Suasana rumah duka yang tadinya ramai kini sepi.
Jam menunjukkan pukul 7 malam. Seluruh rangkaian acara pemakaman sudah selesai digelar. Terlihat beberapa orang sedang membersihkan ruangan dan memindahkan barang-barang.
Seorang gadis yang memakai baju terusan hitam dan rambut panjangnya dikepang satu dengan pita putih berdiri memandangi dua bingkai foto berwarna hitam yang dipajang di atas meja dengan berhiaskan pita hitam dan karangan bunga. Di sisi kiri dan kanannya terdapat masing-masing dua bingkai foto lain yang ukurannya lebih kecil.
Dua bingkai foto berukuran besar memperlihatkan sosok ayah dan ibunya. Sementara empat bingkai foto berukuran kecil memperlihatkan sosok keempat adiknya.
Mereka semua meninggal dalam kebakaran yang terjadi satu hari lalu.
Hanya Yurina yang selamat dari tragedi itu. Ia baru pulang sekolah saat api melahap rumahnya hingga habis. Orangtua dan adiknya tak sempat menyelamatkan diri.
Jasad orangtua dan keempat adiknya sudah dimakamkan tadi siang.
"Yurina..."
Gadis itu menoleh. Seorang anak laki-laki sebayanya yang memakai jas hitam menepuk pundaknya pelan seraya berdiri di sampingnya.
"Kamu belum makan,kan? Ayo, Papa dan Mama sudah mengambilkan makanan untukmu,"
Yurina hanya diam, dan ia pun mengikuti langkah anak laki-laki bernama Aldi itu ke arah ruang makan.
****