seseorang untuk membongkar makam Nona Pandia. Bukankah kalian berencana untuk memindahkan kuburannya di dekat rumah?"

Mulut Molly terbuka lebar-lebar, tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Seseorang menipu si penjaga makam, berpura-pura menjadi utusan keluarganya agar dapat membongkar makam Pandia dan membawa jasadnya pergi dari desa.

"Keluarga kami sedang berduka, Tuan, tidak mungkin kami membayar seseorang untuk melakukan hal itu!" Molly kembali membentak, tangannya dikepalkan di pinggir tubuhnya.

Si penjaga makam memegang dadanya, terkejut. "Nona, saya hanya mengerjakan tugas saya sebagai penjaga makam, menggali dan mengubur jasad, hanya itu. Beliau datang menjumpai saya di rumah duka dan menyampaikan dengan jujur, kalau kalian yang mengutusnya."

Molly berdecak dan mengacak-acak rambutnya frustrasi. Baru saja berduka, kemudian kebingungan dan lega ketika menyadari bahwa Pandia tidak benar-benar meninggal dunia, sekarang jasad adiknya tengah dibawa oleh seorang penipu. Semuanya berputar-putar menjadi satu.

"Ada berapa orang yang datang?" tuntut Molly.

"Semalam hanya satu orang yang datang," jawab si penjaga makam singkat.

Satu orang, bukan rombongan.

Molly kembali bertanya, "Bagaimana ciri-cirinya?"

"Itu ... um ..." Si penjaga makam mengulum bibirnya, mengernyit kebingungan, lalu menggaruk kepala. "Aku sangat yakin menemuinya semalam, tapi aku tidak ingat ciri-cirinya."

"Coba kau ingat baik-baik, Tuan. Warna rambutnya, warna matanya, tinggi tubuhnya, mungkin, hm?" Molly setengah memohon.

Namun, si penjaga makam masih kesulitan untuk mengingatnya. Dia menunjuk batu nisan orang tua Molly. "Maaf, aku tidak ingat bagaimana ciri-cirinya. Tapi aku yakin sekali, dia duduk di sekitar sini sambil makan jeruk semalam."

Memang benar ada kulit jeruk yang telah kering di sana, namun itu tidak dapat dijadikan bukti siapa sosok yang menipu si penjaga makam dan mencuri jasad Pandia. Andaikan saja Molly memiliki kekuatan untuk melihat essentia milik orang, dia tidak akan kesulitan menentukan siapa orang misterius itu.

Molly menggigit bibir bawahnya, berusaha berpikir lebih keras.

Kemudian pandangannya melesat pada rumah duka. Molly teringat kunjungan pertamanya di kamp militer, ia pernah menuliskan namanya pada buku tamu. Mungkin saja, rumah duka memiliki buku tamu juga.

"Apakah dia menulis pada buku tamu juga?" Molly bertanya.

Si penjaga makam terkekeh. "Tentu saja, Nona. Semua pengunjung rumah duka menulis di buku tamu."

"Bawakan buku tamunya kemari," pinta Molly mendesak.

Pria tua itu lantas berlari kembali ke rumah duka. Sementara Molly menatap makam yang telah dibongkar paksa. Pikirannya kembali berputar, memikirkan sosok yang membongkar makam Pandia.

Dia menebak-nebak seseorang yang mungkin menjadi calon pelaku. Tak mungkin keluarganya. Atau mungkin Farcloud adalah orang suruhan ... Vince. Membayangkan wajah pak tua itu, sontak membuat perut Molly berputar, serasa hampir mutah.

"Tapi, dari sekian orang yang cocok dituduh menjadi pelaku hanya si tua Vince," gumam Molly pada dirinya sendiri. Ia memainkan jari-jarinya, gugup dan resah. "Paman telah membatalkan kesepakatan, dan pria tua itu pasti tidak terima dengan keputusan kami."

Si penjaga makam kembali di sampingnya, memberikan sebuah buku usang bersampul kulit hijau tua. Molly cepat-cepat membuka buku pada halaman terakhir tepat pada nomor terakhir yang tertulis.

Jari-jarinya menyusuri nama pengunjung terakhir dengan cemas, pegangan pada buku itu semakin erat, seolah tak ingin melepaskannya. Rahangnya terkunci rapat-rapat, setiap otot yang timbul menahan gejolak amarah, dan dalam suara yang hanya didengar oleh dirinya sendiri serta penuh kepahitan, Molly menyebutkan sebuah nama.

"Rolan Farcloud."

Nama itu terucap seperti racun yang mengalir deras, membawa serta gelombang amarah dan kecewa. Setiap suku katanya menggoreskan sebagian dari hatinya, menimbulkan sebuah pemikiran baru—dendam.

Tangannya gemetaran ketika menutup buku itu dan mengembalikannya kepada si penjaga makam. Molly menutupi wajah dengan kedua telapak tangannya, terdiam, dan membeku.

Kemudian, sebuah akar besar muncul dari dalam liang lahat kuburan Pandia. Akar-akar itu tumbuh cepat ke permukaan tanah, meliuk-liuk bagai tentakel terkutuk, dan melingkar membungkus peti mati Pandia. Bersamaan itu, tangan Molly bergetar hebat.

Melihatnya, si penjaga makam terkejut, matanya terbelalak tak percaya sekaligus dipenuhi ketakutan. Sampai kakinya terlalu lemas untuk menopang tubuhnya, membuatnya jatuh terduduk di atas tanah. Suara ketakutannya terdengar semakin menjadi-jadi, ketika akar-akar itu melilit kencang peti mati Pandia—teramat kencang hingga merusak peti itu menjadi dua bagian.

Lalu, tanaman ivy muncul dari dalam tanah, melilit batu nisan Pandia dan kedua orang tua Molly. Tanaman itu mengeluarkan bunga-bunga cantik berwarna-warni, seolah menjaga dan menghiasi makam keluarga Edagon.

Semuanya menjadi jelas: pelaku yang membuat Agatha mengejar Keajaiban Bilena, yang mengirimkan surat kepada Pandia, serta membongkar makam adik bungsunya adalah Rolan. Seorang essentor handal yang membuat siapa pun melupakan sosoknya.

Sial bagi Molly yang tidak menyadari tanda-tandanya. Padahal Cardos dan Bilena telah memperingatinya, telah menyuruhnya untuk berhati-hati kepada Rolan. Kemudian, dengan dungunya, Molly memercayai lelaki licik itu.

"Cerdas sekali, Rolan," gumam Molly penuh penyesalan. Kata-kata itu membakar ujung lidahnya. Ia tertawa pahit, dadanya berdenyut sakit.

Perempuan muda itu menganggukkan kepala, seakan baru memahami segalanya. Rolan menodai kepercayaannya. Lelaki itu tahu Molly akan gagal sejak awal, dan dengan santainya, Rolan menggiringnya pada kehancuran. Semua ini tak lebih dari permainan yang penuh kebohongan, sebuah rencana terpendam yang disembunyikan begitu rapi, dan dipelihara penuh kelicikan.

"Tak heran, ia selalu memasang tembok tinggi saat aku ingin mengenalnya." Molly tertawa pahit seraya menatap tanda kutukan pada tangannya.

Kini Molly berdiri memandangi makam adiknya. Wajahnya datar, matanya memerah menahan air mata, namun pikirannya dipenuhi oleh sosok misterius Rolan. 

Ia menggigit bibir bawah, mengepalkan tangan di samping tubuhnya, dan menggumamkan, "Diam-diam dia menyimpan rahasia."

[TAMAT]

Sampai jumpa di buku dua: Songs of Yesterday.

Petualangan Molly akan berlanjut di Hutan Kematian.

Terima kasih telah membaca hingga bab terakhir, cintanya, kesabarannya, untuk feedback dan masukannya, serta untuk waktu yang telah diluangkan. 

Jika kalian penasaran dengan lore-nya, kalian bisa cek di instagramku: theeliyen. Mari kita saling mengobrol!

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
House with No Mirror
391      292     0     
Fantasy
Rumah baru keluarga Spiegelman ternyata menyimpan harta karun. Anak kembar mereka, Margo dan Magdalena terlibat dalam petualangan panjang bersama William Jacobs untuk menemukan lebih banyak harta karun. Berhasilkah mereka menguak misteri Cornwall yang selama ini tersembunyi?
PATANGGA
710      493     1     
Fantasy
Suatu malam ada kejadian aneh yang menimpa Yumi. Sebuah sapu terbang yang tiba-tiba masuk ke kamarnya melalui jendela. Muncul pula Eiden, lelaki tampan dengan jubah hitam panjang, pemilik sapu terbang itu. Patangga, nama sapu terbang milik Eiden. Satu fakta mengejutkan, Patangga akan hidup bersama orang yang didatanginya sesuai dengan kebijakan dari Kementerian Sihir di dunia Eiden. Yumi ingin...
The Maiden from Doomsday
10303      2259     600     
Fantasy
Hal yang seorang buruh kasar mendapati pesawat kertas yang terus mengikutinya. Setiap kali ia mengambil pesawat kertas itu isinya selalu sama. Sebuah tulisan entah dari siapa yang berisi kata-kata rindu padanya. Ia yakin itu hanya keisengan orang. Sampai ia menemukan tulisan tetangganya yang persis dengan yang ada di surat. Tetangganya, Milly, malah menyalahkan dirinya yang mengirimi surat cin...
Exerevnitis
17      17     2     
Fantasy
Setiap orang memiliki rahasianya masing masing, tapi bagaimana jika dibalik rahasia itu ada hal lain yang menanti?. Fannia memiliki sebuah rahasia besar yang ia rahasiakan dari orang lain, tapi tanpa ia ketahui dibalik semua itu terdapat rahasia tersembunyi dan dibaliknya ada seseorang yang selalu mengawasianya. Tiba-tiba sebuah kejadian datang kepadanya dan mengubah hidu...
Asmara Mahawira (Volume 1): Putri yang Terbuang
5710      1090     1     
Romance
A novel from Momoy Tuanku Mahawira, orang yang sangat dingin dan cuek. Padahal, aku ini pelayannya yang sangat setia. Tuanku itu orang yang sangat gemar memanah, termasuk juga memanah hatiku. Di suatu malam, Tuan Mahawira datang ke kamarku ketika mataku sedikit lagi terpejam. "Temani aku tidur malam ini," bisiknya di telingaku. Aku terkejut bukan main. Kenapa Tuan Mahawira meng...
Dark Fantasia
4715      1433     2     
Fantasy
Suatu hari Robert, seorang pria paruh baya yang berprofesi sebagai pengusaha besar di bidang jasa dan dagang tiba-tiba jatuh sakit, dan dalam waktu yang singkat segala apa yang telah ia kumpulkan lenyap seketika untuk biaya pengobatannya. Robert yang jatuh miskin ditinggalkan istrinya, anaknya, kolega, dan semua orang terdekatnya karena dianggap sudah tidak berguna lagi. Harta dan koneksi yang...
Tentang Penyihir dan Warna yang Terabaikan
7387      2060     7     
Fantasy
Once upon a time .... Seorang bayi terlahir bersama telur dan dekapan pelangi. Seorang wanita baik hati menjadi hancur akibat iri dan dengki. Sebuah cermin harus menyesal karena kejujurannya. Seekor naga membeci dirinya sebagai naga. Seorang nenek tua bergelambir mengajarkan sihir pada cucunya. Sepasang kakak beradik memakan penyihir buta di rumah kue. Dan ... seluruh warna sihir tidak men...
The watchers other world
1818      735     2     
Fantasy
6 orang pelajar SMA terseret sebuah lingkarang sihir pemanggil ke dunia lain, 5 dari 6 orang pelajar itu memiliki tittle Hero dalam status mereka, namun 1 orang pelajar yang tersisa mendapatkan gelar lain yaitu observer (pengamat). 1 pelajar yang tersisih itu bernama rendi orang yang suka menyendiri dan senang belajar banyak hal. dia memutuskan untuk meninggalkan 5 orang teman sekelasnya yang ber...
Hidden Path
5424      1414     7     
Mystery
Seorang reporter berdarah campuran Korea Indonesia, bernama Lee Hana menemukan sebuah keanehan di tempat tinggal barunya. Ia yang terjebak, mau tidak mau harus melakukan sebuah misi 'gila' mengubah takdirnya melalui perjalanan waktu demi menyelamatkan dirinya dan orang yang disayanginya. Dengan dibantu Arjuna, seorang detektif muda yang kompeten, ia ternyata menemukan fakta lainnya yang berkaita...
Puncak Mahiya
554      399     4     
Short Story
Hanya cerita fiktif, mohon maaf apabila ada kesamaan nama tempat dan tokoh. Cerita bermula ketika tria dan rai mengikuti acara perkemahan dari sekolahnya, tria sangat suka ketika melihat matahari terbit dan terbenam dari puncak gunung tetapi semua itu terhalang ketika ada sebuah mitos.