Matahari baru saja terbit di atas langit Okinawa, memancarkan rona keemasan di jalanan yang tenang. Di rumah Benjiro yang kecil dan nyaman, Yuki sedang menuang secangkir teh panas mengepul untuk kakeknya. Kiriman koran dari Hayato baru saja tiba, Yuki dengan tidak sabar mendengar pemberitaan di koran pagi ini bersemangat membukanya di atas meja kayu. Judul berita langsung menarik perhatiannya, ‘FESTIVAL PENETASAN PENYU SUKSES BESAR!’ dan dibawahnya terdapat tajuk ‘Program Ini Disponsori Oleh Universitas Meio dan Nagisano Shizuka.’
Benjiro, dengan hati-hati dan sikap tenang mencoba membaca judul berita itu secara perlahan, mencondongkan tubuh untuk melihat lebih dekat ke koran hariannya. Foto-foto yang menyertainya menangkap keajaiban festival malam kemarin; anak-anak tertawa, bayi penyu berjalan menuju laut, dan suasana ramai Nagisano Shizuka yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Semua itu adalah rangkaian momen kebanggaan bagi Benjiro, sebuah pengakuan terhadap pencapaian semua orang yang terlibat, gambaran sempurna yang bisa ia bayangkan.
Hayato, yang baru saja menyerahkan koran itu kepada Benjiro, bergabung dengan kebahagian mereka. "Saya melihat judul berita itu saat berkeliling, Kek!" katanya, senyum lebarnya menampilkan susunan gigi lelaki ceria itu. "Semua orang membicarakan itu. Nagisano Shizuka menjelma menjadi kedai terkenal di seluruh Distrik Kunigami!"
Benjiro mengangguk, matanya berbinar puas. "Ini baru permulaan, Hayato.” Kemudian menatap Yuki dengan senyum yang hangat, “Yuki, kerja kerasmu kini membuahkan hasil. Berterimakasihlah kepada timmu yang hebat itu."
Yuki tak dapat menahan kegembiraannya. "Tentu saja, aku tidak akan bisa melakukannya tanpa bantuan semua orang. Estrella, Arlend, Ayase, Hitome, Marlin... mereka semua memainkan peran penting seperti Hayato lakukan juga. Dan tentu saja, ini berkat bimbinganmu, Kek."
Benjiro terheran, kemudian terkekeh pelan, menepuk punggung Yuki. "Kau telah melakukannya dengan baik, Yuki. Kau telah benar-benar melakukannya dengan sebaik cara."
Yuki melanjutkan, “Kakek tidak perlu menjelaskan apa itu rasa yang melebihi kopi, aku mulai mengerti kenapa Kakek memanfaatkan semua kesempatan!” lelaki berusia 20 tahun ini terlalu muda untuk cepat mengerti tentang apapun, begitu bersemangat untuk menjelaskan kepada kakeknya. “Termasuk dengan berlangganan koran dari Hayato untuk melihat peluang lokal!”
Sebenarnya, Benjiro juga tidak tahu apa itu rasa yang melebihi kopi selama ini, ia hanya membuat papan nama itu karena menurutnya keren, juga, alasannya untuk berlangganan koran pada Hayato adalah karena dia merasa kesepian saja. Kakek tua itu benar-benar tidak mengerti perkataan Yuki, tapi dia memilih diam dan mengapresiasi kinerja cucunya itu.
Hayato mengangguk setuju. "Festival ini telah menempatkan Nagisano Shizuka di peta Googel, lihat.” Kemudian menunjukkan ponselnya ketika memuat peta digital area sekitar Nagisano Shizuka. “Aku juga telah menambahkan beberapa konten menarik di dalamnya, termasuk menu dan foto-foto kegiatan di kedai! Kita harus memanfaatkan momentum ini."
Yuki tersenyum, merasakan gelombang tekad memenuhi dadanya. "Tentu saja. Kita akan terus berinovasi dan berkembang. Kita memiliki tim yang hebat dan komunitas yang luar biasa mulai mendukung kita."
Saat teh Benjiro dan kopi hitam Hayato habis, sisa pagi itu dihabiskan dengan perbincangan yang ringan dan perencanaan untuk masa depan sebelum Hayato kembali mengantarkan koran dan Yuki meninjau perkembangan kedai. Benjiro berbagi sedikit wawasannya dari pengalamannya mengelola kedai selama bertahun-tahun, “Sepertinya kau harus menentukan rencanamu dalam sebulan kedepan, Yuki. Itu akan membuat pekerjaanmu menjadi lebih terencana.”
Benjiro benar, Yuki mengangguk setuju. Ponselnya berdering dan menunjukkan foto tentang bagaimana Arlend dan Hitome menjalani shift satu, Hitome yang mengirimkannya, beserta stiker lucu dan kalimat, ‘dengan Shift Lead Arlend hari ini, dia luar biasa keren!’. Kiriman foto di WussApp Yuki itu merasa bersyukur bahwa Hitome pun bisa menjadi profesional dengan tidak hanya menjalani shift dengan Estrella saja, ia bisa melakukan banyak hal saat ini.
Christoper juga mengiriminya pesan singkat, lelaki dengan perawakan kekar itu mengucapkan terimakasih kepada Yuki karena berkat dirinya, Marlin berkembang dan menjanjikan bahwa anak buahnya itu tidak akan mengacau di kedainya. Mengetahui itu, Yuki jadi teringat bahwa Marlin tidak sepenuhnya bagian dari Nagisano Shizuka, tapi biar bagaimanapun juga, sejauh ini Marlin cukup membantu karena keterampilan dan keinginan belajarnya sangat kuat.
Seiring berjalannya hari, kedai mulai dipenuhi pelanggan, banyak di antaranya yang sebelumnya menghadiri Festival Penetasan Penyu ingin mengenang kembali kenangan itu, mengunjungi Nagisano Shizuka yang kini berlangganan dengan toko kue Amari dan menambahkan satu menu baru, Chinsuko. Nagisano Shizuka kini menjadi kedai yang populer bagi warga lokal, didukung oleh keberhasilan festival dan dukungan dari pemasaran Hayato melalui media sosial, Nagisano Shizuka juga kadang-kadang dikunjungi oleh wisatawan dari mancanegara. Itu adalah awal dari babak baru, yang penuh dengan harapan dan tantangan untuk mempertahankan reputasi baru mereka ini.
...
Yuki menghabiskan waktu paginya dengan merenung dalam diam, memetakan langkah selanjutnya untuk Nagisano Shizuka. Keberhasilan Festival Penetasan Penyu baru-baru ini telah memberikan dorongan yang signifikan bagi kedai itu, dan Yuki bertekad untuk memanfaatkan momentum ini dan tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan besar untuk melangkah maju.
Dengan minggu pertama bulan ini hampir berakhir, Yuki mengumpulkan timnya untuk rapat di shift satu, karena belum ada pelanggan datang mereka bisa sedikit leluasa melakukan rapat. Mereka duduk mengelilingi meja kecil dengan corak ombak-ombak kecil di ruang belakang kafe, Yuki menambahkan beberapa perabot baru di kedainya dan melakukan pembelian mesin pembuat espresso yang baru, aroma parfum ruangan mewah memenuhi udara kali ini karena Yuki juga membeli pengharum ruangan khusus untuk menguatkan suasana di kedai.
“Baiklah, semuanya,” Yuki memulai, suaranya dipenuhi dengan antusiasme. “Kita telah memulai dengan luar biasa berkat Festival Penetasan Penyu itu. Sekarang, kita harus menjaga momentum ini. Aku telah menyusun rencana untuk bulan depan, dan aku ingin kita semua memiliki tujuan yang sama.”
Arlend, Estrella, Ayase, Hitome, dan Marlin mendengarkan dengan saksama, wajah mereka mencerminkan campuran ketidaksabaran dan tekad membara. Mereka ingin melihat apa yang akan manajer mereka lakukan.
“Pada minggu pertama yang hampir selesai ini, aku ingin mengevaluasi menu,” lanjut Yuki. “Aku ingin kita fokus menyempurnakan penawaran kedai saat ini karena ada penambahan beberapa item baru, terutama minuman berbahan dasar teh hijau dan penganan manis tradisional Okinawa, yang sama sekali jauh dari unsur kopi.”
Estrella mengangguk, matanya berbinar penuh harap. “Aku senang bisa mengerjakan resep Matcha Latte yang baru ini. Aku rasa pelanggan kita menyukainya.”
Arlend, yang menyeruput segelas Japanesse Iced Coffee menambahkan, “tapi tetap saja, Estrella, kita tidak bisa mematikan kopi di Nagisano Shizuka karena pergeseran tren ini.”
Yuki tersenyum. Mereka berdua selaku Shift Lead menyadari adanya pergeseran tren, kopi semakin terpinggirkan dari preferensi pelanggan. “Kedengarannya sempurna, Estrella. Aku memang memperkenalkan beberapa kudapan manis tradisional seperti Sata Andagi, Mochi, dan bahkan Chinsuko untuk melengkapi menu. Tetapi apa yang dikatakan oleh Arlend tidak salah, kita tidak bisa membiarkan kopi hilang dari pesanan pelanggan.” Mereka semua menatap Yuki, menunggunya mengambil keputusan. “Marlin, aku butuh bantuanmu untuk mencari bahan-bahan terbaik, coba tanyakan kepada Christoper preferensi bahan baku kopi yang saat ini sedang menjadi tren.”
Marlin, yang biasanya pendiam, mengangguk penuh tekad. “Kau bisa mengandalkanku, Yuki.”
“Bagus,” kata Yuki. “Sekarang, untuk upaya pemasaran kami. Hayato telah setuju untuk membantu kita memperluas jangkauan melalui media sosial resmi kedai. Dia punya beberapa ide bagus tentang cara mempromosikan Nagisano Shizuka dan berinteraksi dengan pelanggan secara daring.”
Hayato, yang bersandar di ambang pintu, mengacungkan jempol. Ia nampaknya berada di sana sedari awal. “Aku akan membuat profil di berbagai platform dan mulai mengunggah pembaruan rutin. Aku akan membagikan foto-foto menu baru itu, menampilkan Nagisano Shizuka adalah kedai kopi yang terbaik di sekitar sini.”
Ayase menimpali, “Kita juga bisa menyelenggarakan acara kecil atau lokakarya untuk menarik lebih banyak orang. Mungkin mencicipi kopi atau upacara minum teh?”
“Ide yang bagus, Ayase.” Yuki setuju. “Sama seperti apa yang Ayase sampaikan, untuk minggu kedua kita akan berfokus untuk mengenalkan kedai ini kepada pelanggan potensial. Kita perlu mengoordinasikan semuanya dengan hati-hati, sehingga setiap orang akan memiliki peran tertentu.”
Seiring berjalannya rapat, tim membahas perincian rencana mendatang mereka. Mereka bertukar pikiran, mengalokasikan tugas, dan menetapkan tujuan untuk bulan tersebut. Rasa keakraban dan tujuan bersama terasa nyata. Kali ini, Hayato terlibat di dalam tim secara langsung dan berperan penting untuk keberhasilan kegiatan lokakarya mendatang.
Pada saat rapat berakhir, semua orang merasa bersemangat dan siap menghadapi tantangan di depan. Yuki melihat sekeliling timnya, merasakan rasa syukur dan bangga yang mendalam.
“Kita adalah tim yang hebat,” katanya. “Dan bersama-sama, kita akan menjadikan Nagisano Shizuka adalah yang terbaik di Okinawa.”
Tim kemudian bubar setelah bersama-sama memanjatkan harap, melingkar, Yuki memimpin saat seluruh tangan kanan mereka bertujuh menyatu ke tengah lingkaran, “Apapun yang terjadi, harapan terkuat akan berakhir baik!” sembari kemudian mengangkat tangan kanan mereka ke udara dan kembali ke rutinitas masing-masing.
Setiap anggota kini memainkan peran mereka dalam mewujudkan visi yang dibuat Yuki. Pelanggan mulai berdatangan, Arlend dan Marlin yang bertugas di shift satu bersiap kembali ke bar dan menyambut mereka. Nagisano Shizuka akan semakin ramai dengan berbagai aktivitas, mereka bersiap menghadapi hari-hari sibuk yang akan datang.
Pada minggu kedua, sesuai rencana, mereka menyelenggarakan acara pertama mereka, Lokakarya Mencicipi Kopi. Pelanggan diundang untuk mencicipi berbagai campuran dan belajar tentang seni membuat kopi, baik para pelajar atau orang dewasa datang di siang itu. Acara sukses besar, menarik pelanggan tetap dan wajah-wajah baru untuk mencoba kopi di Nagisano Shizuka. Halaman media sosial kedai itu dipenuhi dengan foto dan ulasan positif, berkat usaha Hayato.
Matcha Latte buatan Estrella langsung menjadi hit, dan kudapan manis tradisional dari toko kue keluarga Amari itu menambahkan sentuhan akhir yang disukai pelanggan. Berkat Marlin yang merekomendasikan penjual bahan baku kopi yang lebih bagus, menu kopi masih belum sepenuhnya hilang dari daftar pesanan. Tim bekerja tanpa lelah, Estrella dan Ayase yang bertugas di shift ini bekerja keras memberikan dedikasi mereka untuk bisa membuahkan hasil positif saat popularitas kedai itu terus tumbuh. Yuki terus mengawasi kedai dan berkomunikasi dengan pelanggan, ia yang fasih berbahasa Inggris mulai menyapa wisatawan asing di siang itu. Nagisano Shizuka telah menjadi favorit lokal, yang dikenal tidak hanya karena sajiannya yang lezat, tetapi juga karena suasananya yang hangat dan ramah.
Ayah Estrella mengunjungi kedai juga di siang itu, ia melihat putrinya asyik dengan pekerjaannya, dengan senyum di wajahnya saat berinteraksi dengan pelanggan. Tuan Oriane kemudian Mendekati meja kasir, ia memesan mochi dan matcha latte untuk adik Estrella, yang masih dirawat di rumah sakit, berhara menjadi obat tersendiri bagi laki-laki berusia 10 tahun itu. Melihat ayahnya itu, membuat Estrella merasakan haru, tetapi, ia tetap bersikap profesional, menahan kesedihannya.
“Papa, bagaimana kabar Albin?” tanyanya lembut sambil menyiapkan minuman yang ia buat sepenuh hati dengan tangannya.
“Dia masih sama,” jawab Oriane, suaranya diwarnai kesedihan. “Tetapi melihatmu di sini, bahagia dan baik-baik saja, memberi kami harapan, nak.”
Estrella menyerahkan segelas Matcha Latte dan sebungkus Mochi, tangannya tetap tenang meskipun ada kekacauan di dalam pikirannya. “Terima kasih sudah berkunjung, Papa. Sampaikan pada Albin aku mencintainya.”
Dengan tersenyum dan mengiyakan permintaan putrinya, Oriane yang ingin mengelus rambut putrinya mengurungkan niat karena seorang Estrella Oriane kini ingin menjadi sesosok perempuan mandiri di depannya. Kemudian berlalu, dan mengucapkan selamat bekerja kepada putrinya, membuat Estrella mengangguk dan menitikkan air mata tanpa ia sadari. Dukungan itu begitu berarti baginya.
Aktivitas pengunjung siang itu begitu ramai dan terus berlalu-lalang. Haruki, bersama beberapa teman kuliahnya, menyempatkan untuk berkunjung dan memesan beberapa menu kopi. Ia pribadi merasa senang dengan konsistensi rasa dan kualitas minuman yang semakin enak itu, “Wow, kedai ini sungguh benar-benar merupakan permata tersembunyi Okinawa!” katanya kepada Yuki, membalasnya dengan memberikan gantungan kunci kecil berbentuk penyu yang kini menjadi maskot dari Nagisano Shizuka. Haruki dan teman-temannya sangat mengapresiasi itu, mereka berkata akan lebih sering lagi berkunjung ke kedai kecil ini.
Christopher, si pelanggan tetap yang nyentrik, juga berkunjung kali ini. Dengan pakaian yang menunjukkan dadanya yang bidang, ia terlihat seperti atlet binaragawan daripada seorang pemilik kedai kopi yang sama seperti Yuki. Pria kekar itu memesan segelas Milk Tea alih-alih kopi yang biasa dipesannya. Ia tidak memberikan kritik seperti biasanya, hanya menikmati suasana kedai yang ramai itu. Merenung, dan tersenyum sembari mengacungkan dua jempol kepada Yuki yang memperhatikannya sembari melayani obrolan pengunjung.
Seorang pengunjung dari Tokyo mengenali Ayase. Mereka mengobrol sebentar, bertukar nomor telepon, dan berswafoto bersama, seolah mereka adalah dua sahabat yang sudah lama tidak bertemu. “Semenjak kamu memutuskan berhenti dari Junmai Origami, sepertinya tempat ini membuatmu lebih bahagia, Ayase!” mendengar itu, Ayase tersenyum. Ia tidak lupa memberikan gantungan kunci berbentuk penyu kepada sahabatnya itu.
Nagisa no Shizuka kini lebih dari sekadar kedai kecil yang menyajikan kopi, tempat itu adalah sebuah rumah bagi komunitas, menjadi rumah kedua bagi para pelanggannya, tempat di mana setiap orang merasa diterima dan diperhatikan. Yuki dan timnya telah menciptakan sesuatu yang istimewa, secangkir kopi bisa membuat sesuatu menjadi besar seperti ini, setiap saat, Yuki selalu bersyukur karena bisa sejauh ini. Ia memanjatkan harap, “Apapun yang terjadi, harapan terkuat akan berakhir baik.”