Aku takut terlalu dalam menyukai Moon. Terjebak perasaan sendiri. Masih meraba apa arti semua ini. Dia yang kini berada di hadapanku, dulu bagai manusia tak tergapai. Bahkan aku tak berani membayangkan bos pemarah ini bersikap lembut dan manis terhadapku.
Di atas meja tergeletak dua surat yang siap kami baca bersama. Masing-masing amplop terdapat nama Salli dan Moon. Ada hal yang membuat kami terkejut. Ternyata kami baru mengetahui bahwa aku dan Moon sama-sama mengirim surat menembus waktu.
Aku tak banyak berbicara, menunggu Moon membuka suara. Mengenai rasa yang berubah di antara kami, juga surat dari tahun 2001. Moon mengambil sikap tegak mencoba meraih tanganku, menggenggamnya, seakan memohon kekuatan dan dukungan. Aku tak bisa menolaknya, aku juga heran. Kenapa aku tak bisa berkutik?
“Kotak pos merah itu bukan sekedar rumor, Salli! Kurasa kau tahu itu.” ucapnya membuka percakapan. Aku menelan ludah. Bukan ini kalimat pertama yang ingin kudengar. Aku lebih ingin terlebih dahulu mendengar maksud dan sikap lembutnya padaku. Sungguh aku tak ingin terjebak rasa ini sendirian.
Tanpa sengaja, aku menyentuh jari tangan Moon, sedingin salju. Ternyata bukan hanya aku yang menjadi gugup. Dia memandangku lekat untuk meminta persetujuan, aku mengangguk. Surat pertama tertulis ‘untuk salli, 2023’ siap kami baca bersama. Amplop tersebut berisi beberapa lembar kertas surat. Barisan tulisan latin berbaris rapi, rasanya tak asing. Hmm ….
Dear Salli, 2023
Membaca suratmu, membuatku banyak mengeluarkan air mata. Aku lelaki berusia 22 tahun yang asyik bermain musik dan populer di kalangan wanita, harus bersembunyi karena terharu setelah tersentuh dengan kalimatmu dalam surat.
Semula kupikir ini hanya permainan kakek pemilik kafe. Kudengar ia memang terobsesi pada kotak pos merah di halaman kafenya. Rumor itu menyebar bahwa kakek itu gila akibat kehilangan keempat anak gadisnya.
Sejak kematian anak gadis pertamanya akibat tertabrak mobil di tahun 1970, kakek itu membangun kotak pos merah dengan darah dan air mata.
Kematian-kematian putri berikutnya lebih mengundang kepiluan. Namun, aku enggan membahas kecelakaan yang menimpa putri kakek tersebut. Pria itu menjadi gila, teriakannya memilukan di antara derai gerimis di bulan Desember. Ia berhalusinasi menembus waktu. Memasukan banyak surat pada kotak pos merah ini dengan harapan dapat memutar waktu, memberi peringatan pada masa lalu ... mencegah kematian putri-putrinya. Pria itu akan terus seperti itu setelah kehilangan putrinya satu persatu. Seharusnya pria itu bahagia saja bukan? Saat ini putri ke lima-nya telah menikah dan memiliki anak lelaki yang tumbuh dengan sehat.
Lalu setelah tanpa sengaja, aku mendengar suara-suara dalam kotak pos merah, aku menemukan surat-suratmu. Bersamaan dengan itu suara nyanyian gadis yang memainkan gitar mengusik rasa penasaranku, gadis itu sangat cantik, ia berbandana biru … persis sosok gadis yang kau gambarkan dalam suratmu.
Kenny, 2001
Deg!
Tulisan di kertas menceritakan pertama kali ia menemukan suratku. Aku dan Moon saling berpandangan, tentunya tak mudah bagi Moon membaca cerita mengenai kakeknya di masa lalu.
“Moon …” ucapku lirih, aku menatapnya gelisah.
“Mmm,” Moon masih menatap lurus pada kertas surat.
“Kenny adalah nama ayahku.” ucapku hampir tercekat.
Moon langsung menoleh terkejut, kami saling bertatap tanpa bicara.
***
Dear Salli, 2023
Sesuai keinginanmu, aku bertemu dengannya. Menyampaikan pesanmu agar gadis itu tidak datang pada pesta pergantian tahun nanti. Ia hanya tertawa dan justru mengajakku bermain musik bersama. Semakin hari kami saling tertarik. Tetapi, aku menjadi semakin gelisah. Mengingat gadis itu akan menderita di masa depan, bila jatuh cinta pada akhir tahun ini. Sungguh, aku tak ingin menjadi pria jahat itu. Salli, ada yang menggelitik dalam benakku. Mengapa kebiasaan adikmu yang memakai kaus kaki terbalik sangat mirip denganku saat seusia dengannya?
Kenny, 2001
Aku dan Moon terdiam. Baru dua lembar surat balasan itu terbaca. Telah menampar kami pada kenyataan. Bahwa surat menembus waktu itu tidak mengubah apapun. Dan, justru mempercepat pertemuan antara ayah dan ibuku.
~Masa lalu menghilang bagai buih di lautan. Meninggalkan luka pada palung hati terdalam. Adakalanya penderitaan serupa berenang di laut dangkal. Namun, ingatan atas derita itu menenggelamkanmu jatuh ke dasar laut. Merengkuh dalam dekap kegelapan.~
~Waktu adalah sebuah misteri. Seberapa keras ingin manusia mengubah masa depan, seberapa kuat keinginanmu ingin kembali ke masa lalu, waktu hanya akan membawamu berputar-putar. Segala ketetapan tidak akan berubah. Tiap pertemuan atau perpisahan yang terjadi telah terukir di garis takdir sebelum manusia dilahirkan. Namun, pilihan untuk menjadi baik atau buruk tetap berada di tanganmu.~
bersambung