Loading...
Logo TinLit
Read Story - SECRET IN SILENCE
MENU
About Us  

"Karena kau telah melihat tekad dan kepercayaan diriku, aku rasa sudah saatnya kau memberitahuku bagaimana caranya mencapai Labirin Hijau." Molly memiringkan kepalanya, melipat tangan ke dada. "Jelaskan singkat, padat, dan langsung pada intinya, aku tidak ingin mendengar ucapan yang berbelit-belit."

Bibir Cardos melengkung tipis, matanya menatap tajam, dan bahunya sedikit terguncang saat tertawa kecil. Dia kemudian berdiri dari duduknya dan berjalan menuju ke seberang meja, menyandarkan tubuhnya pada pinggiran meja belajarnya.

Cardos berkata, "Tempatnya tidak jauh dari sini, sekitar satu kedipan mata ... jika berjalan bersamaku."

Molly menyipitkan mata, keningnya berkerut dan ujung bibirnya naik sedikit, tengah berpikir keras.

"Kau tahu tempatnya, karena kau adalah penjaganya," tebak Molly, "bukan hanya menjaga lembah, tapi kau juga menjaga artefak itu. Kau punya akses untuk ke Labirin Hijau."

Cardos melipat tangan di dada dan mengatakan, "Benar."

Rambut Molly memantul pelan ketika dia melompat penuh kelegaan. "Aku senang kalau kau akhirnya mengaku cepat! Jadi, kau akan mengantarku ke sana, kan?"

Cardos mengerucutkan bibirnya, matanya melirik ke arah kiri sebelum akhirnya menjawab, "Ya, aku bisa mengajakmu ke sana. Tapi, aku tak bisa membantumu melewati Gerbang Bilena."

Kening Molly berkerut dan tangannya mengusap pelan dagunya. Tidak heran, wilayah magis pasti memiliki semacam portal masuk.

"Apakah kau tahu dengan cara apa aku bisa melewati gerbangnya?" Molly bertanya, memiringkan kepala.

"Aku tidak tahu, Permaisuri Galenia tidak memberitahuku secara rinci." Cardos menghela napas panjang dan kembali menambahkan, "Aku rasa tidak hanya seseorang yang memang ditakdirkan yang bisa, tapi, seorang Pembisik Daun juga."

"Dari mana kau bisa seyakin itu?"

Cardos menunjuk kepalanya dan berkata, "Instingku mengatakan demikian. Kau akan tahu begitu sampai di sana. Yang jelas, instingku mengatakan kau bisa melintasi gerbang itu dengan mudah."

"Ah, betapa beruntungnya aku!" Molly tersenyum, meletakkan kedua tangan ke dada sebagai bentuk syukur. "Kalau begitu, kita bisa berangkat ke sana besok pagi. Lebih cepat lebih baik."

"Kau tidak ingin menunggu Rolan?" Cardos memiringkan kepalanya, bertanya-tanya.

"Rolan masih dalam kondisi lemah, Cardos, aku tak tahu apakah dia bisa mengikuti perjalananku." Molly memainkan pita pada gaunnya. Dia mendengkus dan mengatakan, "Aku takut kalau-kalau dia terluka lagi, dan aku tak cukup kuat untuk melindunginya."

Cardos mengusap dagunya, kepalanya mengangguk pelan, memahami keresahan hati Molly. Rolan memang butuh waktu agar benar-benar pulih, namun kondisi saat ini sangatlah krusial. Sayang sekali harus menyia-nyiakan waktu yang ada, apalagi posisi Molly sudah begitu dekat, tinggal sejengkal lagi.

Sang Penjaga Agung menunjuk tangan kiri Molly dan mengatakan, "Maksudku, kalian berdua kan sedang terkena kutukan Rantai Ikat. Siapa tahu kalian bisa meminta artefak itu membatalkan ikatan kalian berdua."

Molly mengecek tangan kirinya, yang kini telah separuh menghitam akibat kutukan. Warnanya bahkan jauh lebih gelap dari yang dikiranya.

"Rencanaku besok tidak akan berjalan lama," timpal Molly. "Hanya satu kedipan mata kau mengantarku ke Gerbang Bilena, kemudian aku akan berbicara dengan Agatha. Begitu kami selesai, kita bisa kembali pulang bersama kakakku."

Ada keheningan sejenak yang menyelimuti keduanya, sebelum akhirnya Molly menambahkan, "Aku tidak bisa membawa Rolan lebih jauh ke dalam masalah keluargaku. Aku ingin dia beristirahat sampai benar-benar pulih."

"Begitu." Cardos memasukkan kedua tangan ke saku celananya. "Kalau begitu, ada baiknya kau kembali ke kamarmu sekarang. Istirahatlah. Kita berangkat besok pagi bersama-sama."

Molly mengangguk pelan. "Terima kasih, Penjaga Agung yang mulia. Kau sangat membantuku." Dia memberikan penghormatan selayaknya berbicara pada bangsawan. Cardos hanya tertawa pendek sebagai respon. "Aku akan kembali ke kamarku. Selamat malam."

Cardos menegakkan tubuhnya dan memberikan salam juga. "Selamat malam, Mol."

Molly tersenyum dan memutar badan, melangkah perlahan menuju pintu, membukanya, dan bersiap untuk menutupnya. Namun, sebelum ujung pintu benar-benar tertutup, dia mendengar Cardos memanggil namanya dari dalam ruangan.

Rupanya Cardos telah berada di dekat meja nakas di dekat rak buku. Tangan pria itu memegang sebuah buku yang sempat dibaca oleh Molly beberapa saat yang lalu. Sang Penjaga Agung berjalan mendekat.

"Ya?" Molly mengerjapkan mata penasaran.

"Sejujurnya, aku penasaran akan sesuatu," kata Cardos memulai. "Apakah kau benar-benar percaya pada Rolan?"

Molly tidak mengerti mengapa Cardos tiba-tiba saja menanyakan hal ini kepadanya. Jika diingat-ingat lagi, Rolan memang seorang lelaki asing yang ditemuinya di kedai minuman di Nevervale, juga seorang pencuri. Lalu tanpa disangka-sangka mereka dapat menjalin hubungan selayaknya teman dekat. Terlepas dari sikap Rolan yang lancang, sering merendahkan Molly, juga bagaimana lelaki itu menentang keputusan Molly.

"Dia cukup bisa diandalkan sampai saat ini," jawab Molly mengangguk. "Aku tidak melihat alasan untuk meragukannya. Dia sering mengingatkanku akan banyak hal, juga tidak pernah membohongiku."

"Begitu."

"Ada apa?" Kini giliran Molly yang bertanya.

"Ah tidak, instingku mengatakan kau dan Rolan memiliki hubungan yang sangat dekat. Lebih dekat dari dugaanku." Cardos menjawab seraya memainkan ujung rambut gelapnya, menuai rasa heran dari Molly.

Molly melipat tangannya di dada. Ia mengamati raut wajah Cardos dan sorot mata lelaki itu yang sempat melembut, sebelum akhirnya disembunyikan cepat. Apa maksudnya? Jangan-jangan—

"Apakah aku mengganggu kalian berdua?" Entah mengapa Molly merasa tidak enak hati.

Alih-alih menjawab pertanyaan Molly, Cardos malah merespon dengan pertanyaan juga. "Apakah kau pernah berpikir bagaimana bisa Rolan mengenal seorang Penjaga Agung sepertiku?"

Molly menggaruk keningnya, menyadari bahwa dia tidak pernah memikirkan hal itu. Lebih tepatnya, dia tidak suka ikut campur dalam urusan lain. Baginya, bersikap praktis untuk saat ini adalah yang terpenting. Jika kenalan Rolan bisa membantunya, mengapa tidak? Terlepas bagaimana hubungan Rolan dengan semua kenalannya.

Ia menjawab, "Entah. Aku tak memiliki alasan untuk mengetahui hubungan kalian seperti apa."

"Apakah kau tidak penasaran mengapa Rolan selalu mengatakan kalau Keajaiban Bilena itu tidak nyata? Padahal dia berteman denganku." Cardos menyipitkan mata. "Kau tidak penasaran mengapa darahnya berwarna biru? Mengapa dia selalu menyendiri dan hanya bersama monyetnya? Atau mungkin, kau tidak penasaran mengapa tubuhnya bisa berkilauan di bawah cahaya? Apa kau tidak mencurigai siapa orang yang memberitahu Agatha tentang Keajaiban Bilena?"

Cardos melontarkan pertanyaan yang bertubi-tubi, teramat banyak. Sedangkan Molly yang kelelahan hanya dapat menggelengkan kepala dan membalas, "Aku tidak mengerti apa maksudmu."

"Kau tidak ingat dengan tempat ini? Sungguh?" Cardos kembali melemparkan pertanyaan misterius. "Karena instingku mengatakan aku pernah melihatmu sebelumnya, dan aku berpikir kalau kita pernah berbicara seperti ini, untuk yang ketiga kalinya."

Perempuan itu hanya terdiam, kemudian menaikkan bahunya sebagai respon ketidaktahuannya. "Aku sangat yakin kita baru bertemu sekarang. Tidak mungkin kau berbicara denganku sebanyak tiga kali."

Cardos mengerjapkan mata beberapa kali, mulutnya terbuka sedikit membentuk huruf 'o' dan tangannya menggenggam erat buku. Sejenak dia terdiam, lalu mengangguk, seolah mengerti sesuatu.

"Begitu." Sang Penjaga Agung menggaruk pelipisnya pelan. "Aku juga bingung bagaimana harus menjelaskannya. Tapi, aku sarankan untuk tidak menaruh kepercayaan terlalu dalam pada Rolan, atau lebih baik jangan sama sekali."

"Kenapa begitu?" Molly mendelik.

"Aku hanya khawatir kalau sesuatu terjadi padamu. Kau tahu, penyair itu tidak selalu bisa dipercaya." Cardos memandang mata Molly dalam-dalam, mencoba mendoktrin perempuan muda itu. "Terkadang, orang yang paling dekat adalah mereka yang tahu persis di mana harus menusuk tanpa melihat."

Perkataan itu jelas membuat Molly membeku selama beberapa detik. Rolan memang telah memperingati Molly untuk tidak terlalu percaya dengannya.

Namun, gagasan buruk itu tidak terbukti, nyatanya Rolan masih berada di sisinya—menolongnya sewaktu dia hendak tenggelam dan melindunginya sewaktu di Hutan Dar. Tidak ada yang salah sejauh ini, semuanya masih baik-baik saja. Akhirnya, Molly memilih menepis jauh-jauh perkataan Cardos dari pikirannya.

"Terima kasih telah mengkhawatirkanku, Cardos," balas Molly lembut, "mungkin Rolan tahu cara untuk menusukku, tapi dia tidak akan menduga caraku untuk menghindar."[]

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
A.P.I (A Perfect Imaginer)
175      149     1     
Fantasy
Seorang pelajar biasa dan pemalas, Robert, diharuskan melakukan petualangan diluar nalarnya ketika seseorang datang ke kamarnya dan mengatakan dia adalah penduduk Dunia Antarklan yang menjemput Robert untuk kembali ke dunia asli Robert. Misi penjemputan ini bersamaan dengan rencana Si Jubah Hitam, sang penguasa Klan Kegelapan, yang akan mencuri sebuah bongkahan dari Klan Api.
Petualangan Angin
271      228     2     
Fantasy
Cerita tentang seorang anak kecil yang bernama Angin. Dia menemukan sebuah jam tangan yang sakti. Dia dengan kekuatan yang berasal dari jam itu, akan menjadi sesuatu kekuatan yang luar biasa, untuk melawan musuhnya.
The watchers other world
1972      817     2     
Fantasy
6 orang pelajar SMA terseret sebuah lingkarang sihir pemanggil ke dunia lain, 5 dari 6 orang pelajar itu memiliki tittle Hero dalam status mereka, namun 1 orang pelajar yang tersisa mendapatkan gelar lain yaitu observer (pengamat). 1 pelajar yang tersisih itu bernama rendi orang yang suka menyendiri dan senang belajar banyak hal. dia memutuskan untuk meninggalkan 5 orang teman sekelasnya yang ber...
Jalan Menuju Braga
390      304     4     
Romance
Berly rasa, kehidupannya baik-baik saja saat itu. Tentunya itu sebelum ia harus merasakan pahitnya kehilangan dan membuat hidupnya berubah. Hal-hal yang selalu ia dapatkan, tak bisa lagi ia genggam. Hal-hal yang sejalan dengannya, bahkan menyakitinya tanpa ragu. Segala hal yang terjadi dalam hidupnya, membuat Berly menutup mata akan perasaannya, termasuk pada Jhagad Braga Utama--Kakak kelasnya...
Asmara Mahawira (Volume 1): Putri yang Terbuang
6085      1214     1     
Romance
A novel from Momoy Tuanku Mahawira, orang yang sangat dingin dan cuek. Padahal, aku ini pelayannya yang sangat setia. Tuanku itu orang yang sangat gemar memanah, termasuk juga memanah hatiku. Di suatu malam, Tuan Mahawira datang ke kamarku ketika mataku sedikit lagi terpejam. "Temani aku tidur malam ini," bisiknya di telingaku. Aku terkejut bukan main. Kenapa Tuan Mahawira meng...
Hideaway Space
70      56     0     
Fantasy
Seumur hidup, Evelyn selalu mengikuti kemauan ayah ibunya. Entah soal sekolah, atau kemampuan khusus yang dimilikinya. Dalam hal ini, kedua orang tuanya sangat bertentangan hingga bercerai. evelyn yang ingin kabur, sengaja memesan penginapan lebih lama dari yang dia laporkan. Tanpa mengetahui jika penginapan bernama Hideaway Space benar-benar diluar harapannya. Tempat dimana dia tidak bisa bersan...
The Maiden from Doomsday
10680      2385     600     
Fantasy
Hal yang seorang buruh kasar mendapati pesawat kertas yang terus mengikutinya. Setiap kali ia mengambil pesawat kertas itu isinya selalu sama. Sebuah tulisan entah dari siapa yang berisi kata-kata rindu padanya. Ia yakin itu hanya keisengan orang. Sampai ia menemukan tulisan tetangganya yang persis dengan yang ada di surat. Tetangganya, Milly, malah menyalahkan dirinya yang mengirimi surat cin...
GLACIER 1: The Fire of Massacre
782      580     2     
Fantasy
[Fantasy - Tragedy - Action] Suku Glacier adalah suku yang seluruhnya adalah perempuan. Suku damai pengikut Dewi Arghi. Suku dengan kekuatan penyegel. Nila, anak perempuan dari Suku Glacier bertemu dengan Kaie, anak laki-laki dari Suku Daun di tengah serangan siluman. Kaie mengantarkannya pulang. Namun sayangnya, Nila menjatuhkan diri sambil menangis. Suku Glacier, terbakar ....
Untuk Takdir dan Kehidupan Yang Seolah Mengancam
760      518     0     
Romance
Untuk takdir dan kehidupan yang seolah mengancam. Aku berdiri, tegak menatap ke arah langit yang awalnya biru lalu jadi kelabu. Ini kehidupanku, yang Tuhan berikan padaku, bukan, bukan diberikan tetapi dititipkan. Aku tahu. Juga, warna kelabu yang kau selipkan pada setiap langkah yang kuambil. Di balik gorden yang tadinya aku kira emas, ternyata lebih gelap dari perunggu. Afeksi yang kautuju...
Tentang Penyihir dan Warna yang Terabaikan
7933      2212     7     
Fantasy
Once upon a time .... Seorang bayi terlahir bersama telur dan dekapan pelangi. Seorang wanita baik hati menjadi hancur akibat iri dan dengki. Sebuah cermin harus menyesal karena kejujurannya. Seekor naga membeci dirinya sebagai naga. Seorang nenek tua bergelambir mengajarkan sihir pada cucunya. Sepasang kakak beradik memakan penyihir buta di rumah kue. Dan ... seluruh warna sihir tidak men...