Gareng menguap untuk kesekian kalinya, ia sudah selesai makan dengan lauk pemberian Bu Romlah yang tadi pagi disantapnya. Tak seperti biasa anak-anak Gareng terlihat aktif sejak tadi, ia menyadari jika mereka dalam tahap pertumbuhan yang artinya pergerakan pasti sudah semakin banyak, seperti sekarang anak-anak Gareng sudah memanjat kandang karena penasaran dengan dunia luar. Gareng juga sudah memperingati beberapa kali agar tidak jatuh, namun nasihat dari induknya tidak juga dituruti oleh mereka. Akhirnya Gareng hanya bisa pasrah dan melihat tingkah laku mereka yang tidak bisa diam.
Ia melamun, sudah dua hari ini tidak berjumpa dengan Rio, terakhir kali bertemu itu pun pada saat Hari Minggu dan waktu sudah siang sekali. Rio terlambat untuk memberi makan, sehingga Gareng dan anak-anaknya mencoba protes kepadanya, namun Rio hanya diam saja sambil menjalankan rutinitasnya. Hanya memberi makan dan diam sejenak sambil memandangi kucing-kucingnya, dan setelah itu pergi.
"Ah, mungkin sebentar lagi ia akan datang kesini", gumam Gareng.
Bu Romlah saat ini sedang sibuk melayani pembeli yang membludak, sampai-sampai tidak memberinya kesempatan untuk duduk sedetik pun. Namun, seperti biasa beliau melayani dengan sepenuh hati. Gareng yakin jika beliau terlihat lelah, karena dari tadi pembeli tidak ada habisnya.
"Sabar ya, Bu. Gareng hanya bisa menyemangati dari dalam sini", gumam Gareng lagi sambil mengamati orang-orang yang masuk ke kiosnya.
"Hai, Gareng", sapa seorang gadis kecil itu.
"Meeongggg", jawabnya.
"Hahaha, kau lucu sekali. Lihat anak-anakmu sekarang sudah pintar untuk memanjat!" seru gadis kecil itu sambil menunjuk ke arah anaknya.
Karena merasa dibicarakan, mereka bertiga langsung mengeong bersahutan.
"Meeongggg".
"Meeongggg".
"Meeeonggggg".
Suara mereka bertiga yang masih kecil terdengar keras dan malah membuat gadis kecil itu terlihat gemas.
"Hushhh, Anak-anakku. Kumohon kalian jangan berisik!" tegur Gareng sambil melototi ketiganya.
Memang pada dasarnya mereka bandel, tetap saja mereka terus mengeong. Si Gareng yang melihat hanya menghembuskan nafas dengan kasar. Ia heran kenapa anak-anaknya nakal seperti ini.
"Terserah kalian saja lah", keluh Gareng dengan wajah cemberut.
Beberapa jam kemudian suasana di pasar menjadi lebih kondusif, untungnya Bu Romlah sekarang bisa duduk dengan tenang.
"Fyuhhh, Alhamdulillah pendapatan kali ini terbilang cukup besar", gumam Bu Romlah sambil mengipasi kepalanya.
Gareng sebenarnya bosan jika berada di dalam kandang tersebut selama seharian penuh, namun jika keluar harus berjalan ke arah mana. Saat kemarin ia juga sudah mengunjungi makam nenek yang baik hati itu. Gareng pun langsung muncul sebuah ide, hari ini ia akan memutuskan untuk bermain di rumah Snowi, semoga ia ada di rumahnya. Gareng segera membuka pintu kandang dan menutupnya kembali dengan hati-hati takut ketiga anaknya yang sudah tidur terlelap tiba-tiba terbangun.
"Meeongggg", pamit Gareng kepada Bu Romlah.
Seakan mengerti apa yang dikatakan oleh kucing itu, beliau pun mengangguk.
"Ya, Hati-hati di jalan!"
Gareng pun bersiap untuk berjalan ke gerbang pasar, beruntung hari ini tidak terlalu panas. Saat sudah sampai di luar area pasar, tiba-tiba ada yang memanggilnya dari arah kejauhan. Gareng segera menghentikan langkah dan menoleh.
"Hai Gareng", sapa Blacky.
Gareng yang melihat kucing itu segera senang setelah tahu siapa yang memanggilnya tadi.
"Hai, Blacky. Kau sedang ingin bermain sekarang?" tanya Gareng sambil berjalan menuju ke arah kucing belang berwarna hitam itu.
"Ya, pemilikku sedang keluar sebentar, tapi aku merasa bosan jika berada di rumah terus. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke pasar dan ingin menemuimu. Eh tidak disangka kita bertemu disini", jawab Blacky.
"Hahaha kalau begitu sebuah kebetulan bagi kita".
Blacky tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Gareng jadi ia hanya menaikkan sebelah alisnya. Melihatnya seperti itu, buru-buru Gareng menjelaskan maksud dari perkataannya.
"Maksudku, aku tadi juga merasa bosan seharian ini. Ditambah lagi anak-anak ku sudah tidur semua, akhirnya aku juga punya rencana jika mampir ke rumah Snowi sebentar saja".
"Hahaha, benar-benar sebuah kebetulan. Kalau begitu bagaimana kalau kita ke rumahnya sekarang?" ajak Blacky.
Ketika mendengar ajakan seperti itu, Gareng terlihat lebih senang karena ia tidak merasa sendirian saat berjalan menuju ke rumah sahabatnya.
"Baiklah aku terima ajakanmu", ucap Gareng sambil tersenyum lebar.
"Ayoo, mari kita berangkat sekarang!" serunya.
Selama perjalanan beberapa kilometer, mereka terlihat akrab dan bercanda satu sama lain sehingga perjalanan kali ini tidak terasa lama dan membosankan. Sampai pada akhirnya mereka berdua sudah berada di gerbang sebuah komplek perumahan.
"Wah, kita dari tadi bercanda terus sih, jadi nggak kerasa banget tiba-tiba sudah sampai saja", ucap Gareng.
Tanpa menunggu lama, mereka segera memasuki area tersebut. Perumahan tersebut terlihat sepi seperti tidak berpenguni. Nyatanya, semua rumah yang ada disini sudah laku terjual semua. Mungkin orang-orang sedang sibuk kerja pada siang hari, jadinya mereka tidak sempat untuk sekedar menyapa kepada para tetangganya. Hal itu lah yang membuat suasana perumahan ini terlihat sunyi.
"Ngomong-ngomong kau suka dengan situasi perumahan seperti ini?" tanya Gareng tiba-tiba.
"Jujur saja aku tidak terlalu suka, selain manusianya yang tidak bertegur sapa, kucing disini juga terlihat sombong. Untung saja ada Snowi yang ramah dan selalu menyapaku jika bertemu", puji Blacky kepada sahabatnya.
Gareng yang mendengar hanya mengangguk dan tidak menyangka bahwa Snowi memang kucing yang rendah hati. Buktinya ia bisa menganggap Gareng yang kucing domestik sebagai sahabatnya.
"Kau beruntung bisa berkenalan dengannya", kata Blacky seakan membuyarkan lamunan Gareng.
"Ya kau benar".
Akhirnya, tidak lama kemudian mereka berdua sudah sampai di tempat yang di tuju. Mereka segera memanggil Snowi agar keluar dari rumahnya.
"Meeonggggg", ucap mereka serempak.
Merasa ada yang memanggilnya, Snowi pun bergegas untuk keluar dan berlari menuju ke teras rumahnya. Setelah tahu siapa yang datang ia terlihat senang sekali dan sekaligus kaget.
" Hei, kalian saling kenal?" tanya Snowi dengan heran.
Mereka berdua tersenyum dan mengangguk dengan yakin.
"Wahh, kapan kalian bisa saling mengenal?"
Akhirnya mereka pun bercerita saat waktu bertemu di pasar. Saat pertemuannya dengan Gareng yang sedang mencari tempat tinggal yang layak hingga bisa bertemu kembali beberapa hari yang lalu, Snowi mendengar dan menyimak dengan seksama tanpa menyela sedikit pun. Snowi merasa lega jika mereka sudah saling mengenal lebih lama.
"Hai, pemilikku sedang keluar hari ini. Pemilikmu juga kan Blacky? Bagaimana kalau saat ini kita habiskan untuk berjalan-jalan di sekitaran komplek ini?" usul Snowi .
"Kalau begitu maumu, aku akan setuju", seru Blacky.
"Aku jugaa", jawab Gareng yang tak kalah serunya.
Snowi hanya bisa tertawa saat mengetahui jawaban dari kedua sahabatnya. Ia segera ke luar dari teras dan mengajak mereka untuk berjalan-jalan menikmati angin semilir di siang hari ini.
"Kau tahu, Gareng. Terkadang aku dan Blacky saat pagi hari biasanya berjalan mengitari taman yang ada di ujung sana dengan pemilik kami. Dan saat itulah, kami gunakan untuk bertukar kabar satu sama lain".
"Ya, benar kami selalu bertemu di pagi hari di saat pemilik kami sedang berolahraga".
"Wah kedengarannya asyik sekali ya", ucap Gareng dengan mata berbinar takjub.
"Hei, kau bisa datang kesini setiap Hari Libur pada waktu pagi. Kalau kau berkunjung kesini pasti akan bertemu dengan kami berdua dan di saat itu lah kita bisa bermain bersama bukan? Tenang saja aku selalu datang di pagi hari di taman ini", saran Blacky.
Snowi merasa ada yang tidak beres dengan jawaban Blacky, sehingga ia segera mengelaknya dengan lembut.
"Kau jangan percaya dengannya. Pernah suatu waktu, pemilik Blacky tidak hadir di taman ini, dan ternyata Blacky juga tidak hadir karena malas. Akhirnya pemilikku hanya olahraga seorang diri".
Blacky hanya bisa tertawa lebar saat mengetahui kejadian itu karena ia merasa malas pada waktu itu.
"Hei, kau jangan tertawa. Aku merasa kesepian tahu? Untung saja aku menemukan kupu-kupu yang indah. Oh iya tidak itu saja, pemilikku juga berkenalan dengan seorang laki-laki yang terlihat tampan", kata Snowi sambil mengingat kembali kejadian beberapa hari yang lalu.
"Oh, iya. Wah kalau begitu tidak adanya Blacky, bisa menjadi keuntungan bagi pemilikmu karena bisa berkenalan dengan seorang cowok", goda Gareng kepada Blacky.
Mereka yang mendengarnya pun tertawa terbahak-bahak, mereka bertiga sudah menjadi sahabat tiga serangkai yang sekarang sedang bertengger di kursi kayu sambil menikmati indahnya taman tersebut. Indahnya persahabatan itu.