Hari ini, sepupu Edwin yang dari kota Banyuwangi datang mengunjungi rumah Edwin. Sepupu Edwin itu bernama Damar, dia datang mengunjungi rumah Edwin untuk liburan. Karena perkuliahan Damar dikotanya sudah mulai libur.
Edwin pun menjemputnya ke stasiun kereta, setelah menunggu hampir setengah jam akhirnya sepupu Edwin yang bernama Damar itu turun juga dari gerbong kereta.
Damar langsung berjalan menemui Edwin yang sedang berada di ruang tunggu penumpang.
“ Assalamualaikum, Mas Edwin, sehat ?”
“ Waalaikumsalam, kabar sehat Mas Damar, dari Banyuwangi jam berapa?” tanya balik Edwin
Begitu sampai stasiun Damar langsung mengajak ngobrol sepupunya sambil berjabat tangan karena sudah lama tidak bertemu.
“ Syukurlah kalau kabarnya sehat, Mas tadi berangkat dari Banyuwangi masih pagi-pagi.”
“ Oh iya, iya gak apa-apa agak telat sampainya juga, yang penting selamat dalam perjalanan.”
“ Iya, Mas!”
“ Ya udah kalau gitu, ayo kita ke rumah, pasti Mas capek mau istirahat.” Ajak Edwin.
Edwin pun membantunya dengan mengerek koper kepunyaan sepupunya itu menuju ke luar stasiun sambil menunggu driver taksi online lewat.
Beberapa menit menunggu di depan stasiun, mobil taksi yang dipesan oleh Edwin telah datang juga.
“ Atas nama Bang Edwin?” driver itu bertanya memastikan kepada yang memesan taksi online.
“ Iya pak, dengan saya sendiri.” Jawab Edwin.
“ Alamat sudah sesuai titik, ya?” driver bertanya lagi.
“ Iya pak, sudah sesuai kok.”
“ Baik, kalau begitu silakan masuk ke dalam mobil, barang-barang ditaruh dibagasi belakang, ya? Mari saya bantu.” Ucap driver sambil turun dari mobil untuk membantu memasukkan barang ke dalam bagasi.
“ Ayo Mas, kita masuk ke dalam mobil, nanti di rumah lagi cerita-ceritanya.” Ajak Edwin.
Edwin dan Damar lalu masuk menuju ke dalam mobil taksi online yang dipesannya tadi.
Beberapa menit berlalu, akhirnya Edwin dan sepupunya yaitu Damar sudah sampai juga di rumahnya Edwin.
Damar turun duluan disusul Edwin sambil menyerahkan beberapa lembar uang sebagai ongkos taksi kepada driver.
“ Ini ongkosnya ya pak, terima kasih sudah mengantarkan ke rumah.”
“ Iya Bang sama-sama, jangan lupa bintang limanya ya bang.”
“Siap.”
Edwin pun tak lupa menuju bagasi untuk menurunkan barang-barang miliknya Damar.
“ Ini barang Mas segini aja? Ga ada yang tertinggal kan?” tanya Edwin memastikan.
“ Udah cuma segitu kok barangnya Mas Edwin, eh terima kasih ya malah repot-repot bawain barang-barang punya Mas.” Jawab Damar.
“ Iya gak apa-apa Mas, nyantai aja.”
“ Berat gak? Sini Mas bawa sebagian.” Ucap Damar sambil merebut sebagian barang-barang bawaan Damar sendiri.
Barang-barang bawaan Damar lalu dibawa ke dalam rumah Edwin, dari balik pintu mamanya Edwin menyambutnya.
“ Eh, ada tamu rupanya.” Ucap mama Edwin sambil tersenyum.
“ Eh Tante, Assalamualaikum tante,”
“ Kabar sehat Tante?” lanjut Damar lagi.
“ Waalaikumsalam Damar, kabar Tante dan om disini alhamdulillah sehat, kabar orang tuamu di Banyuwangi gimana?” mamanya Edwin bertanya balik.
“ Syukurlah, kabar mama papa juga disana sehat kok, ngomong-ngomong om ke mana ,Tan ?”
“ Eh, hampir lupa, tamu kok gak disuruh duduk, pasti pegal dong ya, silakan duduk Damar, om lagi di kantor masih kerja.”
“ Iya Tan, Damar duduk ya, oh iya ya, masih ada jatah kerja om belum pensiun.”
Damar pun duduk di kursi ruang tamu, sementara mamanya Edwin mengambil air minum dan setoples camilan di lemari tempat bahan makanan yang terdapat di dapur.
Tak lama, mamanya Edwin kembali menemui Damar menuju ruang tamu.
“ Ini Mar, diminum dulu, pasti haus kan? Maaf, seadanya, ya!” ucap mamanya Edwin sambil memberikan segelas air minum beserta camilannya didalam toples.
“ Iya Tante tidak apa-apa, terima kasih banyak, Damar juga gak bawa apa-apa cuma tadi beli dijalan aja.”
Damar pun mengeluarkan sesuatu dalam paperbag yang berisi oleh-oleh khas Banyuwangi.
“ Aduhhhh, repot-repot amat, kalau mau berkunjung kesini ya kesini aja sekalian main sama si Edwin dengan teman-temannya.”
“ Yah gapapa Tan, kan kesininya juga jarang-jarang, toh?”
“ Ya udah kalau gitu, Tante pindahkan dulu ya makanannya ke piring, oh iya, kalau Damar mau istirahat di kamar tengah ya, sudah disiapkan sama tante.”
“ Baik Tante, terima kasih.”
***
Malam pun tiba, seperti biasa Edwin selalu berkumpul dengan kawan-kawannya yang lain, kali ini ada Damar yang akan ikut nimbrung. Sepupunya Edwin yang berasal dari Banyuwangi.
Sepeda motor kepunyaan Edwin sudah diisi bahan bakar full, Edwin pun mengajak sepupunya untuk bertemu kawan-kawannya malam ini.
“ Mas, kita main, yuk!” ajak Edwin.
“ Main ke mana? Sudah malam gini, toh!”
“ Kita berkumpul dengan kawan-kawanku yang lain lah Mas, yuk..biar gak bete di rumah terus.” Edwin memaksanya kepada sepupunya.
“ Ya udah ayo, tapi kamu yang bawa motornya ya, soalnya Mas kan gak tahu jalan.”
“ Iya Mas, nyantai aja, yuk kita keluar.”
Edwin dan sepupunya Damar lalu menuju ke depan rumah, kebetulan motornya sudah berada di depan rumah karena tadi sempat dicuci tapi belum sempat disimpan lagi di dalam garasi.
Motor sudah mulai hidup dan sudah mulai bisa dijalankan, Edwin pun membonceng sepupunya Damar menuju ke rumahnya Yogi.
***
Beberapa menit kemudian, Edwin pun sudah sampai di rumahnya Yogi. Begitu Yogi membuka pintu, Yogi langsung bertanya kepada Edwin.
“ Win, itu siapa yang barengan lu?”
“ Oh, ini kenalin sepupu gua dari Banyuwangi.”
Lalu, Damar pun berjabat tangan dengan Yogi dan akhirnya berkenalan.
“ Kenalin, aku Damar.”
“ Salam kenal ya Mas Damar, aku Yogi temannya Edwin.”
Ketika sedang berkenalan, Restu dan Ruri pun datang ke rumahnya Yogi.
“ Win, ini sepupu lu, bukan?” tanya Restu.
“ Iya Res, ini sepupu gua dari Banyuwangi.” Jawab Edwin.
“ Oiya, Mas kenalin itu Restu dan Ruri temanku juga.”
Akhirnya, Damar pun kembali berkenalan dengan teman Edwin yang lainnya yaitu Restu dan Ruri.
Selesai berkenalan, lalu Yogi bertanya “ Kita sekarang mau ke mana, nih?”
“ Bagaimana kalau kita main Jailangkung saja, Mas Yogi?” usul Damar.
Yogi pun memandangi teman-teman yang lain satu persatu. Berharap mendapatkan jawaban atas usulan Damar tadi.
“ Boleh juga, tuh!” ucap Ruri.
“ Kalau Gue mengikuti aja, sih!” ucap Restu.
Akhirnya, semua teman-teman Yogi berkumpul di rumah Yogi dengan membentuk lingkaran. Damar pun memulai acara memainkan Jailangkung itu dengan memakai orang-orangan sawah.
“ Jailangkung jailangset, datang tak dijemput pulang tak diantar.” Damar melafalkan mantra-mantranya.
“ Siapakah namamu wahai yang merasuki?” Setelah mendengar pertanyaan itu, lalu Jailangkung tadi bereaksi dengan menuliskan sebuah nama dalam selembar kertas.
Dalam kertas itu tertulis nama “ R-A-T-N-A ”
Yang sedang berkumpul tadi saling berpandangan dan saling bertanya-tanya Ratna siapa yang dimaksud?
Lalu, Damar kembali melafalkan mantra-mantranya lagi.
“ Jailangkung jailangset, datang tak dijemput pulang tak diantar.”
“ Kenapa kamu menjadi seperti ini ?”
Jailangkung pun kembali menuliskan kembali dalam selembar kertas. Dalam kertas itu tertulis “ K-E-C-E-L-A-K-A-A-N ”
Karena penasaran, Edwin lalu bertanya kepada Yogi
“ Yang dimaksud ini semua apa, Gi?”
Yogi tidak buru-buru menjawab, tapi Yogi berpikir sejenak dan mengingat sesuatu dalam ingatannya.
“ Setahu gua dan seingat gua, dulu beberapa tahun yang lalu ada sebuah kecelakaan di depan rumah gua, nyawanya tidak tertolong dan tewas di tempat,”
“ Dan korbannya tidak membawa identitas, jadi sulit diidentifikasi.” Lanjutnya lagi.
“ Oh gitu, ya sudahlah jangan diteruskan lagi, jadi merinding ini.” Ucap Edwin.
“ Ya sudah, lalu kita sekarang ngapain? Analog Playstation lagi rusak, jadi gak bisa main Playstation dulu.” Ucap Yogi.
“ Kita ngopi aja di warung kopi dekat lapangan bola itu.” Ucap Restu.
“ Ya udah ayo, Mas Damar mau ikut? Mainan Jailangkung nya udahan aja ya, teman-teman pada penakut soalnya.” Ucap Yogi.
“ Monggo Mas Yogi, aku mengikuti aja sambil nemenin Edwin juga, daripada di rumah bete.”
Akhirnya, Yogi, Edwin, Ruri, Restu dan sepupunya Edwin yaitu Damar berangkat juga menuju ke warung kopi untuk ngopi-ngopi di sana. Tapi, ketika mau beranjak ke luar, tiba-tiba Jailangkung yang terbuat dari orang-orangan sawah yang tadi dipakai itu menjadi hidup secara tiba-tiba.
Jailangkung pun membanting ke kepalanya Ruri .
Plettttakkk....
“ Aduhhhh.” Ruri teriak kesakitan.
“ Lu gak apa-apa, Rur?” tanya Yogi merasa khawatir.
“ Gak apa-apa Gi, cuma kaget aja kenapa malah terpental ke kepala gua.”
Jailangkung tersebut terus saja beterbangan kesana-kesini, hingga Restu pun mengingat sesuatu harus membacakan ayat-ayat al-qur’an tertentu supaya jinnya berhenti menjahili.
Setelah membacakan ayat-ayat Al-Qur’an sebisa mungkin, baru Jailangkung itu diam dan jatuh ke bawah tidak beterbangan ke atas lagi.
Jailangkung tersebut dikembalikan lagi ke tempatnya, yaitu ke sawah warga yang baru saja ditanami padi.
“ Sudah aman kawan, yuk kita ngopi.” Ajak Yogi.
“ Maafkan Mas ya, Mas Damar tadi ngajak yang enggak-enggak, jadinya hantunya marah.”
“Iya gak apa-apa Mas, yang terjadi tadi biarlah lupakan saja.“ ucap Yogi dengan bijak.
Akhirnya, Yogi dan yang lain memutuskan untuk berangkat menuju warung kopi dengan Mas Damar sepupunya Edwin.
***
Lanjut
Comment on chapter Hantu Penunggu Jembatan Tua