My Diary ….
Kenapa ya hati ini jadi selalu gelisah setelah didatangi oleh beberepa perwakilan dedemit penunggu petilasan keramat. Mereka pada meminta bantuanku untuk mengadakan media dengan seorang pengembang yang akan menggusur petilasan keramat itu menjadi sebuah POM. Sebelum mengiyakan permintaan para dedemit itu, aku justru kepikiran soal ulah bangsaku yang disebut manusia. Konon katanya manusia adalah makhluk paling sempurna yang dianugerahi akal pikiran. Tapi nyatanya tidak sedikit manusia yang menggunakan akal pikirannya untuk tujuan pribadi tanpa mempertimbangkan kepentingan orang lain, termasuk kepentingan makhluk lain.
Kenapa ya, kasus penggusuran yang sudah marak terjadi dalam kehidupan manusia harus pula merambah kehidupan makhluk tak kasat mata. Tempat tinggal demit yang tidak kelihatan juga harus kena dampaknya. Dan yang lebih membuatku tertekan lagi, ternyata pelaksana pembangunan POM yang akan menggusur petilasan keramat itu adalah papanya Anggit.
Duuh, my Diary, aku harus bagaimana kalau sudah seperti ini. Kenapa ya, aku harus dihadapkan pada sengkarut marut yang membuat kepala ini makin berdenyut. Secara logis memang bisa saja aku menghadap papanya Anggit untuk menyampaikan keberatan para dedemit itu. Tapi hal itu sama dengan memakan buah simalakama. Untung tidak, rugi sudah jelas.
Bayangin deh my Diary, kalau aku harus menentang proyek itu, alasan apa yang harus aku berikan agar mereka pada mau percaya. Yang ada aku justru akan dicap aneh oleh banyak orang. Dan imbasnya harapanku untuk mendapatkan Anggit akan semakin kelam. Ya bagi para demit itu, enak saja. Sekali berontak dan protes terus menghilang tak kelihatan. Nah aku, selamanya orang akan tetap melihatku sebagai tukang protes yang tak punya alasan mendasar dalam melaksanakan tuntutan keberatan. Payah, deh!
Karena itu my Diary, aku belum bisa menyanggupi kemauan teman-teman tak kasat mata itu. Masih ada banyak hal yang harus kupertimbangkan. Dari berbagai sisi tentu saja. Meski tidak pintar-pintar amat tapi aku masih bisa menganalisa baik dan buruknya kemungkinan yang bakal timbul dari suatu tindakan.
Untuk itu my Diary, tadi aku kuat-kuatkan untuk memberitahukan pada kaum setan yang menghuni petilasan keramat agar mereka mau bertindak dengan kemampuan mereka sendiri. Aku yakin kok jika mereka bersatu, pasti orang-orang serakah itu akan berpikir ulang dengan proyek yang hendak mereka kerjakan.
Dengan kepiawaianku merangkai kata-kata indah, alhamdulilah akhirnya para makhluk tak kasat mata itu setuju dengan apa yang aku usulkan. Mereka akan mengerahkan segenap kesaktian untuk membatalkan penggusuran daerah petilasan. Mereka akan tunjukkan eksistensi dan kekuasaan mereka atas tempat yang sudah ribuan tahun mereka huni.
Kenapa ya, aku jadi ikut geregetan menghadapi hal ini. Walau pun para penghuni petilasan keramat itu kerap datang menggangguku, tapi saat tahu mereka akan diperlakukan secara sepihak, hati kecil ini tak rela.
Sabar ya my Diary, besok pasti akan kuceritakan bagaimana jalannya demonstrasi gai itu. Sekarang kita istirahat dulu untuk mengumpulkan tenaga agar esok sehat sentosa.
***
My Diary ….
Seperti yang aku janjikan kemarin, sehari tadi aku ikuti jalannya proses penggusuran yang mulai dilakukan. Saat pekerja proyek datang ke lokasi petilasan, aku lihat para penghuni alam kegelapan itu sudah membentuk pagar hidup berlapis-lapis. Mereka pada mengacungkan jempol saat melihat keberadaanku dari tempat yang agak jauh. Hanya si pocong saja yang tak bisa mengacungkan jempol karena memang tangannya terikat. Pasukan pocong hanya mengangguk-anggukan kepalanya yang juga tertutup kafan berbentuk kuncung di bagian atas.
Kau tahu my Diary, berkat kerja keras para dedemit itu tidak ada satu peralatan pun yang bisa bekerja dengan baik. Semua alat berat ngadat tak mampu melaksanakan tugas berat. Gergaji mesin yang dipakai untuk memotong pohon beringin, tahu-tahu tidak mau hidup mesinnya. Sekalinya mau hidup, begitu ditempelkan ke batang pohon beringin, langsung deh patah mata gergajinya. Hal itu terjadi berulang-ulang.
Begitu pula mesin bego yang hendak dipakai untuk menggusur tembok dan bebatuan di petilasan. Semuanya tak mampu bergerak. Hal ini membuat para pekerja kebingungan sekaligus ketakutan.
Tentu saja aku tersenyum dari kejauhan, my Diary! Kegagalan it uterus berlangsung hingga tiba waktunya makan siang. Kesempatan itu dimanfaatkan oleh sang kepala proyek yang tak lain adalah papanya Anggit, untuk meminta bantuan pada seorang dukun kondang dari luar kecamatan. Berkat informasi yang aku berikan, para penghuni petilasan keramat segera pula bersiap mengadakan perlawanan.
Tepatnya waktu makan siang, my Diary. Saat nasi bungkus sudah dibagikan secara merata kepada semua pekerja, tanpa diawali dengan doa semua orang pun mulai bersiap makan. Perlahan-lahan pembungkus nasi dibuka. Dan begitu sudah terbuka keseluruhan, serta merta mulut semua pekerja menjerit histeris bagaikan paduan suara.
Betapa tidak! Bungkusan nasi itu tahu-tahu isinya telah berubah menjadi kepala kucing busuk yang dipenuhi ulat dan puluhan belatung. Aaarrrggghhh …! Serta merta semua orang melemparkan bungkusan yang dipegangnya. Serentak mereka berlari terbirit-birit meninggalkan lokasi petilasan.
Gangguan saat makan itu membuyarkan rencana penggusuran. Sang kepala proyek merasa geram. Dia usir dukun sewaannya yang nyata-nyata tak mampu melawan kekuatan para dedemit penunggu petilasan.
Tentu saja my Diary, aku manggut-manggut sambil tersenyum menyaksikan perlawanan cantik yang dilakukan para setan. Tapi tak lupa aku ingatkan pada mereka agar jangan sampai lengah. Sebab bisa saja mereka hari ini merasa kalah dan berlari meninggalkan tempat, tapi siapa tahu besok mereka akan kembali dengan kekuatan yang lebih hebat.
My Diary … kenapa ya aku ikut merasa senang atas kegagalan proyek papanya Anggit yang hanya karena adanya gangguan di waktu makan. Apa sebaiknya aku lakukan hal yang sama ya untuk mendapatkan anak gadisnya. Edan! Kenapa ya, pikiranku jadi ikutan liar dan nakal seperti itu. Apa harus cinta ditolak, setan bertindak. He he!
Kenapa pula ya, my Diary, aku jadi kepikiran bagiaman jadinya andai aku buat gangguan saat Anggit lagi makan. Misalkan aku buat mendadak mules perutnya, atau kepala ikan bandeng yang sedang dia makan aku ubah menjadi kepalaku agar dia menjeritkan namaku! Enggak deh, terlalu klise. Nanti bisa-bisa kepalaku dijadikan santapan anjing pudelnya, bisa celaka aku!
Ya sudah deh my Diary, daripada mikir kenapa ya – kenapa ya mending aku fokus berusaha secara nyata. Doakan ya my Diary, semoga keberhasilan para demit petilasan bisa menular kepadaku sehingga bisa kudapatkan Anggit dengan segala kelemahan dan kekuranganku.
Ahay! Kenapa ya segala hal tentang Anggit meski baru berupa hayalan tapi sudah mampu membuatku bahagia. Kenapa, ya? Entahlah!