Tibalah pada saat Yuki melakukan Shift Lead setelah Estrella berpamitan pulang menyerahkan kendali atas kedai, ada perasaan yang bercampur aduk di dada Yuki, ia sedikit merasa gugup dengan shift tiga ini, berharap berjalan dengan baik. Yuki memejamkan mata dan mengatupkan kedua telapak tangannya ke dada.
Apapun yang terjadi, harapan terkuat akan berakhir baik.
Membuka mata, dari meja bar, Yuki tersenyum lebar kepada Marlin dan Ayase yang berada di depannya. "Siap untuk malam ini?"
Ayase, tidak terlihat memiliki penyesalan, menyeringai kepada manajer yang merangkap sebagai Shift Lead. "Tentu saja, Yuki. Sudah lama aku tidak menjalankan shift denganmu sejak di Tokyo."
Marlin mengangguk, sikapnya selalu serius. "Kita bisa melakukannya tanpa celah."
Lima menit berlalu, jam menunjukkan pukul 20:05, pelanggan mulai berdatangan. Nagisano Shizuka dipenuhi aroma kopi yang baru diseduh, riuh dengan bisikan lembut percakapan para pelanggan di meja mereka. Di luar, pantai diterangi oleh lampu-lampu yang bersinar dengan lembut, memandu pengunjung menatap pantai lepas, lokasi penetasan penyu tidak berada jauh dari sini, sehingga mereka bisa berjalan kaki menuju tempat tersebut.
Sepanjang malam, kedai kecil itu dikunjungi pelanggan yang terus berdatangan, baik di meja dalam kedai maupun meja di bagian luar. Banyak di antaranya yang gembira menyaksikan penyu-penyu kecil menetas. Yuki, Ayase, dan Marlin bekerja sama dengan baik, menyajikan minuman dan makanan ringan yang masih tersisa sambil memastikan semua orang bersenang-senang menikmati festival kecil ini.
Haruki datang dan menjabat tangan Yuki, “Luar biasa, ini akan kami unggah di situs jejaring sosial resmi milik komite! Universitas Meio akan sangat berterimakasih.”
Menjelang tengah malam, kegembiraan memuncak saat penyu-penyu kecil pertama muncul dari sarang mereka. Lampu-lampu kedai dipadamkan secara perlahan, agar tidak mengganggu penyu berjalan menuju laut karena sangat mengandalkan sinar rembulan yang bersinar begitu elok nan terang malam ini. Pelanggan berbondong-bondong ke pantai, wajah mereka berseri-seri karena kegembiraan dan rasa kagum yang saling tertautkan.
Di dalam kedai, Ayase menoleh ke Yuki sambil tersenyum. "Kurasa kita berhasil, Yuki. Lihat semua orang di luar sana.” Ia merasa tidak menyesal sama sekali untuk berjuang bersama Yuki, “Tokyo tak pernah menyuguhkan indahnya momen seperti ini."
Yuki melirik ke luar, melihat wajah-wajah bahagia milik pelanggan. "Ya, benar, kamu tahu Ayase? Aku tak pernah menyesali keputusanku untuk berhenti dari Junmai Origami untuk momen seperti ini." Katanya setuju, merasakan kepuasan yang mendalam. Mendengar itu, Ayase kaget dan tersipu malu.
Marlin, yang biasanya pendiam, bahkan tersenyum kecil. "Apakah ini nyata? Aku pikir Christopher tidak pernah memberitahuku tentang ini," katanya singkat. “Maksudku, bukankah kedai kopi hanya berfokus pada penyeduhan kopi saja?”
“Mungkin ini yang disebut dengan rasa,” Ayase yang masih melihat Yuki dengan diam-diam, perlahan merasakan hangat memenuhi dadanya.
“Benar, rasa.” Yuki bersepakat, namun tidak menyadari tentang Ayase yang memperhatikannya sejak tadi. “Ini adalah rasa yang harus disuguhkan kepada pelanggan, bukan hanya sekadar kenikmatannya secangkir kopi.”
Menyadari bahwa Yuki berpikir demikian, Ayase langsung membuang wajahnya, merasa malu akan perasaannya sendiri.
Saat acara hampir berakhir, Yuki menyadari bahwa Nagisano Shizuka telah menorehkan pencapaian pertamanya, festival ini akan terkenang sebagai batu pijakan kedai untuk terus berkembang. Dengan tim seperti ini, masa depan kedai tampak cerah, menurut Yuki, sekarang mengerti kenapa kakeknya tidak mengomentari rasa Hot Sencha buatannya meskipun kurang enak. “Kau benar kek, rasa bukan hanya tentang enak atau tidak enaknya sebuah menu.”
Menuju akhir jam shift 3, kedai kecil itu kembali sepi, pelanggan terakhir sudah pergi. Yuki, Ayase, dan Marlin membersihkan peralatan bersiap untuk menutup kedai.
“Kita melakukannya dengan hebat malam ini,” kata Yuki, suaranya dipenuhi rasa bangga. “Berkat Ayase dan Marlin, festival ini berjalan dengan sempurna sesuai dugaan!”
Ayase begitu senang dengan pujian itu, berseri-seri kembali. “Aku senang menjadi bagian dari pencapaian ini.”
Marlin mengangguk setuju. “Itu sepadan dengan kerja keras tim selama tiga hari ini.”
Yuki melihat sekeliling kedai yang nyaman itu, merasakan bagaimana pencapaian itu memenuhi dirinya. Kata-kata Benjiro bergema di benaknya, “kekuatan datang dari memercayai kemampuan tim yang kau buat sendiri”. Malam ini, Yuki telah melihat betapa benarnya setiap ucapan kakeknya itu dalam mengelola kedai ini di masa lalu. Membuka kamera ponselnya dan memotret para penyu mungil yang berjalan menuju lautan lepas, momen yang sangat manis, baginya.
Saat mereka mengunci pintu dan pulang, Yuki tidak bisa menahan perasaan optimis. Dia tersenyum, melihat penyu terakhir yang menuju ke samudera dengan dibarengi oleh cahaya rembulan yang memantulkan cahaya perak di perairan laut. Kalung Yuki dan anting perak yang terpasang di telinga kanannya memantulkan cahaya, membersamai senyum lelaki yang mengenakan apron dan setelan baju formal itu.
.
Total pendapatan hari festival ini untuk masing-masing shift adalah, shift satu Arlend 40.000 yen, shift dua Estrella 54.000 yen, dan shift malam Yuki adalah 80.00 yen. Nagisano Shizuka, untuk pertama kalinya, menghasilkan pendapatan sebesar 174.000 yen dalam sehari saja, festival penetasan penyu laut membawa langkah besar untuk bertumbuh pesat.
Bulan pertama operasi kedai telah dilewati Yuki dan timnya, sebagai manajer, ia harus meninjau pendapatan dan pengeluaran dari festival penetasan penyu juga karena festival tersebut mendatangkan penghasilan terbesar dalam sehari di bulan ini. Yuki juga harus meluangkan waktu sejenak untuk mempertimbangkan gaji bulanan untuk timnya yang membantu memajukan kedai ini, Arlend dan Estrella, tulang punggung Nagisano Shizuka, memperoleh 172.800 yen untuk masing-masing di gaji bulanan mereka atas komitmen dan kepemimpinan mereka yang luar biasa, bekerja enam hari dalam seminggu, enam jam per harinya, menyisakan libur setiap hari senin.
Bagi staf paruh waktu, yakni untuk Ayase, Hitome, dan Marlin, yang dengan tekun secara bergantian membantu Arlend dan Estrella memenuhi shift mingguan, gaji bulanan mereka adalah 48.000 yen. Menyadari upaya ekstra yang dilakukan oleh Ayase dan Marlin selama shift malam yang sibuk di festival tersebut, Yuki memutuskan untuk memberi mereka masing-masing bonus khusus sebesar 5.000 yen, sebagai tanda terima kasih atas kerja keras dan dedikasi mereka.
Saat menghitung angka-angka ini, Yuki merasa sangat berterima kasih kepada timnya. Kerja keras mereka tidak hanya memastikan keberhasilan festival tetapi juga menyiapkan panggung untuk masa depan yang menjanjikan bagi Nagisa no Shizuka. Dengan kelompok yang berdedikasi seperti itu, Yuki yakin mereka dapat mencapai hal-hal lebih hebat bersama dengan semuanya.
Saat Yuki dengan cermat meninjau laporan keuangan bulanan Nagisano Shizuka, dia tidak dapat menahan rasa puas yang meluap. Kedai kecil itu telah meraup keuntungan sebesar 2.592.000 yen selama dalam sebulan, sebagian berkat festival penetasan penyu yang sukses. Namun, mempertahankan tempat yang menawan seperti itu juga membutuhkan biaya tersendiri.
Mari menghitung pengeluaran Nagisano Shizuka, pertama, gaji timnya yang selalu memenuhi shift dalam sebulan itu mencapai 499.600 yen sendiri, termasuk bonus yang didapatkan untuk Ayase dan Marlin di hari festival. Kedua, bahan baku untuk menu kedai yang semakin beragam itu mencapai 518.400 yen, termasuk pembelian kue di Amari, toko kue keluarga Hitome. Ketiga, biaya utilitas dan pemeliharaan, membutuhkan penambahan sebesar 50.000 yen, belum termasuk upaya pemasaran inovatif dari Hayato yang membutuhkan 20.000 yen. Terakhir, adalah pajak yang disetor ke negara dari pendapatan, sebesar 259.200 yen.
Meskipun total pendapatan Nagisano Shizuka mencapai 2.592.000 yen, Yuki tetap memperoleh laba bersih yang besar, yakni 1.244.800 yen. Belum lagi bonus sponsor dari Universitas Meio atas kerja sama mereka dalam Festival Penetasan Penyu sebesar 100.000 yen, sehingga, laba bersih akhir yang diterima Yuki adalah 1.344.800, jumlah yang menggembirakan untuknya agar tetap bisa melakukan pengembangan di bulan-bulan berikutnya.
Saat merenungkan angka-angka ini, Yuki merasakan kepuasan yang mendalam, sekaligus perasaan yang membuatnya terpecut untuk bekerja lebih keras. Nagisano Shizuka berkembang pesat di bulan pertama. Keberhasilan finansial ini tidak hanya memastikan keberlanjutan kedai tetap bisa beroperasi, tetapi juga membuka jalan bagi program pengembangan-pengembangan Nagisano Shizuka di masa mendatang yang lebih menarik.
Secara keseluruhan, Festival Penetasan Penyu di Nagisano Shizuka merupakan acara yang berhasil sekaligus berkesan, acara yang menampilkan keindahan alam dan kekuatan pemasaran dari komunitas. Acara ini kemudian membantu menyorot komitmen kedai untuk tidak hanya menyajikan kopi dan kudapan lezat, tetapi juga menjadi tempat terciptanya momen-momen penuh makna dan ajaib, merasakan pulang dan menemukan arti dari rasa yang melebihi kopi itu sendiri.