Loading...
Logo TinLit
Read Story - Oh, My Psychopaths CEO!
MENU
About Us  

My Psychopaths CEO

Bagian 1 : Hasrat Tak Terbendung

By Ika SR

 

Gelap malam menyelimuti seluruh ruangan. Hanya ada cahaya lampu temaram yang semakin suram. Beberapa benda nampak berserakan di lantai, tersebar seolah seseorang sengaja menghamburkannya. Pria berjas mahal itu terkekeh. Seolah puas dengan pemandangan di hadapannya. Sensasi itu membludak seolah mengisi semua ruang di tubuhnya. Ia merasa seolah-olah akan meledak karena hasratnya yang akhirnya tersalurkan.

“Ini sangat menyenangkan. Bukankah begitu menurutmu?”

Lelaki yang ada di hadapannya menggeleng. Mulutnya tertutup dengan lakban hitam yang terlekat erat. Kedua tangannya terikat ke belakang. Kedua kakinya pun terikat dengan tali. Ia hanya bisa menggeliat mencoba melepaskan semua ikatan erat  itu. Walau nyatanya usahanya sia-sia belaka.

“Apa yang kau coba lakukan? Itu hanya akan membuatmu kelelahan. Kau menyesal kan, sekarang?”

Mata Pria itu berubah menjadi kelam, pandanganya seolah mencabik tubuh lelaki di hadapannya sampai tak tersisa. Sebuah seringaian menyeramkan menghiasi mulutnya. Ia mengusap dahinya dan menyisir rambutnya ke belakang.

Sreett!!!

Ia menyeret kursi kayu di belakangnya dengan kasar, mendudukinya dengan kaki tersilang. Mencoba mengertak lawan lebih lagi melalui gerakan yang ia buat dengan meraba dan menarik ujung handscoon yang dikenakannya. Berakting seolah ia seorang dokter yang akan membedah tubuh pasiennya. Ia melirik tawanannya dengan satu lirikan tajam yang membuat tubuh lelaki malang itu bergetar ketakutan. “Why?”

Ia menyeringai kejam lagi, mengetahui usahanya membuahkan hasil. Ia bangkit dan mengambil sebuah benda yang ia simpan di sebuah ice box kecil. Mengelus permukaan halus benda itu. Ia menggigit bibirnya pelan, mencoba menahan sensasi memuaskan yang membanjirinya saat membayangkan rasa sakit yang dapat benda itu timbulkan. “Kau tahu apa yang akan aku lakukan padamu?” tanyanya pada tawanannya yang mencoba menggeser tubuhnya menjauh. Sayangnya, hal itu tertangkap oleh ekor matanya.

Ia berjalan mendekat, wajah lelaki itu semakin pucat.

Pria itu berjongkok. Membuka lakban hitam pada mulut tawanannya dan menempelkan benda tajam itu pada wajah lelaki di hadapannya. Lelaki itu bergidik ngeri, seluruh bulu kuduknya meremang merasakan dinginnya benda yang menempel di wajahnya.

“Kau jangan takut. Aku hanya ingin membalasmu dan mengembalikan semua penderitaan yang kau timpakan padaku dengan perlahan dan secara menyakitkan.” Ia menekankan bagian akhirnya dengan suara lebih keras dan berat. Lelaki di hadapannya terdiam, meski mulutnya kini telah bebas dari jeratan lakban. Namun, bibirnya kelu. Seluruh tubuhnya terasa beku. Ia tak berani menggerakkan badan sedikit pun, seolah ia akan mati karena sebuah gerakan kecil.

Dengan gerakan tiba-tiba, pria itu menusukkan benda yang dipegangnya pada paha kanan tawanannya. “Aaaa!!!” lelaki itu menjerit kencang, mencoba mencabut benda itu. Tapi, tangannya terikat. Ia mencoba menggulingkan tubuhnya tapi tak bisa, pria itu mencengkeramnya dengan kuat. Air mata menetes dari pelupuk matanya. Ia hanya bisa menggigit bibirnya untuk menahan sakit. Darah merembes membasahi celananya. Rasa sakitnya diperparah dengan dinginnya benda yang menusuknya hingga ngilunya menembus sampai ke tulang-tulangnya.

“Ayo! Berteriaklah lebih kencang lagi. Aku sangat menyukainya. Kau ingat dulu. Kau juga melakukan hal ini. Sekarang kau bisa merasakan rasa sakitnya. Aku akan mengembalikan semuanya padamu. Kau tidak boleh tertidur dulu sebelum aku selesai!”

“Aaa! Apa salahku padamu? Aku tak mengenalmu. Kenapa kau lakukan hal ini kepadaku?” rintih lelaki itu. Mendengar hal itu, amarah semakin berkobar di hati pria berjas itu. Matanya mengkilat, bibirnya terkatup. Tanpa bicara lagi, ia mencabut benda tajam itu lalu menusukkannya ke kaki satunya.

“Aaaa!!” jeritan lelaki itu bertambah kencang.

“Aku tak butuh alasanmu. Aku hanya ingin kau minta ampun padaku!” teriaknya.

Lelaki itu menggeleng lemah, sekujur tubuhnya sudah terasa kaku dan lemas. “Apa salahku? Aku tak mau meminta ampun darimu!” teriaknya emosi dan penuh kesengsaraan.

Pria berjas itu mencabut pisau tajam itu lagi, menusukannya lagi di lengannya. Mencabutnya lalu kembali menusukannya. Lalu beralih ke tulang selangka lelaki itu. Setiap tusukan yang ia buat, pria itu menjerit lebih keras. Ia terlentang, dengan tubuh yang penuh darah.

“Kau tidak mau mengakuinya?”

Lelaki itu menyerah. “Ya! Ya! aku minta ampun. Aku salah, ampuni aku!”

Pria itu tersenyum penuh kemenangan. Namun, tak lama kemudian. Senyumannya berubah mengerikan. “Apa tadi kau bilang? Kau minta ampun! Setelah kau melakukan semua hal itu padaku! Berani-beraninya sekarang kau minta ampun! Aku tak akan pernah mengampunimu! Kau telah mengakuinya! Malam ini adalah malam terakhirmu!”

Lelaki itu semakin ketakutan. “Tadi kau menyuruhku...”

“Argh!!!”

Belum selesai ucapannya, pisau itu kini mendarat di perutnya. Tak berhenti sampai di situ. Pria itu terus mencabut dan menusukkannya lagi ke area yang berbeda. Perut, dada, lagi secara berulang-ulang. Berhenti sejenak untuk memeriksa apakah ada tempat lagi yang tersisa untuk ia kembali menancapkan pisaunya. Darah menggenang. Teriakan lelaki itu mulai tak terdengar. Kepingan memori masa silamnya yang menyakitkan memacunya untuk terus menusuk lelaki itu sebagai pelampiasan. Dinginnya pisau yang digengamnya tak mengurangi kekuatan tusukannya.

Pria itu berhenti, begitu mengetahui korbannya tewas. Amarahnya telah mereda. Ia merasa sangat lega dan puas. Ia bisa kembali melanjutkan tidur lagi malam ini. Ditengoknya jam dinding yang menjadi saksi bisu atas segala perbuatanya.

“Pukul 01:30, semuanya sudah berakhir.”

Ia mengalihkan pandangannya, menengok lelaki yang kini berwajah pucat karena sebagian besar darahnya mengaliri lantai. “Akhirnya aku berhasil membunuhmu!” ia bangkit berdiri. Meninggalkan pisau yang masih tertancap di dada lelaki itu.

Ia menuju toilet, mencuci bekas darah yang ada di handscoon-nya tanpa melepaskannya. Lalu mengambil sebuah cairan pembersih lantai. Menuang isinya sedikit pada sapu tangan baru miliknya. Begitu keluar dari kamar mandi, ia melepas handscoon lamanya dan jasnya yang terkena banyak cipratan darah, menggulungnya lalu memasukkannnya ke dalam ice box kecil yang dibawanya. Memakai handscoon yang baru. Dan mulai berbenah. Mengelap setiap inci dari semua perabotan, gagang pintu, setiap jengkal lantai. Untuk menghilangkan semua jejaknya.

Menata semua barang yang berhamburan ke tempatnya semula. Bahkan kertas yang berserakan, ia mengurutkannya kembali. Sekarang, tidak ada lagi jejak-jejak perlawanan sebelumnya. Ia menata semua barang persis di tempatnya berada sebelum insiden yang ia lakukan.

Ia memandang pria itu lagi. Jasad dan darah yang menggenang itu tetap ia biarkan. Karena itu adalah hasil pencapaiannya. Setiap kali ia melihatnya, ia merasa sangat puas. Ia beralih, meletakkan sapu tangan yang ia gunakan untuk mengelap ke dalam ice tube kecil. Membawanya turut serta, lalu mematikan lampu ruangan kembali.

Pria itu keluar dari ruangan. Tak jauh dari situ, seorang pria tegap yang tinggi telah menunggunya di dekat tangga. Tanpa basa-basi, ia segera menyelimuti tubuh pria itu dengan mantel kelabu besar yang menutupi darah di kemeja dan celananya.

“Ayo kita pergi!”

“Baik, Pak.”

Pria itu mengekor di belakangnya.

***

Fajar mulai menyingsing, seorang pria berbalutkan bathrobe putih panjang menikmati prosesi terbitnya matahari dari jendela apartemenya di lantai 5 sembari meneguk coffe latte miliknya.

Mendengar derap langkah kaki yang pelan dan teratur, ia menoleh ke belakang. “Kau bawa apa yang aku minta?”

Pria tegap di belakangnya mengangguk. “Ya, Pak.” Ia menyerahkan selembar foto.

Pria itu menerimanya sambil mengamati wajah yang tak asing di foto itu.

“Pria itu bernama Sutono, umur 33 tahun. Seorang sopir taksi. Ia memiliki seorang istri dan 2 orang anak.”

Pria itu mengangguk, lalu tersenyum. “Pria malang. Bakar foto itu. Aku tak memerlukan lagi gambar orang yang sudah mati. Jangan lupa kirimkan sejumlah uang pada istri dan anaknya. Anggap saja itu harga yang setimpal untuk nyawa suaminya.”

Pria tegap itu mengangguk. “Baik, Pak.”

Ia pergi, meninggalkan pria itu seorang diri untuk menikmati fajar pagi.

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 1
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Last Hour of Spring
1524      805     56     
Romance
Kim Hae-Jin, pemuda introvert yang memiliki trauma masa lalu dengan keluarganya tidak sengaja bertemu dengan Song Yoo-Jung, gadis jenius yang berkepribadian sama sepertinya. Tapi ada yang aneh dengan gadis itu. Gadis itu mengidap penyakit yang tak biasa, ALS. Anehnya lagi, ia bertindak seperti orang sehat lainnya. Bahkan gadis itu tidak seperti orang sakit dan memiliki daya juang yang tinggi.
BELVANYA
339      235     1     
Romance
Vanya belum pernah merasakan jatuh cinta, semenjak ada Belva kehidupan Vanya berubah. Vanya sayang Belva, Belva sayang Vanya karna bisa membuatnya move on. Tapi terjadi suatu hal yang membuat Belva mengurungkan niatnya untuk menembak Vanya.
Kalopsia
727      535     2     
Romance
Based of true story Kim Taehyung x Sandra Sandra seharusnya memberikan sayang dan cinta jauh lebih banyak untuk dirinya sendiri dari pada memberikannya pada orang lain. Karna itu adalah bentuk pertahanan diri Agar tidak takut merasa kehilangan, agar tidak tenggelam dalam harapan,  agar bisa merelakan dia bahagia dengan orang lain yang ternyata bukan kita.  Dan Sandra ternyata lupa karna meng...
Perverter FRIGID [Girls Knight #3]
1476      639     1     
Romance
Perverter FIRGID Seri ke tiga Girls Knight Series #3 Keira Sashenka || Logan Hywell "Everything can changed. Everything can be change. I, you, us, even the impossible destiny." Keira Sashenka; Cantik, pintar dan multitalenta. Besar dengan keluarga yang memegang kontrol akan dirinya, Keira sulit melakukan hal yang dia suka sampai di titik dia mulai jenuh. Hidupnya baik-baik saj...
SWEET BLOOD
0      0     0     
Fantasy
Ketika mendengar kata 'manis', apa yang kau pikirkan? "Menghirup aromanya." Lalu, ketika mendengar kata 'darah yang manis', apa yang kau pikirkan? "Menikmati rasanya." Dan ketika melihat seseorang yang memiliki 'bau darah yang manis', apa yang kau pikirkan? "Mendekatinya dan menghisap darahnya."
About love
1259      588     3     
Romance
Suatu waktu kalian akan mengerti apa itu cinta. Cinta bukan hanya sebuah kata, bukan sebuah ungkapan, bukan sebuah perasaan, logika, dan keinginan saja. Tapi kalian akan mengerti cinta itu sebuah perjuangan, sebuah komitmen, dan sebuah kepercayaan. Dengan cinta, kalian belajar bagaimana cinta itu adalah sebuah proses pendewasaan ketika dihadapkan dalam sebuah masalah. Dan disaat itu pulalah kali...
Galang dan Refana
644      421     0     
Short Story
“Untuk apa kita diciptakan di dunia? “ seorang gadis yang sudah cukup lama ku kenal mengajukan sebuah pertanyaan. Ia melemparkan pandangan kosongnya ke sebuah dimensi ruang. Tangannya yang dipenuhi perban memeluk lutut seolah tangah melindungi tubuh dan jiwa rapuhnya
The Diary : You Are My Activist
14690      2485     4     
Romance
Kisah tentang kehidupan cintaku bersama seorang aktivis kampus..
IMAGINE
382      272     1     
Short Story
Aku benci mama. Aku benci tante nyebelin. Bawa aku bersamamu. Kamu yang terakhir kulihat sedang memelukku. Aku ingin ikut.
10 Reasons Why
2458      1069     0     
Romance
Bagi Keira, Andre adalah sahabat sekaligus pahlawannya. Di titik terendahnya, hanya Andrelah yang setia menemani di sampingnya. Wajar jika benih-benih cinta itu mulai muncul. Sayang, ada orang lain yang sudah mengisi hati Andre. Cowok itu pun tak pernah menganggap Keira lebih dari sekadar sahabat. Hingga suatu hari datanglah Gavin, cowok usil bin aneh yang penuh dengan kejutan. Gavin selalu pu...