“Tak seorang pun yang dapat Kembali dan memulai semuanya dari awal.
Tapi, seseorang bisa memulainya sekarang dan membuat
Sebuah akhir yang baru.”
-Maria Robinson-
Abhi berdiri di balkon kamar tidurnya. Ia merenungkan setiap perkataan sang Bunda. Tentang Nara, tentang Zoya dan tentang masa depan seperti apa yang sebenarnya Abhi mau. Semua tutur kata yang syarat akan nasehat dari sang Bunda berkecamuk di kepalanya. Terutama tentang satu hal yang selalu saja mengusik pikiran Abhi, bahkan sebelum ia tahu kabar tentang Putra yang selama ini tak diketahuinya itu.
Flashback On
“Sekarang Bunda tanya sama Abhi, masa depan seperti apa yang selama ini Abhi ingini dengan Zoya?” tanya Rania.
“Abhi…,” Abhi bingung hendak memberikan jawaban seperti apa pada sang Bunda. Pasalnya setiap kali ditanya perihal yang sama ini, Abhi tak pernah bisa memberikan jawaban yang pasti kepada sang Bunda.
“Zoya masih menolak membahas tentang pernikahan?” tanya Rania.
Abhi menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan yang dilontarkan sang Bunda. Entah itu sudah pertanyaan yang keberapa kali yang ditanyakan kepada Abhi, nyaris sama dan tentu kali ini pun Abhi memberikan jawaban yang sama seperti sebelum-sebelumya.
“Zoya bilang akan memikirkannya setelah kontrak dengan salah satu brand di Bali selesai Bun..,” ujar Abhi.
“Itu sudah alasan yang keberapa kali yang diberikan Zoya, Abhi. Sepertinya setiap kali kamu mengajak dia ke jenjang pernikahan, dia selalu saja menjadikan kontrak kerja modelnya sebagai alasan penolakan,” ujar Rania yang sudah mulai geram.
“Tapi, kali ini Zoya janji Bun. Paling lambat tahun depan ia sudah memberikan jawaban pastinya,” ujar Abhi masih memberikan pembelaan atas sikap Zoya yang sudah mulai membuat sang Bunda geram.
“Belum tentu tahun depan tidak ada kontrak kerja lagi Bhi. Kalau masih ada kontrak kerja yang masih mengharuskan model untuk tidak boleh atau dilarang menikah secara otomatis tidak akan ada lagi pernikahan dalam masa depan kalian berdua,” seru Rania.
“Abhi akan coba tanya dan yakinkan Zoya lagi Bun…,” ujar Abhi.
Rania menghela napas. Entahlah setiap kali membahas gadis Bernama Zoya yang telah diklaim oleh Abhi sebagai Wanita yang paling dicintainya, ia selalu geram. Pasalnya, entah sudah keberapa kalinya Abhi mengajak gadis itu menikah tetapi Zoya selalu menolak dengan menjadikan syarat kontrak kerja yang dijalaninya mensyaratkan bahwa sang model tidak boleh menikah sampai kontrak berakhir.
“Bunda bukannya mendesak atau apa Bhi, tetapi tujuan hubungan di antara kalian berdua adalah pernikahan toh. Tapi ini sudah bertahun-tahun namun selalu saja tidak bisa mencapai ke tahap itu. Sekarang coba Abhi pikirkan, kalua pernikahan itu masih saja jauh dari jangkauan Abhi ataupun Zoya, buat apa kalian menjalin hubungan selama ini? Tidakkah itu terkesan membuang-buang waktu untuk hal yang tak pasti,” jelas Rania.
Abhi pun terdiam mendengar penuturan sang Bunda yang tak sepenuhnya salah. Pada dasarnya hubungan antara pria dan Wanita tahap akhirnya adalah pernikahan tetapi, bagaimana sebenarnya antara dia dan Zoya? Sanggupkah ia menunggu Zoya beberapa tahun lagi jika gadis itu masih enggan untuk diajak menikah?
Flashback Off
Abhi menghela napas dalam. Memikirkan tentang hubungan antara dirinya dan Zoya memang selalu memusingkan. Tiada akhir yang pasti dan kali ini ia benar-benar harus mengambil langkah tegas jika Zoya masih saja berkelit membahas tentang pernikahan.
Pikiran Abhi pun kemudian melayang pada kejadian tadi, dimana untuk pertama kalinya ia memiliki seorang putra. Tidak perlu melakukan pembuktian tes DNA atau apalah, yang jelas ia tahu dan yakin bahwa bocah kecil itu adalah putranya. Pasalnya dari mata, hidung dan bahkan bentuk wajanya persis rupa Abhi sewaktu kecil. Jadi, tanpa dijelaskan pun Abhi tahu bahwa putra Nara adalah putranya, darah dagingnya.
Mengingat sang putra kecil yang menangis saat dipeluknya tadi, membuat Abhi memikirkan tentang mamanya juga, yaitu Nara. Abhi tak habis piker kenapa Nara menyembunyikan keberadaan putranya selama ini, bukankah gadis itu hanya perlu membawa Sakha kehadapan Abhi di masa lalu hingga pada akhirnya Abhi mau tidak mau pasti tidak akan bisa mengelak atas akibat dari perbuatannya yang dilakukannya kepada Nara.
Abhi juga masih ingat perkataan Nara, jika Sakha tidak pernah tahu sosok Papanya. Putranya itu tahunya bahwa ia sudah meninggal. Abhi tak sampai hati mendengar penjelasan Nara tadi. Ia ingin marah, tapi ia juga mengerti betapa sakitnya hati Nara akibat perlakuan dirinya pada Nara dulu. Disini Abhi merasa serba salah.
Andai saja Nara tidak menyimpan perasaan terhadapnya mungkin hubungan diantara mereka tidak akan serumit sekarang ini. Mungkin Nara masih akan menemaninya sebagai seorang sahabat sama seperti dulu. Mereka akan menghabiskan hari bersama, saling berbagi cerita dan bahkan akan berlibur bersama jika kedua pasangan mereka tidak bisa menemani.
Namun, semua berubah saat perasaan Nara untuknya tumbuh. Dan bahkan diketahui oleh sang Papa. Selama ini, Nara ternyata tidak menjalin hubungan dengan siapapun bahkan dengan Radit pun yang semula Abhi piker adalah kekasih Nara, ternyata bukan. Mereka hanya berteman, karena memiliki hobby yang sama mereka kerapkali menghabiskan waktu bersama. Hingga puncaknya ketika Abhi putus dari Zoya dan kehilangan jejak sang mantan, Papa Nara mengajukan usul perjodohan itudengan suntukan dana investasi pada perusahaannya sebagai imbalan, karena ia tahu bahwa selama ini sang putri menyukai Abhi diam-diam. Papa Nara piker, putusnya Abhi dengan Zoya, dapat menjadi peluang bagi Nara untuk mendapatkan lelaki yang dicintainya itu.
Namun, perasaan tidak bisa dipaksa. Bagi Abhi, keberadaan Nara hanyalah rutinitasnya. Ia terbiasa dengan keberadaan gadis itu disampingnya tapi tidak di hatinya. Abhi tak bisa menyangkal bahwa ketika Nara menghilang dulu ia juga merasakan kehilangan.
Biasanya akan selalu ada Nara yang menggedor kamar tidurnya setiap pagi untuk membangunkannya. Ketika hari minggu mereka akan jogging bersama, meski tak mandi dan hanya gosok gigi saja seharian mereka tidak pernah merasa risih satu sama lain. Nara juga kerapkali membantu Abhi mencuci rambut ketika lelaki itu bau asam akibat berkeringat saat main basket. Abhi terlalu malas untuk itu, karenanya Nara lah yang terkadang melakukan hal-hal yang dilewatkan oleh Abhi, termasuk mengurus urusan rambutnya yang lepek dan bauk arena keringatnya.
Tidak hanya itu, Nara jugalah yang menemani Abhi di masa sulitnya saat putus dengan Zoya. Gadis itu akan memberikan pelukan hangatnya untuk menenangkan Abhi. Dan tentu saja perlakukan Nara terhadapnya itu tak pernah Abhi tahu bahwa itu semua disebabkan karena gadis itu diam-diam memendam perasaan kepadanya yang lebih dari sekedar sahabat yang tumbuh bersama sejak kecil.
Memikirkan semua hal itu, membuat kepala Abhi pening.
“Apa yang harus aku lakukan padamu Nar..?” guman Abhi.
๐ฎ๐ฎ๐ฎ
lanjutt....
Comment on chapter 8 II Selangkah Lebih Dekat