“Raaaannnnn..... tunggu!!!“ Seseorang berteriak memanggilku.
Langsung saja aku menghentikan langkahku dan menoleh kearah suara itu.
“Oh ternyata Sherly yang memanggil“ pikir ku.
Dia sedikit berlari kearah ku, karena jarak kami memang cukup jauh.
“Ih kamu tuh di panggil-panggil dari tadi gak noleh-noleh, cape tau, di panggil-panggil dari depan gerbang juga“ katanya dengan napas yang masih ngos-ngosan.
“Ehh.. iya gitu? Maaf deh aku kan gak denger, maaf ya!” Kata ku dengan nada memohon.
“Kebiasaan sih kalau jalan tuh kayak kereta api main serepet aja cepet banget!” Tambah siska dengan muka jutek.
“Ih kan udah minta maaf, ya udah deh yuk cepet entar telat lagi!“ Aku menarik tangannya.
“Eeehhhh... tunggu dulu, hari ini dosen nya gak masuk, tadi Rio bm, tapi aku lupa gak bm kamu, maaf ya!” Katanya cengar-cengir merayu.
“Tuh kan kebiasaan deh pikun nya kambuh, tau gini tadi sih gak usah ke kampus aja“ kataku kesal.
“Eh udah sih iya deh maaf, 1 – 1 kali kita hari ini, tadi aja kamu di panggil gak noleh-noleh, eh tapi udah mening sekarang kita ke perpustakaan aja, ada buku baru katanya“ kata Sherly terlihat bersemangat.
Akhirnya kami pun pergi ke perpustakaan, hari ini tidak seperti biasa, perpustakaan cukup ramai.
“Mungkin karena ada buku baru.“ Pikirku tak ingin ambil pusing.
Aku pun langsung masuk dan pergi ke rak buku untuk mencari buku baru itu, ku lihat Sherly hanya duduk sambil senyum-senyum sendiri.
“Katanya mau cari buku baru, kok malah diem aja?” Tanyaku bingung.
“Liat deh Ran, ganteng banget.“ Kata nya menunjuk seorang pria yang duduk di sebrang bangku kami.
“Kayak nya aku belum pernah lihat deh, siapa emangnya?” Kataku penasaran.
“Aduh makanya update berita-berita terhits dong Ran, dia itu kan dosen baru penjaga perpus!” Ia begitu bersemangat, sambil terus menatap ke arah yang katanya dosen baru itu.
Jika di perhatikan pria itu memang masih sangat muda, dugaan ku umur nya hanya berbeda beberapa tahun saja dengan ku. Mungkin karena merasa diperhatikan dia jadi menoleh ke arah kami dan tersenyum, dengan spontan aku langsung memalingkan pandanganku.
“ Malu banget, di kira aku memperhatikan lagi“ batinku mengeluh.
Malam ini langit begitu terang, bintang juga terlihat berkerlap-kerlip di sana-sini. Entah kenapa aku jadi memikirkan kejadian tadi siang di perpus, katanya ada buku baru, tapi kok? Kok malah dosen baru.
Waktu menunjukan pukul 08.22, hari ini memang tidak ada jadwal kuliah tapi aku ingin ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas. Akhirnya tepat jam 09.00 aku melaju menuju kampus tempatku menimba ilmu itu, langsung saja langkahku ku arahkan ke perpustakaan, perpustakaan terlihat sangat sepi, mungkin karena yang lain ada jadwal kuliah, ditambah ini masih terlalu pagi juga, agak ragu aku masuk, malu rasanya kemarin saat dosen itu melihat ke arahku, aku jadi kikuk dibuatnya. Benar saja tak ada siapupun di perpus, hanya ku lihat dosen baru itu sedang membereskan buku-buku yang berserakan di rak-rak besar yang berjejer layaknya tentara perang.
“Pagi Pak!“ Kataku menyapa mencoba bersikap ramah.
Tapi dia hanya menoleh ke arah ku dan tersenyum
“Selamat pagi juga“ jawabnya yang kukira sangat telat.
Aku langsung pergi ke rak bahasa untuk mencari buku sastra.
“Di mana bukunya?” Pikir ku sambil melihat buku satuper satu.
Suasana terasa begitu sepi, hanya ada suara buku-buku yang sedang di bereskan oleh dosen baru itu.
“Mau cari buku apa?“ Katanya memulai pembicaraan.
“Itu Pak, saya cari buku“ belum sempat aku menjawab.
“Pak? Apa saya terlihat begitu tua? Saya yakin umur kita hanya berpaut beberapa tahun saja“ katanya tersenyum sambil sekarang matanya benar-benar menatapku.
“Ohhh my God, kenapa dia menatap ku seperti itu, dan kenapa aku jadi kikuk seperti ini, jangan, jangan seperti ini, ayolah rileks dan bersikap biasa saja!” Batinku gemetar.
“Hmmm... bukan begitu, tapi saya hanya bermaksud menghormati dengan panggilan itu, Pak” nadaku tampak ragu-ragu.
Dosen baru itu hanya tersenyum menanggapi ucapanku, kini aku benar-benar salah tingkah dibuatnya.
Beberapa bulan berlalu, hubunganku dengan dosen baru yang ternyata namanya adalah pak Adit itu juga sudah cukup baik, hanya saja aku menyimpan beban di hatiku, bagaimana mungkin aku jatuh cinta pada dosen penjaga perpus itu, tapi ku pikir itu sangat wajar, toh banyak mahasiswi lain yang berusaha mencuri hatinya. Pak Adit memang sangat baik padaku, tapi sikapnya memang baik pada siapapun, ah aku memang terlalu berharap lebih.
Hari itu aku ke perpustakaan untuk mengembalikan buku, ku lihat Sherly sedang mengobrol asyik dengan dosen baru itu, ahh kenapa batin ku sakit, kesal rasanya melihat mereka akrab seperti itu. Aku langsung saja pergi ke tempat mereka.
“Pak saya ingin mengembalikan buku ini“ kataku sambil meletakan buku yang ku pinjam.
“Oh iya sebentar“ katanya sambil melihat kartu perpusku.
Sherly hanya menatapku dengan senyuman diwajahnya.
“Ini sudah“Pak adit membuyarkan lamunanku.
“Oh iya makasih“ kataku singkat dan hendak pergi.
“Ranti tunggu!” Seketika langkah ku terhenti mendengar ucapan dosen itu.“ Kamu dulu hari pertama saya masuk di sini datang ke sini untuk cari buku baru kan? Ini buku barunya!“ Ia memberikan buku berwarna merah jambu kepadaku.
“Aku mengambilnya, dan Cinta Sejati oleh Aditya Pratama“ sontak membuatku menoleh kearahnya.
“Iya itu, sebenarnya dari pertama saya, kamu datang ke sini dan saya“ katanya terbata-bata
Ahh lama deh kalian “Ran.. sebenarnya dia ini sepupu aku, dari lama dia itu udah suka sama kamu, kamu inget gak dulu aku pernah cerita punya sepupu yang suka sama kamu, dan ya ini orangnya“ Sherly menjelaskan melihat pak Adit yang terlihat kikuk saat itu.
“Ta.. tapi kan kamu...“
“Ya emang awalnya aku sengaja gak cerita sama kamu, sorry ya aku cuma pengen tau aja gimana perasaan kamu sama sepupu aku!” Sherly tersenyum menatapku.
Aku tak berani menatap Adit saat ini perasaan berkecamuk dijiwaku, aku senang tapi juga masih tak percaya, bagaimana mungkin akhinya aku jatuh cinta pada dosenku sendiri.
“Ku harap cintaku bersambut dan bukuku itu adalah ungkapan hatiku.” Tambah pak Adit yang kini menatapku sambil tersenyum.
Aku hanya mengangguk, senyum pun merekah di wajah kami, rona-rona kebahagiaan tampak di sana menyambut cinta yang akhirnya bersambut. Seandainya ombak dilaut tau pasti dia akan bersorak gembira, melihat cinta menyatu di bawah atap perpustakaan.
“Hmmm.. katanya buku baru, tapi kok?” Anganku melayang, menerawang jauh ke hari-hari sebelum aku mengenalnya.