Read More >>"> TANGAN TANGAN ASTRAL (ORANG SISA SISA) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - TANGAN TANGAN ASTRAL
MENU
About Us  

My Diary ….

Sebagian besar orang mengatakan kalau masa remaja adalah masa yang paling indah. Masa di mana taman hati mulai tumbuh dan bersemi sebuah rasa yang bernama cinta. Tapi bagiku kok enggak, ya! Saat kaki ringkihku mulai menjejak dunia remaja, justru stempel aneh yang melekat dalam diriku sejak usia balita kurasa semakin menjadi-jadi. Aku bingung. Kemampuanku bisa melihat keberadaan makhluk tak kasat mata ini harus aku sebut anugerah, atau justru musibah.

Betapa tidak! Gara-gara kelebihan yang aku miliki itu aku kerap dijuluki orang aneh atau gila oleh orang-orang di sekitarku. Aku sering berkomunikasi dengan kawan gaib, di mata mereka terlihat aku sedang bicara dengan tembok, pohon, batu, atau apa pun yang ada di sekitarku. Satu per satu mereka yang pernah dekat denganku, perlahan tapi pasti mulai menjauh dan mengucilkan aku. Di mata mereka, aku tak lebih hanya orang sisa-sisa yang selalu berperilaku aneh.

Kau tahu, my Diary ….

Pernah suatu kali sosok teman tak terlihat yang setiap hari mengikutiku ke mana saja itu tiba-tiba nongol minta pertolongan. Dia memintaku untuk menyampaikan perasaannya kepada sosok gadis yang telah mencuri hatinya. Padahal aku tidak tahu, makhluk gaib itu punya hati atau tidak. Selain itu, aku juga tidak punya pengalaman dalam soal asmara. Lha wong pacar saja, aku gak punya. Setiap gadis yang coba aku dekati selalu kabur dengan sahabatku sendiri setelah tahu kebiasaanku bicara sendiri dengan benda-benda yang ada di dekatku.

Tentu saja sudah berulang kali aku jelaskan kalau sesungguhnya ketika aku sedang terlihat bicara sendiri itu, sebenarnya ada sosok tak terlihat yang sedang mengajakku berkomunikasi. Tapi tetap saja mereka tak ada yang percaya. Bahkan ada yang menantang agar aku mau menunjukkan sosok tak terlihat yang sedang bicara denganku itu.

Sebenarnya sih, bisa saja hal itu aku lakukan. Namun karena aku tak mau melihat seseorang lari terbirit-birit sambil menjerit ketakutan atau bahkan sampai kencing di celana, ya terpaksa aku nyerah. Lebih baik aku dianggap orang aneh daripada dicap sebagai pembawa trauma. Benar-benar payah, aku!

Kembali ke soal sosok gaib yang minta tolong menyampaikan isi hati pada gadis pujaannya tadi ya diary, karena aku terus didesak hingga punggungku mepet pagar tembok tetangga, akhirnya dengan berat hati aku kabulkan permintaannya.

Suatu saat di hari Kamis kliwon malam Jumat legi, dengan dikawal sosok gaib yang lagi fall in love itu, aku temui sosok gadis tak kasat mata yang sedang duduk termenung sambil memperhatikan sekelompok gadis SMA yang lagi bikin konten Tik Tok. Mungkin sosok gadis tak kasat mata itu sedang menyesal, kenapa dia meninggal sebelum adanya Tik Tok sehingga dia tidak sempat menikmati serunya berjoget klogat-kloget kayak uler keket.

“Woy. Suruh cewekmu itu menjauh dari gadis-gadis SMA yang lagi tik tokan itu dong!” pintaku pada teman gaib itu.

“Memang kenapa?” tanya dia sambil menatap aku tajam.

“Ya malu dong aku pada mereka. Nanti yang ada aku malah dianggap orang aneh karena di mata mereka aku pasti akan terlihat sedang bicara sendiri.”

“Kau akan lebih malu lagi jika tak segera mengatakan isi hatiku.”

“Apa maksudmu?”

“Memang kau mau aku pelorotkan celanamu sampai celana kolor ping bergambar Spongebob itu terlihat oleh mereka semua, hah!”

Maaf ya Diary, diancam seperti itu tentu saja membuatku bertekuk lutut. Gak mungkin kan aku membiarkan aib pribadiku diobral. Berbekal buku-buku cinta remaja yang pernah aku baca di perpustakaan sekolah, aku nekad mendekati gadis gaib yang sedang duduk di bawah pohon akasia hanya berjarak 5 meter dari sekelompok gadis-gadis SMA penggila Tik Tok itu.

“Kunti aku mohon bukalah hatimu untuk temanku si Pocong yang selama ini mencintaimu diam-diam.” Aku berkata sembari menghadap pohon nangka yang lagi berbuah lebat.

Sialnya, entah karena aku yang terlalu bersemangat atau memang akibat jarak kami yang terlalu dekat, gadis-gadis berseragam SMA yang mendengar perkataanku itu spontan langsung mengalihkan arah kamera ponselnya. Kamera ponsel yang semula merekam lenggak-lenggok berbodi sintal itu, seketika kini terarah kepadaku. Kudengar mereka cekikikan sebab merasa mendapat konten aneh tanpa pengorbanan.

“Dasar cowok aneh, nyatain cinta kok pada pohon nangka!” cibir salah satu dari mereka.

Duuh my Diary ….

Gak kebayang deh bagaimana rupa wajahku saat itu. Mungkin seperti kepiting rebus yang baru diangkat dari panci di atas perapian. Celakanya lagi, ternyata di antara mereka ada sosok gadis yang belakangan aku sukai secara sepihak. Kini gadis berponi ala Syahrini itu menatapku tajam seakan aku adalah seonggok tai kucing yang tanpa sengaja mengotori sepatunya.

Sungguh Diary, andai saja aku tak menyadari kalau diri ini adalah makhluk pemakai celana panjang, ingin rasanya aku menangis keras menumpahkan kekesalan. Terlebih saat sosok gaib yang tadi menyuruhku malah tersenyum keki saat melihat aku salah tingkah. Bahkan seenaknya ia pergi bersama mbak Kunti tanpa mengucapkan terima kasih.

My Diary ….

Tak tahan dengan cemooh dan tawa-tawa mengejek dari gadis-gadis SMA yang salah satunya sering mengusik mimpi malamku, tanpa sadar tubuhku luruh. Aku jatuh terduduk dan bersimpuh menghadap pohon nangka. Tak kuat menahan perasaan terbuang yang mendera dalam lubuk hati terdalam, aku gagal membangun tanggul kokoh di pelupuk mataku untuk membendung mengalirnya air mata kepedihan.

Aku meratapi nasib aneh yang menghampiri kehidupanku tanpa kata permisi. Aku menangisi kemampuan aneh yang membuat kedua bola mataku mampu melihat makhluk tak kasat mata yang tak terlihat oleh orang lain. Demi dewa batara yang agung, aku ingin bisa hidup normal seperti remaja lain seumuranku. Aku ingin menikmati indahnya berpacaran. Duduk berdua sambil berpegangan tangan seraya mengucapkan janji-janji indah tentang masa depan.

My Diary ….

Aku ingin jauh dari penampakan-penampakan yang membuatku terasing dari pergaulan. Aku bosan dianggap orang sisa-sisa yang aneh. Aku ingin hidup normal. Wajar. Tapi aku bisa apa, Diary! Tuhan telah menggariskan jalan hidup ini sesuai kekuasaanNya atas segala isi bumi. Tuhan tidak memberi apa yang aku inginkan, tapi Tuhan memberi apa yang aku butuhkan. Walau kadang semua itu tak sesuai dengan yang aku bayangkan.

Kemampuan aneh di mataku yang bisa melihat apa yang bagi orang lain tak terlihat, tak menjadikanku istimewa. Aku justru terlihat semakin aneh di mata mereka. Sungguh aku tak berdaya. Andai saja boleh memilih, aku ingin menjadi manusia biasa yang bisa menikmati hidup tanpa cap aneh di pundak.

My Diary, tolong bantulah aku dengan doa agar jiwa ini tabah.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags