Read More >>"> Evolvera Life (Episode 33) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Evolvera Life
MENU
About Us  

Kendaraan terbang dengan teknologi magnetik flush melaju dengan kecepatan penuh menuju markas pusat. Hanya butuh 10 menit untuk tiba, namun waktu terasa lebih lama karena ketegangan yang mencekam. Sesampainya di sana, para jenderal menyambut kami dengan serius.

Debu masih beterbangan terhembus angin dari mesin saat kami turun. Salah satu jenderal segera menghampiri dengan ekspresi cemas.

“Apa yang terjadi, Tuan?” tanya Jenderal 1.

“Kita akan bahas di ruang rapat. Apa semua sudah hadir di sana?” Yeriko menjawab tegas.

“Sudah, Tuan.”

“Bagus. Oh iya, kalian regu Alaya, berikan ransel dan perlengkapan tempur kalian kepada prajurit yang berjaga. Aku tidak ingin sumpek di dalam ruangan.”

Aku bisa mendengar Jenderal 1 berbisik, “Eh Tuan, mereka diajak?”

“Iya, mereka ikut. Aku memerlukan mereka dalam rencana.”

“Baik, Tuan.”

“Kalian ikutlah di belakang Tuan,” kata Jenderal 1 dengan nada yang lebih tenang.

“Baik, Jenderal,” kami berempat menjawab serentak.

Sesampainya di ruang rapat, aku merasakan deja vu. Ruangan ini masih dipenuhi teknologi tinggi yang aktif, meski sebagian besar teknologi telah hancur oleh gelombang elektromagnetik. Kenangan pertemuan sebelumnya di sini membuat jantungku berdegup kencang. Jenderal 1 mengarahkan kami untuk duduk, dan kami mengangguk, mengikuti arahan.

Yeriko memasukkan flashdisk ke alat yang dibawanya. Beberapa detik kemudian, layar hologram menampilkan video percakapan kami dari awal hingga akhir. Aku merasa tegang melihat kembali wajah Artemis yang mengerikan di layar.

“Itu kah wajah sesungguhnya dari pemimpin faksi teror malam?” Jenderal 2 berbisik, terlihat jelas dari ekspresinya betapa seriusnya situasi ini.

“Dia menyeramkan. Dari video ini saja aku bisa tahu dia sekuat apa,” Jenderal 3 menambahkan, suaranya bergetar sedikit.

Beberapa menit berlalu hingga video menunjukkan Artemis meninggalkan ruangan pertemuan.

“Tuan, apa benar dia bagian dari 45 sayap emas Garuda?” panglima perang bertanya, suaranya berat dan penuh otoritas.

“Iya, itu benar, Panglima. Awalnya aku tidak mengenali sosok penuh luka di depanku. Dulu dia tidak seperti itu. Aku baru menyadari saat memperhatikan gaya bicara, pola pikir, dan namanya. Artemis adalah lulusan tingkat fisik terbaik ke-5 dalam program itu. Walaupun dia berada di peringkat 40 dalam hal kecerdasan, dia tetap menjadi bagian dari 45 orang yang memiliki IQ superior hingga jenius.”

Aku mengangguk setuju. Sekalipun peringkat kecerdasannya berada di paling bawah, itu tidak bisa dipungkiri bahwa dia adalah orang cerdas yang berbahaya.

“Apakah kalian punya rencana, para jenderal dan panglima?” Yeriko bertanya serius dengan tatapan mata yang tajam. Untuk pertama kalinya, aku melihat garis wajah kusut di dahinya. Dia sedang berpikir keras sekarang.

“Tuan, sejujurnya akan sulit untuk menang melawan mereka jika bertarung secara langsung, ditambah persenjataan kita minim dengan sisa kas faksi yang menipis setelah perbaikan atas serangan yang lalu,” Jenderal 3 membuat daftar keluhan.

“Bukan hanya itu, Tuan. Kondisi pangan kita menipis. Saat ini juga masyarakat kita 70% adalah golongan menengah ke bawah dan hanya 20% yang menjadi bagian dari golongan menengah ke atas. Sulit untuk mengumpulkan dana perang,” Jenderal 4 menambah daftar keluhan dengan suara berat.

“Panglima, ada yang ingin disampaikan?”

“Ada, Tuan. Tapi rencana saya belum matang,” jawab Panglima, wajahnya berkarisma dan nada suaranya berwibawa. Aku merasa dia lebih cocok menjadi pemimpin faksi hukum daripada Yeriko.

“Tidak apa, sampaikan saja,” jawab Yeriko, suaranya penuh harap.

“Aku hanya terpikirkan untuk membentuk kembali team Six Fox yang lama untuk menyusup,” kata Panglima, suaranya penuh keyakinan.

Jenderal 1 berkomentar, “Lalu apa yang berbeda?” Panglima menoleh dan menjawab dengan santai, “Saya berpikir, kita mungkin bisa menang jika mengambil senjata rahasia mereka.”

“Apa maksud Anda, kristal komet?” tanya Jenderal 2.

“Benar, karena saya yakin senjata itu dipersiapkan untuk memperkuat armada tempur mereka.”

Sejenak ruangan menjadi hening. Kami semua berpikir keras tentang situasi ini. Dalam hati, aku merasa rencana ini sangat berisiko. Musuh terlalu kuat, dan kami mungkin tidak siap menghadapi kekuatan mereka.

Yeriko berbicara dengan tegas, “Aku setuju dengan Panglima. Tapi ada tambahan sedikit.” Ia mengetuk layar di mejanya, mengatur hologram di tengah meja yang menyala. Kini menampilkan dua regu.

“Regu Alaya dan regu elite terbaik kita, Constellation, akan bergabung dalam rencana. Setiap tim punya tugas khusus. Regu Alaya akan bertugas mengambil kristal komet yang mereka rahasiakan, dan regu Constellation akan menyabotase peralatan militer serta memberikan jalan kabur untuk regu Alaya.”

Para jenderal saling bertatap, berdiskusi kecil di bangku mereka. Yeriko menunggu persetujuan mereka dengan sabar.

“Itu strategi yang brilian, Tuan. Jika misi itu berhasil, maka menyerang markas mereka akan lebih mudah,” kata Jenderal 3.

“Saya juga setuju, Tuan,” Panglima perang mengangguk setuju.

“Aku menolak!” Aku berdiri dengan tegas. Teman-teman ku tampak kaget, bukan hanya mereka tapi juga yang lain.

“Apa maksudmu, gadis kecil?” Jenderal 3 menatapku geram. Tangannya mengepal, aura keluar memberi rasa takut yang mendalam.

Yeriko segera menenangkan Jenderal 3, “Jenderal, tenanglah. Ini ruang diskusi, semua orang berhak berpendapat.”

“Jadi apa yang kau keluhkan?” tanyanya padaku.

Sejenak aku diam, memperhatikan tatapan semua orang. Aura Jenderal 3 membuatku ingin tutup mulut, tapi aku tidak bisa mundur sekarang.

“Ini rencana bunuh diri yang keberapa?” tanyaku dengan suara gemetar namun tegas.

“Aku tidak mengatakan ini bunuh diri, kenapa kau berpikir demikian?” Yeriko berlagak memimpin rapat dengan kata-kata bakunya.

“Apa kau tidak ingat misi pengintaian—” Bum! Jenderal 3 membentak meja, dia berteriak memarahiku.

“Kau ini lancang sekali, masih kecil sudah berani menggunakan kata kau kepada tuanmu?”

“Tenanglah, Jenderal. Kami punya hubungan spesial, kau tidak perlu marah seperti itu. Aku mengizinkannya,” Yeriko memotong, menenangkan situasi.

“Huh? Hubungan spesial apa dasar bod—” Belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku, Yeriko menyuruhku stop menggunakan tangannya.

“Tidak ada waktu untuk ocehanmu, jadi cepatlah,” dia menatapku serius. Ini bukan pertama kalinya aku dipelototi seperti ini, tapi kali ini suasananya lebih mencekam.

“Aku menolak untuk pergi, bukan hanya aku tapi seluruh regu Alaya. Tidak peduli jika itu akan membantu perang. Selagi itu membunuh kami, maka tidak ku izinkan.”

Yeriko diam sejenak, menatapku tajam. “Bagaimana jika kukatakan, kita semua akan mati bersama jika kau dan timmu tidak pergi sesuai misi.”

Sekarang aku yang terdiam. Pertanyaan Yeriko membuatku bungkam seribu kata. Sekejap aku menatap Yeriko, berharap ada pembelaan. Namun ia tidak menjawab, hanya tatapan serius yang memberatkan suasana.

“Rika, aku tahu kau bukan takut karena kematian diri sendiri. Jadi kumohon serahkan kepada kami, aku berjanji akan membuat strategi yang akan membawa kalian dengan selamat.” Suara Yeriko terdengar tulus, penuh keyakinan.

Aku terdiam, menunduk, tidak mampu menjawab sepatah kata pun. Seluruh tubuhku terasa lemas, berat meladeni ketegangan ini. Hatiku penuh keraguan, namun ada sesuatu dalam nada suara Yeriko yang membuatku ingin percaya.

Cedric, melihat kebisuanku, berseru, “Lanjutkan, Tuan, tidak ada waktu.” Dia menggantikan peranku, suaranya tegas dan berani. Mungkin aku memang egois, terlihat paling tidak ingin ambil bagian untuk keluar dari masalah ini. Namun, perasaan itu bukanlah keengganan untuk bertarung. Itu adalah ketakutan akan kehilangan orang-orang yang kini telah menjadi keluarga baruku.

Dalam keheningan itu, pikiranku berputar-putar. Aku tidak ingin ada siapapun yang mati lagi. Bahkan jika harus melawan semua orang, aku tidak peduli, selagi keluarga baruku tetap hidup. Bayangan-bayangan masa lalu melintas di benakku—kehilangan yang sudah terlalu banyak aku alami. Tidak lagi. Aku tidak bisa membiarkan hal itu terjadi lagi.

Yeriko melanjutkan, “Baik, mari kita lanjutkan.” Dia menatap layar hologram yang kembali menyala, begitu pun yang lain ikut memperhatikan tanpa menoleh ke arahku untuk memikirkan setidaknya sedikit tentang kecemasan yang ku rasakan.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • silvius

    Halo readersvol. ada perubahan jadwal upload mulai bab berikutnya. Evolvera Life akan upload bab baru setiap 3 hari sekali. Terimakasih sudah menikmati cerita.

    Comment on chapter Episode 22
  • silvius

    Halo pembaca. Ini merupakan novel pertama saya. Saya sangat senang jika mendapatkan kritikan atau saran atau mungkin hal bagus yang membangun. Mari bersama membangun komunitas terbaik. Terimakasih telah membaca dan memberikan tanggapan yang jujur

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Yu & Way
899      474     28     
Romance
Dalam perjalanan malamnya hendak mencari kesenangan, tiba-tiba saja seorang pemuda bernama Alvin mendapatkan layangan selembaran brosur yang sama sekali tak ia ketahui akan asalnya. Saat itu, tanpa berpikir panjang, Alvin pun memutuskan untuk lekas membacanya dengan seksama. Setelah membaca selembaran brosur itu secara keseluruhan, Alvin merasa, bahwa sebuah tempat yang tengah dipromosikan di da...
Ghea
423      272     1     
Action
Ini tentang Ghea, Ghea dengan segala kerapuhannya, Ghea dengan harapan hidupnya, dengan dendam yang masih berkobar di dalam dadanya. Ghea memantapkan niatnya untuk mencari tahu, siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan ibunya. Penyamaran pun di lakukan, sikap dan nama palsu di gunakan, demi keamanan dia dan beserta rekan nya. Saat misi mereka hampir berhasil, siapa sangka musuh lamany...
Lusi dan Kot Ajaib
7251      1192     7     
Fantasy
Mantel itu telah hilang! Ramalan yang telah di buat berabad-abad tahun lamanya akan segera terlaksana. Kerajaan Qirollik akan segera di hancurkan! Oleh siapa?! Delapan orang asing yang kuat akan segera menghancurkan kerajaan itu. Seorang remaja perempuan yang sedang berlari karena siraman air hujan yang mengguyur suatu daerah yang di lewatinya, melihat ada seorang nenek yang sedang menjual jas h...
After School
1432      853     0     
Romance
Janelendra (Janel) bukanlah cowok populer di zaman SMA, dulu, di era 90an. Dia hanya cowok medioker yang bergabung dengan geng populer di sekolah. Soal urusan cinta pun dia bukan ahlinya. Dia sulit sekali mengungkapkan cinta pada cewek yang dia suka. Lalu momen jatuh cinta yang mengubah hidup itu tiba. Di hari pertama sekolah, di tahun ajaran baru 1996/1997, Janel berkenalan dengan Lovi, sang...
LINN
11607      1717     2     
Romance
“Mungkin benar adanya kita disatukan oleh emosi, senjata dan darah. Tapi karena itulah aku sadar jika aku benar-benar mencintaimu? Aku tidak menyesakarena kita harus dipertemukan tapi aku menyesal kenapa kita pernah besama. Meski begitu, kenangan itu menjadi senjata ampuh untuk banggkit” Sara menyakinkan hatinya. Sara merasa terpuruk karena Adrin harus memilih Tahtanya. Padahal ia rela unt...
THE HISTORY OF PIPERALES
1811      653     2     
Fantasy
Kinan, seorang gadis tujuh belas tahun, terkejut ketika ia melihat gambar aneh pada pergelangan tangan kirinya. Mirip sebuah tato namun lebih menakutkan daripada tato. Ia mencoba menyembunyikan tato itu dari penglihatan kakaknya selama ia mencari tahu asal usul tato itu lewat sahabatnya, Brandon. Penelusurannya itu membuat Kinan bertemu dengan manusia bermuka datar bernama Pradipta. Walaupun begi...
Gue Mau Hidup Lagi
354      223     2     
Short Story
Bukan kisah pilu Diandra yang dua kali gagal bercinta. Bukan kisah manisnya setelah bangkit dari patah hati. Lirik kesamping, ada sosok bernama Rima yang sibuk mencari sesosok lain. Bisakah ia hidup lagi?
Coneflower
2937      1415     3     
True Story
Coneflower (echinacea) atau bunga kerucut dikaitkan dengan kesehatan, kekuatan, dan penyembuhan. Oleh karenanya, coneflower bermakna agar lekas sembuh. Kemudian dapat mencerahkan hari seseorang saat sembuh. Saat diberikan sebagai hadiah, coneflower akan berkata, "Aku harap kamu merasa lebih baik." — — — Violin, gadis anti-sosial yang baru saja masuk di lingkungan SMA. Dia ber...
Dua Warna
420      307     0     
Romance
Dewangga dan Jingga adalah lelaki kembar identik Namun keduanya hanya dianggap satu Jingga sebagai raga sementara Dewangga hanyalah jiwa yang tersembunyi dibalik raga Apapun yang Jingga lakukan dan katakan maka Dewangga tidak bisa menolak ia bertugas mengikuti adik kembarnya Hingga saat Jingga harus bertunangan Dewanggalah yang menggantikannya Lantas bagaimana nasib sang gadis yang tid...
Code: Scarlet
21703      4059     15     
Action
Kyoka Ichimiya. Gadis itu hidup dengan masa lalu yang masih misterius. Dengan kehidupannya sebagai Agen Percobaan selama 2 tahun, akhirnya dia sekarang bisa menjadi seorang gadis SMA biasa. Namun di balik penampilannya tersebut, Ichimiya selalu menyembunyikan belati di bawah roknya.