Waktu pun cepat berganti sudah pagi lagi,sesuai yang telah dijanjikan kemarin, ayahnya Rifki yang bernama pak Irawan mengantarkan ke lokasi dimana LPK atau lembaga pendidikan kilat itu berada.
Sudah memakai pakaian yang rapi dan sudah sarapan,Rifki kemudian menghidupkan motor kesayangannya dan dipanaskan terlebih dahulu mesinnya beberapa saat sebelum digunakan.Dilihatnya bahan bakar masih full jadi tidak usah mampir dulu ke spbu.
Setelah beberapa menit motor itu dipanaskan dan menyala,Rifki kemudian mengajak ayahnya untuk duduk di motornya.Supaya lebih irit bahan bakar,Rifki membonceng ayahnya dan hanya membawa satu motor saja sementara motor ayahnya disimpan dahulu di rumah tidak digunakan.
"Pakai helm dulu yah,ini Rifki ambilkan." ucap Rifki sambil memberikan helm itu kepada ayahnya.
"Iya,terimakasih sudah diambilkan." ucap ayahnya kemudian.
"Kita mulai berangkat sekarang ya." ajak Rifki.
Motor yang dikendarai Rifki kemudian melaju melewati perumahan dan melewati jalanan yang dipenuhi dengan pepohonan di sepanjang jalan.
Jarak rumah menuju ke tempat tujuan tidak terlalu jauh,karena hanya berbeda kecamatan saja dan masih dalam satu kota yang sama.
Setelah beberapa menit,mereka berdua telah sampai ke tempat tujuan.
Sebuah bangunan yang berlantai dua,dengan lantai pertama merupakan kantor pendaftaran siswa yang akan mengikuti program magang dan lantai dua merupakan kelas-kelas yang digunakan untuk pengajaran dan pelatihan sebelum siswa tersebut lulus dan layak untuk diberangkatkan ke negara tujuan.Fasilitas yang lainnya berupa sarana parkir yang luas,toilet yang bersih,kantin dan ada taman juga.
Mereka berdua lalu turun dari motor dan segera memarkirkan motornya di tempat yang agak jauh dengan pepohonan karena takut sewaktu-waktu rantingnya patah dan menimpa motor yang mereka gunakan dan tak lupa juga dikunci ganda supaya menghindari tidak ada hal yang tidak diinginkan.
Dari arah pintu kantor sudah ada petugas yang akan menyambut kedatangan kami.
"Selamat pagi,ada yang bisa kami bantu?" sapa petugas itu ketika Rifki dan ayahnya sampai.
"Selamat pagi juga,saya hendak akan mendaftarkan putra saya ke LPK ini,apakah masih buka pendaftaran?" ayahnya pun bertanya balik kepada petugas.
"Oh silakan pak,silakan masuk kedalam,pendaftarannya masih dibuka tenang saja pak." ucap petugas kemudian.
Rifki dan ayahnya lalu memasuki kantor dengan mengikuti petugas lpk.
Setelah masuk,lalu Rifki dan ayahnya disuruh duduk oleh petugas itu.
"Silakan duduk pak,mas." ucap petugas dengan ramah.
Setelah dipersilakan duduk,lalu keduanya duduk di kursi yang telah tersedia.
Petugas lalu mengambil secarik kertas dan satu buah pulpen,isi dalam kertas itu adalah formulir pendaftaran untuk masuk ke Lpk guna untuk diberikan pembelajaran bahasa dan pelatihan kerja sebelum benar-benar dinyatakan lulus dan dinyatakan layak bisa menuju ke tempat tujuan untuk bekerja.
"Silakan diisi dulu ya formulirnya." ucap petugas sambil menyodorkan kertas dan pulpennya.
Setelah kertas itu diterima,Rifki lalu mengisi data pribadinya ke dalam formulir.
"Pak,mohon maaf saya mau tanya." ucap ayahnya Rifki.
"Iya pak silakan,mau bertanya apa?" ucap petugas mempersilakan ayahnya Rifki bertanya.
"Untuk biaya masuk ke Lpk dan biaya pelatihannya berapa ya?"
"Untuk biayanya,karena bulan ini spesial bulan kemerdekaan,maka kami berikan diskon sepuluh persen reguler duajuta diskon jadi satu juta saja dan bisa diangsur dua kali."
"Ya sudah saya ambil promonya sekarang ya pak." ucap ayahnya Rifki sambil merogoh saku celana untuk mengambil dompetnya.
"Boleh pak,formulirnya sudah diisi sekarang tinggal catat untuk keperluan yang akan dibawa besok,besok dimohon untuk datang kesini lagi." ucap petugas lpk.
"Siap pak." ucap Rifki penuh semangat.
"Kalau begitu saya pamit dulu." ucap ayahnya Rifki sambil bersalaman dengan petugas Lpk.
Disusul dengan Rifki yang bersalaman dengan petugas Lpk.
"Jangan lupa besok datang lagi kesini ya mas."
"Siap pak,kalau begitu saya pamit dulu."
"Silakan."
Ayahnya Rifki dan Rifki pun beranjak dari ruang pendaftaran dan langsung bergegas menuju ke parkiran Lpk dengan melewati ruang-ruang kelas pelatihan yang akan ditempati Rifki nanti ketika pelatihan kerja.
Setelah berada diparkiran,lalu Rifki menghidupkan motornya,tidak membutuhkan waktu lama motor itu sudah menyala dan ayahnya Rifki lalu duduk diatas motor yang diboncengi Rifki.
"Sudah naik pak?" tanya Rifki
"Sudah kok,ayo kita pulang." jawab ayahnya Rifki.
"Siap,pegangan ya pak ke punggung Rifki takutnya jatuh."
"Iya."
Beberapa menit kemudian,motor pun sudah berada dijalanan yang penuh sesak kendaraan karena sepertinya sudah memasuki waktu istirahat para pekerja yang berada di perusahaan sekitar sana.
Rifki yang mengemudikan motor itu sangat santai karena ada ayahnya dibelakang yang dia boncengi.
Seperti berangkatnya,pulang pun sama dengan melewati area pepohonan dan perumahan warga.
Ditengah perjalanan,perut ayahnya Rifki pun berbunyi
Kriukkk...Kriukkk...
"Ayah lapar ya?" tanya Rifki.
"Bunyi perut ayah terdengar keras ya nak,hingga terdengar ke depan."
Rifki hanya tersenyum mendengarnya lalu Rifki pun menimpali ucapan ayahnya itu
"Iya sudah kalau ayah lapar,kita mampir dulu ke warung soto di depan itu ya sekalian istirahat sebentar."
"Boleh deh."ayahnya pun menyetujui ajakan anaknya tersebut.
Setelah beberapa meter,motor pun lalu berbelok ke warung soto yang berada di depan jalan menuju arah rumahnya.
Motor pun kembali diparkirkan, rupanya ini sudah memasuki waktu jam makan siang,karena banyak karyawan dari berbagai perusahaan yang berada di dekat warung soto itu makan siang disini.
Selain harga lauk pauk yang murah juga pelayanan yang ramah.Setelah makan siang dan selesai beristirahat sebentar,Rifki dan ayahnya kembali meneruskan perjalanan menuju rumahnya dikarenakan situasi dijalanan sudah mulai tidak enak karena banyaknya polusi dan kabut asap dari pembakaran yang berasal dari pembakaran sampah di pinggir jalan akibat ulah orang iseng dan tidak bertanggung jawab yang mengakibatkan Rifki dan ayahnya terbatuk-batuk.
Uhuuukk...Uhuuuukk...
"Ayo nak kita pulang sekarang,ayah sudah tidak kuat banyak asap." ajak ayahnya.
"Ayo ayah,Rifki juga sudah tidak kuat dengan asapnya." Rifki pun menyetujui ajakan ayahnya itu.
Motor pun kembali dinyalakan,tak memakan waktu yang lama kini mereka berdua pun sudah berada dijalanan dan sudah terbebas dari kabut asap itu karena sebentar lagi akan berbelok ke jalan kecil menuju rumahnya.
Beberapa menit kemudian,mereka pun sudah sampai menuju rumah.Nampak ibunya Rifki yang bernama ibu Marni berada di kursi sedang duduk sambil menyulam kain.
"Ya ampun kenapa muka kalian pada pucat begitu?" tanya ibunya Rifki dengan ekspresi raut wajah khawatir.
"Biasalah Bu,dijalanan banyak kabut asap tebal." jawab ayahnya Rifki yang tak lain suaminya.
"Hoalah,sebentar ya ibu ambilkan air minum untuk kalian."
Ibunya Rifki pun lalu bergegas pergi memasuki ke dalam rumah untuk mengambil air minum.Beberapa menit kemudian,Ibunya Rifki pun kembali menemui Rifki dan juga suaminya yang masih berada di depan rumah dengan membawa nampan berisi dua gelas air putih dari galon siap minum.