"Taruh sini saja!" perintahnya kepada Rio yang saat itu sedang memindahkan kandang kucingnya ke rumah Isma.
"Kamu yakin, masih mau nyimpen kandang ini?" tanya Rio yang sudah meletakkan barang tersebut sesuai permintaan gadis tersebut.
"Kenapa nggak yakin, toh juga buat Gareng sama anak-anaknya juga".
Rio segera menghembuskan nafas yang besar. Ia heran dengan sikap Isma yang tetap ngotot untuk menyimpan kandang tersebut.
"Bukan begitu, kan bisa beli kandang yang lebih bagus lagi", usul Rio sambil duduk di kursi teras.
"Masalah itu karena aku ga mungkin membuang hasil karya mu, jadi aku taruh disini. Masih berguna kok buat mereka", ucap Isma yang masih pada pendiriannya.
Rio pun mengalah, dan merasa senang karena gadis itu memuji kandang yang dibuatnya sendiri.
"Ya, sudah kalau itu maumu", ucap Rio sambil tersenyum.
"Tunggu disini dulu ya, aku mau mengambil minuman untukmu".
Isma segera masuk ke dalam rumahnya, dan Rio hanya menunggu di teras rumah yang luas itu. Ia merasa lega sekarang karena mulai hari ini Gareng dan anak-anaknya akan dirawat oleh Isma. Rio tidak merasa keberatan atas permintaan dari gadis itu, baginya asalkan kucing-kucing itu bahagia, ia juga pasti akan bahagia. Isma sudah memenuhi keinginan Rio yang tempo hari sudah mau menemaninya untuk jalan-jalan. Sekarang gilirannya untuk memenuhi janji tersebut.
Tadi pagi ia berangkat ke kios dengan menggunakan mobil pickup yang dipinjam dari tetangganya untuk mengangkut kandang beserta kucing-kucingnya ke rumah ini. Setelah sampai, ia langsung disambut dengan Isma yang sudah berdiri di gerbang rumahnya. Rupanya, ia tidak sabar dengan kedatangan kucing baru itu.
"Hei, kok ngelamun?" tanya Isma sambil membawa nampan berisi dua gelas air sirup.
"Terima kasih ya. Aku nggak nyangka aja kamu suka sama kucing jalanan seperti mereka, kukira kau hanya suka dengan kucing yang ras saja", ucap Rio sambil meneguk minumannya yang telah disediakan.
"Segar sekali di tengah cuaca panas seperti ini" , batin Rio.
"Hahaha, aku itu dasarnya suka kucing. Jadi aku tidak pilih pilih mau itu kucing ras atau kucing domestik. Yang penting bagiku tetap menyayangi mereka karena mereka makhluk yang lemah", jelas Isma sambil memandangi Gareng dan Snowi yang ada di taman.
"Kau memang baik sekali", puji Rio.
"Terima kasih, kuharap Gareng betah bersamaku", harap Isma.
Mereka berdua kembali memandang kucing-kucing yang sedang asyik bercengkerana di taman yang indah tersebut. Kelihatannya mereka sangat bahagia. Gareng senang jika harus hidup bersama dengan Snowi dan itu artinya ia juga bisa bermain dengan Blacky yang sudah menjadi tetangganya sekarang.
"Kira-kira Blacky sekarang ngapain ya?" tanya Gareng penasaran.
"Pasti sedang tidur di pangkuan pemiliknya", jawab Snowi.
Mereka berdua tergelak bersama, Snowi sudah tidak merasa kesepian karena berkat pemiliknya yang mau merawat sahabatnya sehingga tidak menjadi kucing jalanan lagi.
"Aku punya usul", ucap Gareng tiba-tiba.
"Apa itu?"
Gareng pun melanjutkan perkataannya untuk menceritakan usulnya.
"Jika rumah ini sedang sepi. Bagaimana kalo kita bertiga nanti mengajak kucing kucing yang ada di pasar untuk bisa makan disini?".
"Aku merasa kasihan dengan kucing yang seharian tidak mendapatkan makanan. Untuk memanfaatkan nasibku saat ini, aku ingin menolong mereka yang kesusahan", lanjut Gareng.
Tanpa perlu pikir panjang lagi, Snowi pun mengangguk setuju atas usul dari sahabatnya yang baik hati.
"Baiklah, aku setuju. Nanti kita ajak Blacky juga saat mencari kucing jalanan".
Gareng mengangguk dengan senang. Ia tidak menyangka jika hidupnya sekarang sudah menjadi lebih baik. Oleh karena itu, ia akan terus membantu teman-temannya yang bernasib menjadi kucing jalanan untuk bisa memberinya makanan. Ia memang sudah menghabiskan hidupnya di jalanan yang terkadang bahaya mengancam. Tapi, meskipun begitu ia tidak akan melupakan pada kebaikan hati orang orang yang sudah menolong dan merawat dengan sepenuh hati. Mulai dari nenek penjual ikan pindang, ibu pedagang dan seorang lelaki yang baik hati telah peduli kepadanya selama ini. Gareng juga terus berkunjung ke makam nenek agar bisa terus memberikan kabar kepada beliau di alam sana.
Jujur saja, ia tidak menyangka jika hidupnya akan berakhir seperti ini. Nasib yang sudah diimpikan saat Gareng masih kecil dulu dan sekarang baru bisa terwujud. Rumah yang besar, pemiliknya yang baik hati dan penyayang, makanan enak dan yang terpenting adalah bisa hidup bersama ketiga anaknya dan juga sahabatnya. Sejak tadi ia merasa heran saat kandangnya dibawa keluar dari kios, namun ketika sampai di rumah yang sudah sangat dikenalnya, Gareng pun merasa kaget sekaligus bahagia. Disisi lain, Snowi juga tidak kalah bahagianya saat mengetahui pemiliknya akan merawat sahabatnya itu.
Mulai sekarang, mereka bisa bermain setiap saat atau bertukar mainan dan juga makan bersama, hal yang sangat indah untuk dilakukan.
Udara sedang sejuk saat ini, cocok sekali menemani mereka yang asyik bercengkerama di teras. Rio yang senang bisa dekat dengan Isma dan Gareng yang senang dengan nasibnya sekarang. Ia bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan kenikmatan kepadanya.
Mereka semua menghabiskan waktunya hari ini dengan berkumpul bersama sambil menikmati angin semilir yang bertiup lembut. Begitulah akhir dari nasib Gareng yang telah menjadi kucing peliharaan. Selain itu persahabatan tiga serangkai dengan Snowi dan Blacky pun semakin erat.
Menurut saran saya, kalau ditambahkan kucing berburu tikus akan lebih alami.
Comment on chapter Perpisahan yang Menyakitkan