Read More >>"> TANGAN TANGAN ASTRAL (KUPETIK SATU BINTANG UNTUK KAU SIMPAN) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - TANGAN TANGAN ASTRAL
MENU
About Us  

My Diary ….

Kata banyak orang, apabila kita memanjatkan suatu keinginan, harapan, atau cita-cita pada saat ada bintang jatuh maka besar kemungkinan akan tercapai apa yang diharapkan. Tapi ternyata semua itu hanya mitos belaka. Dalam kehidupan nyata sebuah keinginan tidak akan pernah terwujud kalau tidak ada upaya untuk memperjuangkannya. Apalagi hanya berharap sambil melihat bintang jatuh. Mustahil! Bahkan keinginan yang sudah diperjuangkan saja kadang masih meleset jauh dari yang diharapkan.

Pun demikian dengan kisah hubunganku sama Anggit. Sudah puluhan purnama aku panjatkan doa dan pinta waktu kulihat sebuah bintang meluncur turun dari langit, tapi yang kudapat apa, justru lebih sering didera rasa sakit. Seakan bahagia tidak pernah mau menghampiri kami berdua. Sungguh nelangsa!

Bintang jatuh tak mampu mewujudkan harapan indahku. Bagaimana enggak, dia sendiri yang semula menggantung di langit tiba-tiba jatuh, jadi bagaimana bisa mengabulkan keinginanku yang memang jauh dari kemampuan.

Karena itu my Diary, suatu kali pernah kupinta pada Nini Diwut agar berkenan membawaku ke langit dengan kesakstiannya sebagai ratu demit. Aku ingin berada di angkasa walau hanya sekejap mata. Nanti kalau aku sudah dibantu Nini Diwut untuk sampai di langit, akan kupetik satu bintang untuk kau simpan sebagai tanda sayang dari aku yang kasmaran. Dengar itu, Anggit!

Hanya sayang my Diary, sampai hari ini Nini Diwut belum juga menampakkan diri. Padahal aku sudah membakar segumpal kemenyan dengan aroma paling wangi. Aku juga sudah menyulut puluhan dupa kualitas terbaik yang konon aroma asapnya mampu menembus alam lelembut paling wingit.

Namun, sampai sesak dadaku akibat terlalu banyak menghirup asap kemenyan dan asap dupa, dedemit nenek renta itu belum nongol juga. Jangankan Nini Diwut, sosok pocong, peri, atau genderuwo yang biasanya kerap menghampiriku kali ini pada sembunyi entah di mana.

Sampai jengkel aku dibuatnya. Sepertinya para dedemit itu sengaja menghindar agar tidak bisa aku mintai pertolongan soal bintang jatuh itu. Awas, ya! Kalau sampai mereka merengek-rengek minta aku bakarin dupa, aku juga akan jual mahal. Catat itu ya, my Diary. Ingatkan jika aku terlupa. Selagi hari ini adalah malam Jumat legi, nanti aku akan menatap langit tanpa berkedip. Siapa tahu akan ada bintang jatuh yang memiliki kekuatan magis untuk mewujudkan keinginan hatiku yang kerap menangis.

 

                                                ***

 

Malam Jumat legi pukul 23.30.

My Diary ….

Terima kasih ya, sepertinya bantuan doamu kali ini terkabul. Tadi tepat pukul 23.00 benar-benar aku lihat adanya satu bintang yang jatuh dan mengarah tepat ke diriku yang sedang duduk termangu di balai bambu di bawah pohon jambu. Dengan sinarnya yang benderang kebiruan, bintang jatuh itu melesat pelan menghampiri bumi. Beberapa kali cahayanya berpendar saat bergesekan dengan atmosfir yang menyelubungi bumi.

Dan ketika bintang jatuh itu belum sempat mendarat di permukaan bumi, aku panjatkan satu permintaan terindah agar aku selalu bisa berdekatan dengan Anggit dalam ikatan cinta yang damai. Tak lupa setelahnya aku ucapkan amin sebanyak sebelas kali.

Kau tahu may Diary, tepat ketika bintang jatuh itu mendekati bumi tiba-tiba Anggit mengirim SMS kalau ia kangen aku malam ini. Saking girangnya hatiku, sebelum aku balas SMS itu, terlebih dulu kuciumi hapeku seolah aku sedang mencium Anggit secara nyata. Kemudian aku balas kalau aku juga kangen padanya. Bahkan teramat sangat kangen. Tak lupa pula aku sertakan stiker daun waru warna merah merona dalam jumlah banyak. Ha ha! Sepertinya bintang jatuh yang kusaksikan tadi memang cukup sakti. Setidaknya sudah menunjukkan tanda-tanda makin dekatnya Anggit.

Sudah dulu ya my Diary, aku ingin segera tidur dan mimpi indah.

 

                                                            ***

 

My Diary ….

Gara-gara tadi malam sebelum tidur aku ngomongin soal bintang jatuh, eh enggak tahunya semalam aku juga mimpi tentang bintang. Dalam mimpiku tadi malam itu, aku diajak Nini Diwut naik ke langit yang tertinggi. Nini Diwut membawaku berdiri di atas gugusan awan putih yang lembut seperti salju. Dari situ aku bisa menyaksikan ratusan atau bahkan ribuan bintang yang sedang berkerlap-kerlip menggoda bumi. Cahayanya aneka warna. Ada yang merah, kuning, hijau, putih, juga biru. Semua nampah indah berkilauan.

Dasar otak mesum nih, sampai di dalam mimpi pun aku masih teringat Anggit. Menyaksikan keindahan gugusan bintang itu, serta merta bayangan Anggit menjelma seolah tak rela kalau hanya aku yang menyaksikan keindahan angkasa. Entahlah! Mungkin ini yang namanya cinta berbalut setia. Setiap keindahan pinginnya dinikmati berdua. Meski kata orang, setia itu berarti setiap tikungan ada.

Bayangan Anggit yang mengusik waktu itu, membuatku memeiliki ide untuk bertindak jahil. Secara diam-diam kupetik satu bintang untuk kusimpan yang nantinya akan kupersembahkan untuk Anggit sebagai rasa sayang. Tanpa sepengetahuan Nini Diwut, sebongkah bintang itu kukantongi. Untunglah pakaianku serba hitam jadi cahaya bintang yang kebiruan tidak begitu kelihatan.

Karena itu my Diary, ketika Nini Diwut bergegas mengajakku pulang meskipun aku belum puas melihat bintang, aku tidak menolak. Aku pikir hal itu justru lebih baik. Dengan begitu aku bisa cepat-cepat bertemu Anggit untuk mempersembahkan sebuah bintang yang kucuri dan kusembunyikan.

Dalam mimpiku tadi malam itu, aku dan Nini Diwut kembali turun ke bumi dengan mengendarai sebuah sapu lidi yang bergagang panjang. Kami naik gagang sapu itu dengan perasaan riang. Bahkan aku sempat tertawa-tawa tiap kali sapu itu melesat lincah sambil menghindari astereoit yang melayang-layang di udara. Sesekali sapu lidi terbang itu menukik tajam, untuk kemudian melayang landau.

Saat Nini Diwut menunjukkan satu bintang jatuh yang melayang tidak jauh dari sapu yang kami tumpangi, aku malah tertawa-tawa bersuka hati. Kami dan bintang jatuh itu berlomba susul menyusul agar lebih cepat mencapai bumi.

Hingga suatu saat, sapu terbang yang kami naiki membentur gumpalan awan hitam yang cukup besar. Aaaahhhgggrrr …! Aku terpental dari gagang sapu terbang itu sambil menjerit keras. Dengan sekuat tenaga Nini Diwut berusaha menyelamatkan aku. Tapi sia-sia belaka. Cuaca yang gelap membuatnya tidak bisa menemukan aku.

Sambil terus menjerit keras, tubuhku melayang deras akibat tarikan gravitasi bumi yang semakin kuat. Berkali-kali tubuhku menghantam pucuk pepohonan besar dan tinggi hingga akhirnya terbanting ke bumi.

Brukk! Aku terjerembab di permukaan tanah dingin. Sambil meringis kesakitan kubuka mata. Astaga! Kudapati tubuhku tergeletak di lantai kamar. Kiranya aku baru saja terjatuh dari ranjang. Perlahan kuraba kantong celana tempat satu bintang kusembunyikan. Kosong! Bintang yang tadi kupetik sudah jatuh tepat ketika mimpiku berakhir menyedihkan. Jangankan dalam kehidupan, dalam mimpi pun bintang jatuh tak kudapatkan.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags