Pagi itu, Ayase tengah sibuk dengan shiftnya di Nagisano Shizuka. Sinar matahari menembus jendela, memberikan cahaya hangat di dalam kedai. Yuki, yang sedang melakukan kontrol harian, mendekati meja kasir tempat Ayase berada. Ayase tampak ragu sejenak, tetapi akhirnya mengulurkan tangan dan memberikan secarik surat kecil kepada Yuki.
“Yuki, ini untukmu,” kata Ayase dengan suara lembut namun penuh keyakinan. “mohon terimalah.”
Yuki menerima surat itu dengan senyum hangat. Ia membuka dan membaca isi surat dari Ayase itu, “Yuki, aku tidak akan menyerah pada perasaanku. Terima kasih telah mendengarkanku ini. –Ayase Takahashi”
Yuki yang awalnya ragu kemudian mengerti maksud dari surat itu. Ia melihat Ayase dan memberikan senyum yang lembut, membuat Ayase tersipu malu. Miyu, yang juga bekerja di shift yang sama, melihat interaksi itu dan segera menghampiri Ayase.
“Ayase, kamu luar biasa! Jangan menyerah!” seru Miyu sambil memberikan pelukan hangat. Ayase tersenyum malu-malu, tetapi ada semangat yang terlihat di matanya. Keberaniannya hari ini adalah hasil dari keyakinan yang ia kumpulkan selama ini.
Nama Nagisano Shizuka semakin meluas di seluruh Okinawa. Ulasan kedai itu di Goglees semakin baik, menarik perhatian banyak orang. Untuk memperingati Hari Bebas Plastik Internasional, Gubernur Prefektur Okinawa mengundang Nagisano Shizuka untuk berpartisipasi dalam acara di Tanjung Menzamo. Mereka menerima empat tiket untuk mewakili kedai mereka di acara tersebut.
Yuki segera merencanakan pembukaan stan khusus di acara bertajuk Okinawa Beachside Cultural Festival itu. Acara ini adalah perayaan besar yang mencakup seni, budaya, dan kuliner khas Okinawa, serta memperingati Hari Bebas Plastik Internasional. Setelah mempertimbangkan dengan matang, Yuki memilih Arlend, Estrella, dan Ayase untuk menemaninya. Ketiganya menyambut baik kesempatan ini dengan antusiasme.
Di ruang kecil belakang kedai, mereka berempat yang sedang berkumpul menyambut baik ajakan Yuki. Ketiga Shift Lead itu setuju bahwa kedai akan diliburkan di hari akhir pekan untuk menyambut perayaan di Tanjung Menzamo itu.
“Ini adalah kesempatan besar untuk kita semua. Kita tidak pernah melakukan shift bersama,” kata Yuki dengan semangat. “Seluruh Shift Lead akan melakukan kegiatan bersama, bukankah itu bagus?”
“Setuju,” jawab Arlend sambil tersenyum. “Kita akan membuat stan ini menjadi yang terbaik di festival.”
Estrella mengangguk dengan semangat. “Aku tidak sabar untuk melihat apa yang bisa kita capai bersama.”
Ayase merasa gugup, mencoba untuk berpikir positif “Shift Lead ya,” ujarnya dengan mengumpulkan keyakinan, “menurutku itu tidaklah buruk, baiklah, semangat semua!”
Masing-masing mereka tahu bahwa apabila mereka berempat berada pada satu kegiatan yang sama, itu akan melibatkan perasaan. Tapi, hal seperti itu harus segera terselesaikan agar tidak ada lagi yang menyembunyikan hati satu sama lainnya. Tidak ada yang tersisa untuk kehilangan sesuatu yang berharga.
Hari-hari persiapan untuk festival dipenuhi dengan kegiatan yang sibuk. Ayase bekerja keras, menyusun menu yang sedang hit di kedai mereka, juga, membantu memilih dekorasi stan yang cocok untuk kegiatan Hari Bebas Plastik Internasional itu. Yuki memperhatikan kerja keras Ayase dan merasa semakin terkesan, Ayase, yang melihat itu tersipu malu dan segera menyembunyikan raut wajahnya.
Estrella memiliki tugas untuk memesan menu kudapan dari Amari, tak lupa ia juga mendesain khusus bungkus makanan untuk kegiatan tanpa plastik itu. Ditemani Arlend, dia mulai menyiapkan semuanya dengan rapi, termasuk detail kecil yang mungkin ia lupa, Arlend selalu dapat diandalkan, pikirnya, jadi tidak ada celah bagi setiap hal untuk terlewat.
Hari festival tiba. Pagi itu, Tanjung Menzamo dipenuhi oleh orang-orang yang datang untuk merayakan Hari Bebas Plastik Internasional. Stan Nagisano Shizuka menarik banyak perhatian dengan dekorasinya yang unik dan penawaran minuman khas Okinawa. The Orange Startrail tetap menjadi minuman dengan penjualan terbanyak, sementara menu kopi mulai tergeser. Tidak tinggal diam, Ayase segera mencoba untuk memberikan sentuhan yang unik agar menu kopi tetap bisa bersaing. Hasilnya, terciptalah Coffee Paired Bread, sebuah roti yang dipadukan dengan krim rasa mocha. Saat seorang pembeli menanyakan nama dari menunya, Ayase kebingungan, kemudian Yuki dengan mudahnya menamai menu itu "Ayase’s Mocha Bliss," membuat kedua pipi Ayase menjadi merah.
Selama festival, Ayase terus menunjukkan dedikasi dan semangatnya. Ia berinteraksi dengan pengunjung dengan ramah, menarik perhatian banyak orang. Yuki merasa bangga melihat bagaimana Ayase berkembang dan semakin percaya diri. Bahkan Estrella pun harus mengakui bahwa perempuan itu kini begitu bergairah untuk menunjukkan kemampuannya. Estrella merasa bahwa ia tidak akan mudah mendekati Yuki apabila Ayase terus berjuang seperti ini.
Di tengah keramaian festival, saat Arlend menggantikan Ayase untuk menjaga stan, Ayase merasa ada momen yang tepat untuk berbicara dengan Yuki secara pribadi. Ia mengajak Yuki berjalan-jalan di sepanjang pantai yang indah, menghirup udara segar dan mendengarkan suara ombak.
“Yuki, aku ingin mengucapkan terima kasih,” kata Ayase sambil melihat ke arah laut. “Terima kasih telah memberiku kesempatan ini dan mendukungku.”
Yuki tersenyum. “Kamu pantas mendapatkan semua ini, Ayase. Kamu telah bekerja keras dan menunjukkan dedikasi yang luar biasa.”
Ayase merasa hatinya berdebar. “Yuki, aku tahu ini sulit, tapi aku ingin kamu tahu bahwa aku hanyalah perempuan biasa dan memiliki hati yang sederhana.” Ia melihat hamparan luas samudera, pikirannya terbesit pada sosok Estrella. “Aku akan terus berusaha, Yuki, tidak peduli seberapa sulitnya penghalang itu.”
Yuki menghela napas dan menatap Ayase dengan lembut. “Ayase, aku begitu menghargaimu hingga mengabadikan nama pencipta di kue pertama kita, Mocha Bliss, untuk tetap mengingat bagaimana kamu membantu tim bergerak sejauh ini.”
Ayase mengangguk, merentangkan tangannya seakan dia memeluk lautan. Merasa lebih lega setelah mengungkapkan perasaannya dan mendengar jawaban Yuki. “Yuki, aku berjanji kepadamu bahwa Mocha Bliss itu akan mengalahkan Orange Startrail pada akhirnya.”