Udara siang hari di dekat pantai Okinawa itu mengibaskan rambut mereka, angin yang berbisik lembut membuat kecanggungan mereka berdua semakin terlihat.
“Tentu, Yuki. Ada apa?” jawab Estrella, terlihat sedikit khawatir.
Yuki menghela napas, anting sebelah dan kalung perak miliknya memantulkan cahaya di siang itu. “Aku ingin kau tahu bahwa aku sangat menghargai kerja kerasmu dan betapa berharganya kamu bagi kedai ini. Tapi… kamu tahu, beberapa hal tidak bisa berlangsung selamanya dan memerlukan jawaban.” Estrella menatap Yuki dengan mata terbuka lebar, menunggu kelanjutan perkataannya. “Aku berterimakasih dengan kehadiran kalian dan tidak ingin semuanya hancur dengan cepat ataupun lambat. Aku… aku merasa ada sesuatu di antara kita yang perlu diselesaikan. Aku merasa kita perlu jujur satu sama lain. Semua orang, kamu tahu kan?”
Estrella tampak terkejut mendengar pengakuan Yuki. Dia menghela napas panjang sebelum menjawab, “Yuki, aku juga merasakan sesuatu yang berbeda. Tapi aku juga bingung dengan semua ini. Aku tidak ingin merusak apa yang kita miliki di kedai ini.”
Di dalam kedai, Arlend memperhatikan percakapan mereka dari kejauhan. Meskipun ia tampak tenang, ada kekhawatiran yang terlihat jelas di wajahnya. Ia tahu bahwa percakapan ini akan membawa perubahan yang tidak akan mudah, cepat atau lambat pembicaraan ini akan terjadi.
Ketika Yuki dan Estrella kembali masuk ke dalam kedai, suasana terasa sedikit canggung. Mereka berusaha menjalankan tugas mereka seperti biasa, namun ketegangan di antara mereka tidak bisa diabaikan. Arlend mencoba mencairkan suasana dengan berbicara lebih banyak kepada pelanggan dan membuat lelucon ringan, tetapi ia tahu bahwa ini hanya sementara.
Hari-hari berikutnya berlalu dengan perasaan campur aduk. Estrella mencoba memahami perasaannya sendiri, sementara Yuki berusaha menjaga profesionalismenya di depan tim. Arlend, yang biasanya menjaga agar perasaannya tidak muncul di permukaan, merasa semakin sulit untuk menjaga profesionalismenya.
Ayase, yang saat menjalankan shiftnya, kerap melihat Yuki yang tidak fokus dengan pekerjaan manajerial, merasa hatinya semakin terpukul. Ia tahu perasaannya terhadap Yuki belum berubah, namun kehadiran Estrella membuatnya merasa terpojok, saat ini bahkan pikiran Yuki teralihkan hanya untuk Estrella. Di sisi lain, Hayato, yang setiap pagi masih kerap meminum segelas kopi hitam sebelum bekerja, kini lebih fokus pada karirnya, mencoba menepis segala rasa yang pernah ada untuk Estrella. Namun Ayase bukanlah Hayato! Ia tidak bisa menyerah begitu saja. Baginya, bekerja di Nagisano Shizuka selama ini pun untuk bisa semakin dekat dengan Yuki semenjak mereka berdua keluar dari Junmai Origami.
Di balik kesuksesan dan kebahagiaan yang mereka raih, ada perasaan-perasaan yang tidak terucapkan yang mulai muncul ke permukaan. Pertarungan antar hati ini semakin jelas, dan Nagisano Shizuka kini menjadi tempat di mana cinta, persahabatan, dan ambisi bertemu dalam harmoni yang rumit.
Yuki dan Estrella semakin dekat setelah kejujurannya dalam membuka obrolan terkait hati masing-masing. Momen kebersamaan mereka di kedai dan waktu pribadi di luar kedai selama ini telah mempererat hubungan mereka. Yuki seringkali menjadi tempat Estrella berbagi cerita, terutama tentang keluarganya. Yuki melihat Estrella sendiri sebagai sosok yang penuh semangat dan ceria, yang memberikan inspirasi dan kebahagiaan dalam kehidupannya. Begitu pula dengan Estrella, yang merasa nyaman dan terlindungi ketika bersama Yuki.
Tetapi, kenyataan bahwa Arlend menyimpan perasaan untuk Estrella tidak lagi terbantahkan, namun, ia lebih cenderung menunjukkan perasaannya melalui tindakan dan perhatian daripada kata-kata. Estrella mengagumi Arlend sebagai sosok yang dewasa dan bijaksana, seperti saat dirinya tahu bahwa Arlend menghibur Albin sebagai badut penyu raksasa, juga seperti saat dirinya tahu bahwa Arlend mempersembahkan The Orange Startrail untuk mengabadikan namanya. Biar bagaimanapun, Arlend memilih untuk mendukung Estrella dari jauh, menunjukkan rasa cintanya melalui sikapnya yang selalu ada untuknya. Estrella menghargai kedewasaan dan kebijaksanaan Arlend, kini, Estrella sendiri bingung dengan hatinya sendiri.
Ayase menaruh perasaan kepada Yuki sejak lama, meskipun merasa tersaingi oleh Estrella. Ayase terus mencoba mendekati Yuki dengan cara-cara yang halus, berharap suatu saat Yuki akan menyadari perasaannya. Ayase melihat Yuki sebagai sosok yang kuat dan bersemangat, yang ia kagumi sejak masih sama-sama di Tokyo. Meskipun merasa kalah dengan Estrella, Ayase tetap berusaha dan berharap Yuki akan melihatnya lebih dari sekadar rekan kerja.
Yuki dan Estrella berada pada hubungan yang tidak mudah, akan ada hati yang terluka nantinya. Sementara Arlend menyimpan perasaan untuk Estrella, lebih memilih untuk mendukungnya dari jauh dan tetap tidak ingin menyerah. Ayase, meskipun merasa kalah dengan Estrella, tetap berusaha untuk memenangkan hati Yuki. Mereka berdua bukanlah Hayato yang saat melihat kedekatan Estrella dengan Yuki dan Arlend, memutuskan untuk mundur. Kini, Hayato yang pemalu dan mudah merasa tidak percaya diri, memilih untuk menyerah daripada harus bersaing secara terbuka dengan mereka berdua yang memliki segalanya, memilih untuk fokus pada hal lain. Kini, setiap langkah yang ambil akan semakin menentukan.