Read More >>"> Surat untuk Tahun 2001 (Kotak Pos Merah) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Surat untuk Tahun 2001
MENU
About Us  

Napasku terengah, aku tak memiliki banyak waktu lagi. Kulirik sekilas jam tangan, mengabaikan suara gelegar petir yang cukup membuat bergidik. Bergegas meraup semua tumpukan surat dalam kantong kulit hitam, memasukkannya tergesa pada kotak pos merah yang dijaga oleh seekor kucing hitam.

Aku yakin betul tepat malam ini gerhana bulan, akhir Oktober 2023 sesuai dengan perkataan orang dalam berita cuaca televisi. Bahkan aku melingkari kalender di kafe agar terus mengingatkanku akan datangnya hari ini.

Di luar perkiraan, mendungnya langit enggan beranjak hingga malam menjelang. Sungguh aneh, prakiraan cuaca hanya memperkirakan kemunculan awan kumulus sebagai tanda cuaca cerah dan bukannya awan kumulonimbus sebagai pertanda hujan lebat disertai badai petir.

 Apakah cerahnya langit tidak berlaku untuk gerhana kali ini? Langit begitu mendung sedari sore. Orang-orang yang tengah bersiap melihat gerhana bulan pasti kecewa, termasuk bos kafe tempatku bekerja.

Menengadah menatap kegelapan langit yang pekat, tubuhku terduduk di dekat kotak pos merah, bersandar padanya. Semoga aku belum terlambat, menurut rumor aku harus terlebih dahulu membuka gerbang dimensi waktu pada saat gerhana bulan berlangsung, kesempatanku hanya pada saat gerhana dan sialnya aku tak tahu kapan tepat jam, menit, detik kemunculannya. Tidak sempat menonton berita. Seharian ini terlalu sibuk membersihkan meja bar dan aku sedikit kesal jika mengingat betapa konyolnya Bos menahanku meninggalkan pantry dengan alasan memisahkan biji kopi yang besar dan yang kecil. Bukankah nantinya mereka akan melebur menjadi satu.

Titik-titik gerimis mulai membasahi poni yang menjuntai. Perlahan tapi pasti gerimis berubah menjadi hujan lebat. Seekor kucing hitam menampakan dirinya yang lantas cukup membuatku terkesima. Kucing hitam itu menguap, memamerkan gigi taring tajamnya. Selanjutnya ia hanya melirik sekilas diriku yang tengah payah, terduduk lemas setelah berlarian menuju halaman kafe tempat kotak pos merah berada. Kucing hitam itu mengayunkan kaki panjangnya, berjalan pongah mengibaskan ekor kiri, kanan, kiri, kanan, serasa anggun sekaligus elegan berjalan menjauh pergi. Kaki-kaki lincah membawanya lenyap dalam perlindungan dinding pertokoan.

Wajahku basah sempurna, senyuman menghiasi bibirku, misiku selesai.

Terngiang senandung lagu di kafe malam itu.

 Saat gerimis pertama turun di bulan Desember, temukan sebuah kotak pos berwarna merah di halaman Kafe Gerimis, hujan mulai menggila dan mesin waktu mulai bekerja, antar surat-suratmu pada tahun 2001, silakan beri pesan pada seseorang pada masa lalu, kucing hitam akan menandaimu.

Lagu tersebut cukup berteka-teki, karena lirik berikutnya berbunyi ....

Sepucuk surat akan mendatangimu, mereka datang menembus waktu dengan bantuan kekuatan gerhana bulan.

Seringai di bibir berubah getir seiring jalan pikirku. Jika masa kini berubah, jika seseorang menyampaikan pesanku pada ibuku di tahun 2001, mungkin saja aku tidak akan pernah terlahir di bumi. Tentu saja jiwaku akan terlepas dari belenggu yang mengikat ini bukan?

Sesungguhnya aku tak benar-benar mengetahui kapan tepatnya lubang mesin waktu akan terbuka, saat gerhana bulan ataukah gerimis pertama di bulan Desember. Lalu aku memilih waktu terdekat, gerhana bulan malam ini, karena aku tak sabar. Keputusanku bisa saja salah, rasa percaya pada rumor yang beredar bisa juga keliru. Kotak pos merah masih menjadi sebuah misteri. Namun aku cukup tertarik dengan tahun 2001 yang tersebut dalam nyanyian gerimis pemilik kafe. Berkaitan dengan takdir hidupku, tahun itu adalah tahun yang ingin aku ubah.

Ya, 2001 adalah tahun pertemuan antara dua remaja yang kini menjadi orang tuaku. Hubungan mereka tidak berhasil dan saling menyakiti. Bertahun-tahun ibuku bertahan meskipun hidup dalam penderitaan dan itu semua ia lakukan karena kelahiranku yang menjadi bentuk tanggung jawabnya.

Ibu merasa wajar mengesampingkan kebahagiaannya agar anak-anaknya mendapat keluarga utuh. Tentu saja itu adalah keinginan mulia dari seorang ibu. Seandainya saja ... ya, seandainya saja pasangan hidupnya memberlakukan tujuan yang sama. Ibu masih sangat muda ketika perangai ayah kami perlahan mulai berubah. Ayah mulai sering membentaknya dengan kasar. Tak jarang mempermalukan diri ibu di hadapan umum. Ayah menganggap dirinya superior karena mencari nafkah, tidak sedikitpun ia berusaha menyelami pikiran ibu yang selalu berkutat merawat anak sepanjang hari.

Perlahan tapi pasti rasa cinta ayah memudar. Aku sering memergoki ibu kesepian sendirian melamunkan kehidupannya yang berubah drastis. Sementara ayah akan pulang larut disertai bau alkohol juga parfum wanita malam. Ayah menjadikan hiburan malam sebagai pelarian atas kegagalannya dalam tiap bidang usaha dan menumpahkan segala kesalahannya pada ibu, seolah ibulah yang menyebabkan seluruh bisnis yang digeluti ayah menemui jalan buntu.

Lambat laun sikap ayah membuatku muak. Puncaknya pertengkaran kami setahun lalu, aku ikut berteriak ketika ayah meneriaki ibu. Aku benar-benar menumpahkan segalanya, yang selama ini kupendam. Terlalu lama kutahan. Karena aku menghormati ayah. Tapi sikap dan perbuatannya sungguh di luar batas, menyakiti ibu kami dengan sikap melecehkan. Ayah mulai secara terang-terangan membanggakan kekasih gelapnya yang berprofesi sebagai penyanyi dan menghina ibu yang pernah gagal mengikuti audisi menyanyi dan berakhir di dapur saja. Aku sangat marah mendengarnya, sebab aku tahu jelas, mengapa dulu ibu gagal pada tahap audisi, itu semua karena keberadaanku. Pada waktu ibu lolos seleksi dan akan maju pada tahap selanjutnya, disitulah ia mengetahui dirinya berbadan dua, sehingga diurungkan niatnya melanjutkan tahapan audisi. Kata ibu, ia ingin menyambut kehadiranku di dunia ini dengan penuh percaya diri.

Hujan mulai mereda kendati langit masih begitu pekat, seseorang datang tergopoh menghampiri aku yang duduk terkulai dengan tubuh basah kuyup serta bibir gemetar.

Seseorang itu menyeret paksa lenganku dengan sibuk mengomel. Sepertinya ia marah karena aku begitu saja meninggalkan tugasku memisahkan biji kopi sesuai ukuran. Apakah benar harus seperti itu, rasanya aku tidak terima jika segala hal harus sesuai takaran, sesuai ukuran. Jika benar seperti itu lalu bagaimana orang sepertiku, masuk ke dalam takaran seperti apa diriku yang untuk tidur dalam keadaan kenyang saja harus berjuang lebih keras.

Aku menatap punggungnya yang juga basah, nampaknya ia langsung berlari sesaat setelah melihatku terduduk di atas tanah bersandar kotak pos merah di antara derai hujan malam ini. Nampaknya ia juga kesal karena gagal melihat gerhana bulan tanpa tertutup awan kelabu. Aku mengikuti langkah kaki orang itu namun arah pandanganku masih tertuju pada kotak pos merah yang semakin jauh kutinggalkan. Hmm, aku bergumam sendiri dan berdoa.

 Hembusan angin malam membawa surat-surat itu terbang melayang menyusuri lorong waktu, berkejaran dengan air mata yang mulai mengering. Harapanku seseorang yang tepat menemukan surat-surat itu, ia akan temukan cerita tentang diriku di dalamnya. 

Bersambung

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Tumpuan Tanpa Tepi
7325      2574     0     
Romance
Ergantha bercita-cita menjadi wanita 'nakal'. Mencicipi segala bentuk jenis alkohol, menghabiskan malam bersama pria asing, serta akan mengobral kehormatannya untuk setiap laki-laki yang datang. Sialnya, seorang lelaki dewasa bermodal tampan, mengusik cita-cita Ergantha, memberikan harapan dan menarik ulur jiwa pubertas anak remaja yang sedang berapi-api. Ia diminta berperilaku layaknya s...
About love
1097      509     3     
Romance
Suatu waktu kalian akan mengerti apa itu cinta. Cinta bukan hanya sebuah kata, bukan sebuah ungkapan, bukan sebuah perasaan, logika, dan keinginan saja. Tapi kalian akan mengerti cinta itu sebuah perjuangan, sebuah komitmen, dan sebuah kepercayaan. Dengan cinta, kalian belajar bagaimana cinta itu adalah sebuah proses pendewasaan ketika dihadapkan dalam sebuah masalah. Dan disaat itu pulalah kali...
Temu Yang Di Tunggu (up)
16036      2826     12     
Romance
Yang satu Meragu dan yang lainnya Membutuhkan Waktu. Seolah belum ada kata Temu dalam kamus kedua insan yang semesta satukan itu. Membangun keluarga sejak dini bukan pilihan mereka, melainkan kewajiban karena rasa takut kepada sang pencipta. Mereka mulai membangun sebuah hubungan, berusaha agar dapat di anggap rumah oleh satu sama lain. Walaupun mereka tahu, jika rumah yang mereka bangun i...
Something about Destiny
124      106     1     
Romance
Devan Julio Widarta yang selalu dikenal Sherin sebagai suami yang dingin dan kurang berperasaan itu tiba-tiba berubah menjadi begitu perhatian dan bahkan mempersiapkan kencan untuk mereka berdua. Sherin Adinta Dikara, seorang wanita muda yang melepas status lajangnya pada umur 25 tahun itu pun merasa sangat heran. Tapi disisi lain, begitu senang. Dia merasa mungkin akhirnya tiba saat dia bisa mer...
Lost Daddy
4310      925     8     
Romance
Aku kira hidup bersama ayahku adalah keberuntungan tetapi tidak. Semua kebahagiaan telah sirna semenjak kepergian ibuku. Ayah menghilang tanpa alasan. Kakek berkata bahwa ayah sangat mencintai ibu. Oleh sebab itu, ia perlu waktu untuk menyendiri dan menenangkan pikirannya. Namun alasan itu tidak sesuai fakta. AYAH TIDAK LAGI MENCINTAIKU! (Aulia) Dari awal tidak ada niat bagiku untuk mendekati...
Redup.
426      257     0     
Romance
Lewat setiap canda yang kita tertawakan dan seulas senyum yang kerap dijadikan pahatan. Ada sebuah cerita yang saya pikir perlu kamu dengarkan. Karena barangkali saja, sebuah kehilangan cukup untuk membuat kita sadar untuk tidak menyia-nyiakan si kesayangan.
Me & Molla
493      275     2     
Short Story
Fan's Girl Fanatik. Itulah kesan yang melekat pada ku. Tak peduli dengan hal lainnya selain sang oppa. Tak peduli boss akan berkata apa, tak peduli orang marah padanya, dan satu lagi tak peduli meski kawan- kawannya melihatnya seperti orang tak waras. Yah biarkan saja orang bilang apa tentangku,
Aku Biru dan Kamu Abu
572      325     2     
Romance
Pertemuanku dengan Abu seperti takdir. Kehadiran lelaki bersifat hangat itu benar-benar memberikan pengaruh yang besar dalam hidupku. Dia adalah teman curhat yang baik. Dia juga suka sekali membuat pipiku bersemu merah. Namun, kenapa aku tidak boleh mencintainya? Bukannya Abu juga mencintai Biru?
IDENTITAS
657      440     3     
Short Story
Sosoknya sangat kuat, positif dan merupakan tipeku. Tapi, aku tak bisa membiarkannya masuk dan mengambilku. Aku masih tidak rela menjangkaunya dan membiarkan dirinya mengendalikanku.
Kereta Antar Dunia
849      538     1     
Fantasy
Bagaimana jika kereta api yang kamu naiki malah membawamu pergi ke dunia-dunia yang belum pernah kamu lihat sebelumnya? Ini bukan hanya soal perjalanan. Tapi juga tentang perjuangan menemukan jati diri, menguak misteri kehidupan yang terlewat di masa lalu, dan mencari arti kehidupan sebenarnya hidup di dunia. "Mereka yang tidak memiliki tujuan yang jelas dalam menjalani kehidupan akan muda...