Read More >>"> The Golden Prince (1 | Pasangan Emas) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Golden Prince
MENU 0
About Us  

Gorden putih itu bergoyang lembut saat angin pagi menerpanya, cahaya mentari secara remang menerangi ruangan kamar besar indah dengan berbagai perabotannya yang terkesan mewah.

Lemari besar dengan ukiran emas rumit di sekelilingnya, meja rias di sampingnya dengan balutan keindahan yang sama dan ranjang besar dengan empat pilar kayu di setiap ujung sikunya.

Siapapun yang melihat akan percaya bahwa benda-benda itu dibuat untuk karya hias ketimbang kegunaannya.

Sebuah langkah kaki terdengar, semakin jelas saat langkahnya mendekat. Detik berikutnya, pintu ruangan yang besar dan penuh akan ukiran emas indah, terbuka, dengan seorang wanita melangkah masuk tanpa ragu.

Tatapannya langsung terpusat pada ranjang besar di tengah ruangan. Melihat gundukan di bawah selimut, wanita itu menghela napas lelah.

"Tuan Putri, mau sampai kapan anda akan tertidur?"

Dia berjalan ke jendela ruangan, menyibakkan gorden, membawa lebih banyak cahaya untuk menerangi ruangan. Melihat bagaimana jendela kamar telah dalam keadaan terbuka, wanita itu melirik ke tempat tidur.

"Tuan Putri, apa anda begadang lagi?"

Tidak ada jawaban, sesuatu yang telah diharapkan. Wanita itu berjalan mendekat dan membuka gundukan, memperlihatkan figur wanita muda yang tengah meringkuk.

Di saat selimutnya terbuka, cahaya pagi menerpa wajahnya, sesuatu yang membuat alis gadis itu berkerut. Mengambil kembali selimut, dia berkata dengan mengantuk. "Bibi Mai... lima menit lagi..."

Mai menatap tak berdaya saat melihat orang yang dilayaninya, Putri Alicia, kembali meringkuk di bawah selimutnya.

Seluruh penduduk kerajaan tidak akan percaya, bahwa gadis pemalas ini adalah putri terhormat yang mereka gaung-gaungkan sebagai permata terindah Kerajaan Artia, Sang Putri Emas, Alicia Von Artia.

Dengan helaan napas, Mai meraih selimut, mencoba untuk membukanya kembali hanya untuk mengerutkan kening saat dia merasa selimutnya tertahan.

'Gadis ini!' menggerutu di dalam hati, Mai mencoba menarik lebih kuat, tapi pihak lain juga tampak cukup keras kepala karena Mai masih kesulitan membukanya.

Tak ingin merusak selimut, Mai mengalah, dia mundur dengan ekspresi tak berdaya saat melihat gundukan kecil dengan seorang gadis bersembunyi di dalamnya.

"Tuan Putri, ini sudah siang, waktunya untuk bangun, ayo..."

Meski tak mendapat jawaban, Mai bisa melihat sedikit gerakan di tempat yang seharusnya menyembunyikan kepala Alicia — itu bergerak menggeleng, seolah menolak seruannya.

Mai merasa frustasi, ini bukan pertama kalinya terjadi, tapi setiap saat selalu membuatnya pusing. Dia berdiri diam, berpikir untuk mencari solusi, sampai sebuah pemikiran terbesit di benaknya.

Sudut bibirnya terangkat, dia berkata dengan nada berlebih. "Oh Tuan Putriku yang cantik, perhiasan terindah Kerajaan Artia, apakah kau ingin terus melanjutkan tidurmu?"

Sekali lagi, tidak ada jawaban, tapi ada gerakan singkat yang seolah mengangguk mengiyakan. Bukannya kesal, senyum di bibir Mai justru melebar.

"Kau yakin ingin melanjutkan tidurmu? meski di luar, Pangeranmu sedang menunggumu?"

Kali ini tidak ada jawaban sama sekali, termasuk gerakan di balik selimut, sebuah pemandangan yang membuat Mai merasa geli.

"Sayang sekali, Pangeran kita yang tampan, seorang kesatria jenius, pahlawan yang menyelamatkan kerajaan kita, harus dengan berat hati dicampakkan begitu saja oleh Tuan Putri yang dicintainya..."

Mai ingin melanjutkan, tapi terhenti saat dia melihat pergerakan di tempat tidur. Menunggu beberapa saat, selimut itu akhirnya turun, menunjukkan seorang gadis yang tengah terduduk, menguap secara tak sopan. "Huaa.... Bibi Mai, Aku bilang lima menit lagi, nggak lama kok..."

Mai memperhatikan gadis muda di depannya, baju tidur sutranya berantakkan, begitu pula dengan rambut pirang panjangnya, bahkan ada jejak air liur di sisi wajahnya. Gadis itu mengucek matanya, mencoba mendapat kejernihan dari rasa kantuknya. Saat matanya terbuka, Mai menahan napas kagum, itu adalah mata yang sangat indah.

Sepasang bola cantik berwarna emas terbuka untuk dilihatnya, mata itu tampak cerah dengan binar kepolosan gadis muda. Tidak peduli berapa kali dia melihatnya, dirinya selalu merasa hangat dan suasana hatinya secara ajaib tampak membaik. Mai yakin, bukan hanya dia yang merasakan itu, setiap orang yang berinteraksi atau setidaknya, cukup dengan melihatnya, pasti akan merasakan hal yang sama.

Putri Alicia, cukup dengan kehadirannya, mampu menaikkan suasana hati orang-orang disekitarnya. Pesona kepolosan dan keceriaannya, membuatnya menjadi objek kasih sayang di seluruh kerajaan.

Mai, yang memiliki kebiasaan untuk menegurnya setiap kali dia membuat kesalahan, mengesampingkan omelan rutinnya, gadis ini terlalu manis untuk ditegurnya.

Alicia, setelah mendapat cukup kejernihan pikiran, menatap cemberut pada Bibinya. "Itu salah Bibi, kalo seandainya Bibi bangunin aku dari tadi, Alicia nggak akan kesiangan tahu, hmph..."

Wajah Mai berkerut mendengarnya, dia menarik kembali kesan baik yang diberikannya, 'Gadis ini tidak manis! dia menyebalkan!'

Alicia sudah genap berusia 16 tahun, usia yang dikategorikan sebagai dewasa, dia seharusnya bisa mengurus dirinya sendiri!

Mai bahkan ingat, Alicia sendirilah yang mengatakan padanya untuk tidak terlalu memanjakannya lagi — karena dirinya sudah dewasa, dia ingin hidup mandiri, dan salah satu caranya adalah dengan mencoba bangun tidur sendiri.

Tapi sepertinya, terbiasa hidup sebagai tuan putri terlindungi, membuat Alicia tak bisa dengan mudah menghilangkan kebiasaannya yang hidup dalam pelayanan, Mai masih harus mengurusnya di banyak sisi.

Mulut Mai terasa gatal, dia ingin mengomel, namun sayangnya, Alicia telah beranjak dari tempat tidur ke kamar mandi yang berada di dalam kamarnya, dia hanya bisa menghela napas dan mulai membereskan tempat tidur yang berantakkan.

Sejenak wajahnya kembali berkerut, Mai teringat bahwa Alicia juga pernah berkata bahwa dia akan mulai membereskan kamarnya sendiri, tapi nyatanya, Mai masih harus melakukannya.

Mai tersenyum pahit karenanya, tapi juga ada perasaan manis karena kembali melakukan apa yang sering dia lakukan pada gadis yang telah dia rawat sejak bayi itu — seorang gadis yang telah dia anggap seperti anaknya sendiri.

***

Alicia tengah berdiri, mulutnya sibuk mengunyah roti hangat yang dibawakan oleh Bibi Mai, sementara yang terakhir sibuk mendandani gadis itu.

Waktu sarapan seharusnya dilakukan beberapa jam yang lalu, tapi karena dirinya kesiangan, Alicia terpaksa mengisi perutnya ditengah persiapan untuk latihan hari itu.

"Selesai, sekarang mari lihat hasilnya." Mai membalikkan tubuh Alicia agar menghadap ke cermin.

Menatap kepada pantulan, Alicia melihat dirinya dalam balutan seragam pelatihannya. Kemeja putihnya tersembunyi dibalik rompi kulit berwarna coklat, bawahan kemeja itu cukup panjang untuk sampai ke paha, membuatnya tampak seperti rok mini dengan dua celah belahan di sisi kiri dan kanannya.

Celah itu tidak mengekspos apapun karena ada celana panjang yang dikenakannya, bersama sepasang sepatu boot kulit berwarna coklat.

Alicia memutar dirinya untuk melihat lebih baik penampilannya. Ini bukan pakaiannya yang biasa, lagi pula, sebagai seorang putri, dia biasanya mengenakan gaun indah yang akan menonjolkan kecantikannya.

Meski begitu, dirinya masih puas dengan apa yang dilihatnya. Seragam latihannya agak berbeda dari biasanya, itu lebih elegan dan di desain indah di beberapa titik, memberi kesan sebagai sesuatu yang memang dibuat khusus untuk seseorang yang penting, dirinya masih tampak cantik dengan ini.

"Jangan banyak gerak."

Wajah Alicia sedikit cemberut saat ditegur dan dipaksa berhenti bergerak, dia menatap Bibi Mai dari balik pantulan yang kini sedang menyisir rambut pirangnya.

Dia telah dirawat oleh wanita ini sejauh dari apa yang bisa dia ingat, itu lama sekali. Bibi Mai bukanlah Bibi yang sebenarnya, mereka tidak punya hubungan kekeluargaan apapun, dia adalah pelayan pribadinya, atau lebih tepatnya, Bibi Mai adalah pelayan pribadi ibunya, yang selepas sepeninggalannya beberapa tahun lalu, dialihkan padanya.

Meski begitu, Alicia tak pernah menganggap Bibi Mai sebagai orang luar, wanita itu telah bersamanya sejak dirinya lahir, membuat Alicia melihatnya sebagai bagian dari keluarganya sendiri — terutama setelah ibunya meninggal, Alicia telah melihat Bibi Mai sebagai figur ibu itu sendiri.

Sejenak perasaan sedih menyelimuti hati Alicia saat dirinya teringat akan ibunya yang telah tiada, sebelum diinterupsi oleh tepukan lembut di pundaknya.

"Selesai, sekarang Tuan Putri sudah cantik lagi seperti biasanya."

Alicia menatap pada pantulan, mengabaikan sosok dirinya dan hanya menatap kepada Bibi Mai. Senyum lembut dan tatapan hangat yang familiar itu, secara signifikan mengembalikan suasana hatinya.

Alicia tersenyum, dia memiliki keinginan yang kuat untuk memeluk wanita itu sekarang, sesuatu yang biasa dia lakukan dulu, tapi memilih untuk menahannya, lagi pula, dirinya sudah berumur 16 tahun, sudah memasuki usia dewasa, dia memiliki harga diri yang harus dipertahankan!

"Hmph, biasanya juga cantik, emang kapan aku nggak cantik?"

Mai menggeleng tak berdaya, mencubit ringan pipi gadis itu karena keluhan jenakanya. "Kalo gitu nggak apa-apa dong, kalo Bibi kasih tahu beberapa kebiasaan kamu ke Sir Ren? terutama kebiasaan tidur kamu yang suka ngiler itu?"

Alicia membeku di tempat saat sensasi menggigil menjalar ke punggungnya, dia terbatuk canggung. "Ehem, Bibi, nggak sopan mengumbar aib orang lain, kita sebagai orang dewasa harus saling menghargai dan tidak menghakimi satu sama lain."

Mai memutar bola matanya, dewasa? dewasa apa? gadis ini mungkin adalah orang terakhir yang pantas untuk membicarakannya.

"Baiklah, mari berhenti disini, kamu harus berangkat sekarang untuk pelatihan, atau kalo nggak," Mai menyeringai padanya. "Bibi akan kasih tahu semua aib kamu ke Sir Ren, hehe..."

Wajah Alicia berkerut muram, dia mendengus sebelum pergi keluar kamarnya, ditemani tawa ringan Bibinya di belakang.

Dia berjalan menyusuri lorong istana, berlantaikan karpet merah, dengan sisi kiri lorong berupa deretan jendela besar, yang disetiap jarak antar jendelanya, ditempatkan meja kecil dengan patung hias di atasnya. Lebih tinggi beberapa meter, ada lampu gantung tepat di atas patung.

Sisi kanan lorong hanya berupa tembok dari deretan kamar yang tertutup, setiap pintu kamar berhadapan dengan meja patung hias di sisi lain lorong, bersama dengan lampu gantung yang juga ditempatkan berhadapan dengan lampu di sisi lain.

Penempatan keteraturan yang simetris ini memberikan kesan rapi, dan ini dipercantik atas fakta bahwa terdapat sentuhan ornamen mozaik di setiap sudut tembok. Bahkan perabotan lain juga memiliki dekorasinya tersendiri, masing-masing memperindah setiap sudut tempat, semakin menegaskan kesan mewah.

Alicia tentu tidak memperhatikan ini semua, matanya telah terbiasa melihat segala keindahan dan kemewahan yang disajikan oleh rumahnya sendiri, Istana Kerajaan.

Istana ini memiliki tiga bangunan utama yang dikelilingi oleh tembok besar, yakni Kastil, Barak dan Gudang Senjata. Bangunan yang pertama diapit oleh dua lainnya, dimana kebutuhan atas pemerintahan kerajaan dan tempat tinggal pribadi keluarga kerajaan berada disini.

Barak menyediakan akomodasi untuk para prajurit dan kesatria, ditempatkan untuk selalu dekat dengan Kastil agar mampu memberi respon cepat jika terjadi sesuatu.

Yang terakhir Gudang Senjata, sesuai namanya, itu diperuntukkan sebagai tempat penyimpanan senjata bagi para prajurit dan kesatria. Di tempat ini juga disediakan area pelatihan, tempat yang menjadi lokasi tujuan Alicia saat ini.

Sepanjang perjalanan, dirinya terkadang akan melambaikan tangan dan memberi senyum tipis yang anggun pada setiap pelayan, prajurit atau pejabat publik yang kebetulan berpapasan dan menyapa padanya.

"Anda cantik seperti biasanya Tuan Putri!"

"Salam hormat Yang Mulia!"

"Senang bertemu dengan permata terindah kami!"

Rentetan pujian dan salam hormat menghiasi perjalanannya, membuat hati Alicia bermerakan, selayaknya di musim semi.

Area pelatihan berupa tanah lapang yang diberi pagar kayu sebagai sekat, beberapa boneka jerami ditempatkan sebagai objek pelatihan, ada yang menjadikannya target panah atau serangan berkuda.

Di beberapa lokasi, bisa terlihat banyak pasangan prajurit yang beradu pedang, baik pedang asli atau sekedar pedang kayu.

Selayaknya fenomena alam, ketika dirinya memasuki area pelatihan, setiap prajurit menghentikan aktifitasnya, terfokus padanya, menatap dengan binar rasa hormat, ya... semua, kecuali satu.

Alicia berjalan masuk ke salah satu area pelatihan, menatap seorang pemuda yang tampak beberapa tahun lebih tua darinya, bersandar pada pagar kayu dengan posisi bosan, mengunyah semacam rumput ilalang.

Ketika dirinya datang, pemuda itu menatap padanya dengan ekspresi jengkel yang membuat gadis itu tersenyum lucu. Alicia membuka mulutnya, bersiap untuk bicara, namun...

"Serius! Cia! apa kamu tahu berapa lama aku menunggu disini?"

Semburan kesalnya hanya membuat Alicia tertawa senang, dia menutup mulutnya, berusaha tetap terlihat anggun.

Disisi lain, wajah pemuda itu berkedut kesal melihat reaksinya, terutama saat prajurit lainnya ikut menertawakannya. Pria itu memberi mereka tatapan tajam yang segera mengembalikan kesunyian.

"Aku nggak tahu apa yang kamu maksud? aku kan datangnya sesuai janji, blee..."Alicia meledek dengan menarik kantung matanya.

"Sesuai janji? janji apa? latihan kita seharusnya dimulai tiga jam yang lalu!"

Alicia memeluk perutnya, menahan tawa. "Kok kamu bisa lupa sih? kemarin kan aku bilangnya kita bakal latihan di pagi hari, dan ini masih termasuk pagi hari lho..."

Wajah pemuda itu semakin jelek, dirinya jelas tahu bahwa gadis itu tengah bermain-main dengannya. Alicia memang berjanji bawah mereka akan berlatih di pagi hari, dan saat ini sekitar pukul sebelas, secara teknis masih tergolong pagi.

Tapi jelas poinnya bukan itu. Pelatihan ini adalah kegiatan rutin mereka, dan selalu diadakan setiap pukul delapan pagi, jadi jelas dirinya akan berasumsi bahwa latihan hari ini juga akan dilakukan di jam tersebut. Siapa sangka, gadis ini akan datang tiga jam berikutnya?!

Tak ingin repot berdebat, pria itu berkata. "Cia, berhenti bermain dengan kata-kata, ayo langsung mulai aja latihannya."

Alicia terkekeh lucu, dia menatap pemuda di depannya pergi mengambil dua pedang kayu dan melemparkan satu padanya. Dirinya menangkap pedang itu dengan sempurna.

"Siap?" tanya pria itu.

Alicia melirik pemuda di depannya yang telah memposisikan diri untuk pertarungan, dia menatap lebih detail figurnya. Pria itu memiliki rambut hitam pendek, wajah tampan, dengan warna mata yang mirip dengannya — mata itu lebih terang, lebih mirip warna kuning daripada emas — meski lebih terang, ada kesan dingin di balik sorot matanya yang dalam, seolah dirinya telah melalui banyak hal.

Namun Alicia sama sekali tidak terganggu dengan mata itu, justru dia senang, karena ciri mata mereka yang mirip inilah yang membuat orang-orang terkadang menjuluki mereka sebagai Pasangan Emas.

Pria di depannya ini adalah pemuda paling cemerlang di kerajaannya, seseorang yang telah memecahkan rekor sejarah sebagai Master Pedang termuda, seorang pahlawan yang belum lama ini telah berjasa besar pada kerajaan, pria yang kini menjadi guru pedangnya.

Juga... pria yang merupakan tunangannya, Pangeran Emas, Ren Moretti.

Sejenak pipi Alicia memerah, dia menggeleng dan menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan hatinya. Memposisikan diri, Alicia menatap balik kepada pria yang dicintainya dan menjawab. "Aku siap, ayo kita mulai."

Melihat anggukan Alicia, Ren bergerak cepat, maju kedepan, mengayunkan pedangnya. Di saat yang sama, Alicia merespon, dia melangkah, bersiap atas serangan yang masuk. Dengan ini, pertarungan latihan mereka dimulai.

------------------------------

Hey! hey! hey!... Author disini mau bilang, makasih buat kalian yang sudah baca bab pertama... thank you lurdss...😉

Semoga bab pertama ini bisa menarik minat kalian untuk terus lanjut ya...

Btw lempar aja komentar di bawah perihal cerita ini, kasih paham Author yang tampan ini kesan kalian saat membaca ceritanya ok... 

Terakhir, jangan lupa untuk vote ya... jangan pelit! karena vote itu gratis... tis.. tis...

Bonus, ini Ilustrasi perihal karakter utamannya:

Sejujurnya, untuk ilustrasi Ren, Author lebih suka yang dibawah ini

Sejujurnya, untuk ilustrasi Ren, Author lebih suka yang dibawah ini. Tapi karena itu artnya kurang greget, jadi pake yang di atas aja deh...

 Tapi karena itu artnya kurang greget, jadi pake yang di atas aja deh

*Abaikan rokoknya, rokok itu tidak baik😡

Btw, art di atas hasil nyolong dari pinterest... jadi maaf maaf nih kalo ternyata kamu adalah yang punya gambarnya... wkwk... 🙏

 

How do you feel about this chapter?

1 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Premium
GUGUR
4002      1812     9     
Romance
Ketika harapan, keinginan, dan penantian yang harus terpaksa gugur karena takdir semesta. Dipertemukan oleh Kamal adalah suatu hal yang Eira syukuri, lantaran ia tak pernah mendapat peran ayah di kehidupannya. Eira dan Kamal jatuh dua kali; cinta, dan suatu kebenaran yang menentang takdir mereka untuk bersatu. 2023 © Hawa Eve
Gadis Kecil Air Tawar
469      333     0     
Short Story
Mulailah berbuat baik terhadap hal-hal di sekelilingmu.
KEPINGAN KATA
406      269     0     
Inspirational
Ternyata jenjang SMA tuh nggak seseram apa yang dibayangkan Hanum. Dia pasti bisa melalui masa-masa SMA. Apalagi, katanya, masa-masa SMA adalah masa yang indah. Jadi, Hanum pasti bisa melaluinya. Iya, kan? Siapapun, tolong yakinkan Hanum!
House with No Mirror
391      292     0     
Fantasy
Rumah baru keluarga Spiegelman ternyata menyimpan harta karun. Anak kembar mereka, Margo dan Magdalena terlibat dalam petualangan panjang bersama William Jacobs untuk menemukan lebih banyak harta karun. Berhasilkah mereka menguak misteri Cornwall yang selama ini tersembunyi?
GEMINI
5974      1466     4     
Fantasy
Sang Raja tak terhentikan. Dia bermaksud menggunakan Blood Moon untuk menghidupkan istrinya dari kematian. Kehancuran total dipertaruhkan. Hanya keturunan asli kerajaan yang dapat menghentikannya. Namun, putra mahkota menghilang. Seorang gadis misterius muncul dan menyelamatkan nyawa putra mahkota tanpa tahu takdir mereka terkait. Siapa dia? Akankah gadis ini berperan penting untuk menghentik...
Gray November
3052      1149     16     
Romance
Dorothea dan Marjorie tidak pernah menyangka status 'teman sekadar kenal' saat mereka berada di SMA berubah seratus delapan puluh derajat di masa sekarang. Keduanya kini menjadi pelatih tari di suatu sanggar yang sama. Marjorie, perempuan yang menolak pengakuan sahabatnya di SMA, Joshua, sedangkan Dorothea adalah perempuan yang langsung menerima Joshua sebagai kekasih saat acara kelulusan berlang...
MAMPU
5732      2162     0     
Romance
Cerita ini didedikasikan untuk kalian yang pernah punya teman di masa kecil dan tinggalnya bertetanggaan. Itulah yang dialami oleh Andira, dia punya teman masa kecil yang bernama Anandra. Suatu hari mereka berpisah, tapi kemudian bertemu lagi setelah bertahun-tahun terlewat begitu saja. Mereka bisa saling mengungkapkan rasa rindu, tapi sayang. Anandra salah paham dan menganggap kalau Andira punya...
The pythonissam
356      274     5     
Fantasy
Annie yang harus menerima fakta bahwa dirinya adalah seorang penyihir dan juga harus dengan terpaksa meninggalkan kehidupanannya sebagai seorang manusia.
Army of Angels: The Dark Side
32312      5623     25     
Fantasy
Genre : Adventure, Romance, Fantasy, War, kingdom, action, magic. ~Sinopsis ~ Takdir. Sebuah kata yang menyiratkan sesuatu yang sudah ditentukan. Namun, apa yang sebenarnya kata ''Takdir'' itu inginkan denganku? Karir militer yang telah susah payah ku rajut sepotong demi sepotong hancur karena sebuah takdir bernama "kematian" Dikehidupan keduaku pun takdir kembali mempermai...
Reality Record
2652      916     0     
Fantasy
Surga dan neraka hanyalah kebohongan yang diciptakan manusia terdahulu. Mereka tahu betul bahwa setelah manusia meninggal, jiwanya tidak akan pergi kemana-mana. Hanya menetap di dunia ini selamanya. Namun, kebohongan tersebut membuat manusia berharap dan memiliki sebuah tujuan hidup yang baik maupun buruk. Erno bukanlah salah satu dari mereka. Erno mengetahui kebenaran mengenai tujuan akhir ma...