Loading...
Logo TinLit
Read Story - Gareng si Kucing Jalanan
MENU
About Us  

Hari yang dinanti-nanti oleh Rio akhirnya datang juga, dari kemaren malam ia tidak sabar untuk segera berjumpa dengan esok hari karena ada janji yang sudah dibuat seminggu yang lalu. Pertemuan kali ini seakan menjadi momen yang tidak mungkin dilupakan oleh Rio, yaitu berjumpa dengan gadis yang baru ditemuinya yang bernama Isma. Setelah mendengar adzan subuh, Rio segera beranjak dari kasurnya dan langsung mandi, setelah itu tak lupa untuk mengambil air wudhu guna mengerjakan solat subuh dua rakaat, aktivitas yang selalu Rio kerjakan jika subuh tiba.

 Seusai berdoa kepada Allah, Rio segera mengenakan kaos yang sudah disiapkan tadi malam, lalu ia bercermin untuk merapikan rambutnya yang berantakan. Kebetulan pintu kamar Rio sedikit terbuka sehingga Bu Romlah yang sedang melewati kamarnya pun menengok apa yang dilakukan oleh anaknya. Tidak seperti biasanya, anaknya memerhatikan penampilan untuk kali ini, karena penasaran akhirnya beliau pun bertanya kepadanya.

"Rio, tumben kamu sudah rapi Nak?" tanya Bu Romlah sambil membawa baskom yang berisi bahan mentah untuk dimasak.

Rio yang menyadari jika ibunya sudah berada di kamarnya segera menoleh ke arah beliau.

"Eh, iya Bu. Hari ini seperti biasa mau lari di taman untuk olahraga, mumpung udaranya masih seger", jawab Rio dengan hati-hati.

Bu Romlah mempunyai naluri jika anaknya sedang menutup-nutupi sesuatu dari dirinya.

"Benarkah?" tanya Bu Romlah lagi.

Rio hanya mengangguk untuk memberi kepastian kepada ibunya yang masih berdiri di pintu kamarnya.

"Kenapa Ibu memerhatikanku seperti itu? Ada yang salah dengan penampilanku hari ini?. Rio balik bertanya karena ia tidak mau acaranya hari ini diketahui oleh ibunya, karena kalau hal itu sampai terjadi akan membuatnya malu setengah mati.

"Tidak ada. Hanya saja ibu merasa heran tidak biasanya kamu berpenampilan rapi seperti ini. Biasanya kan kamu hanya memakai baju olahraga lalu langsung pergi", terang ibunya.

Rio yang mendengar perkataan Bu Romlah semakin menjadi salah tingkah, ia sudah membuat ibunya merasa curiga terhadapnya.

" Ng-nggak kok Bu. Biasanya kan Rio emang gini. Ya udah Bu, aku mau olahraga dulu ya", pamit Rio agar bisa menghindari pertanyaan dari ibunya.

Bu Romlah hanya memandang kepergian anaknya dengan tampang kebingungan.

"Ada apa toh Buk? Kok kelihatannya kamu heran sama anakmu sendiri?" tanya Bapak yang tiba-tiba muncul dari arah kamar mandi.

"Nggak heran kok Pak. Aku sadar kalo Rio sudah besar, mungkin dia sedang suka sama seseorang tapi dia ga mau cerita sama ibu", kata Bu Romlah yang menyadari perubahan sikap dari Rio.

"Hahahaha, kalau begitu Bapak akan senang mendengarnya jika  Rio sudah mulai bisa berkenalan dengan seorang gadis", ucap Bapak sambil tertawa.

"Husshh, Bapak ini kenapa toh? Kalo aku sih penasaran siapa gadis yang baru dikenalnya itu. Semoga Rio bertemu dengan gadis yang baik hati".

"Rio sudah tahu mana yang salah dan mana yang benar, Bu. Bapak merasa yakin jika Rio pasti mencari gadis yang baik hati terhadapnya dan mau menerima apa adanya", kata Bapak sambil menenangkan istrinya yang gelisah.

"Iya, aku selalu berdoa seperti itu", gumam Bu Romlah.

Sementara itu, Rio sedang berjalan kaki dengan tergesa-gesa agar segera sampai di taman. Ia melihat suasana taman saat ini sedang sepi, tapi masih terlihat beberapa orang yang memadati area tersebut. Langit sudah mulai tampak terang, namun matahari masih belum menampakkan sinarnya.

Rio menghabiskan waktunya dengan berjalan berkeliling takan sambil menikmati pemandangan alam sekitar. Memang indah sekali, banyak bunga-bunga yang bermekaran, dan tanaman atau rumput yang sudah dirawat oleh petugas yang bersangkutan. Rio beranggapan jika kota besar yang ia tinggali harus banyak tempat area seperti taman untuk membuka lingkungan hijau di tengah-tengah polusi yang semakin meningkat setiap tahunnya.

Selain itu, juga bermanfaat sebagai sarana rekreasi bagi orang-orang yang memanfaatkan waktu senggang dengan keluarganya setelah bekerja selama enam hari. Ia berharap agar pemerintah setempat menyadari akan gagasan tersebut.

Tak selang berapa lama, Rio merasa capek dan segera menghampiri ke bangku kursi biasanya, ia sengaja duduk disitu agar Isma tidak kesulitan ketika mencarinya. Rio melemaskan otot-otot kaki setelah dipakai untuk berlari mengitari taman. Sejujurnya, ketika menunggu seperti ini, ia merasa tidak tenang. Ini adalah kali pertama ia diajak oleh seorang gadis untuk pergi berdua saja, karena selama ini jika ia sedang pergi keluar selalu dengan satu grup teman laki-lakinya.

Maklum, Rio tidak pernah merasakan berkencan dengan salah satu cewek di kelasnya saat ia masih bersekolah. Sifat Rio yang sedikit pemalu itu lah yang menjadikan ia tidak mempunyai pacar sama sekali. Tapi bagi dia hal tersebut bukanlah suatu keharusan, ia hanya ingin gadis yang mau menerima dia dengan apa adanya. Di saat teman yang lain sudah punya pacar, Rio hanya menghabiskan waktu luangnya dengan bermain handphone atau terkadang mengerjakan tugas agar cepat selesai. Sampai akhirnya ia berhadapan dengan gadis bernama Isma yang baru ditemuinya dan ingin diajak untuk pergi ke kios milik ibunya guna untuk melihat kucing jalanan yang lucu.

Rio tersenyum sendiri mengingat pertemuan tidak diduga dengan Isma. Ia menilai jika Isma adalah gadis yang sangat baik dan tulus. Tak terasa hari semakin cerah, namun yang ditunggunya pun belum muncul juga. Rio beranggapan bahwa Isma sedang merapikan rumahnya terlebih dahulu sebelum berangkat ke sini. Lagi-lagi Rio harus sabar untuk menunggunya.

Beberapa jam kemudian, taman itu sudah terlihat sepi karena udara siang semakin panas sehingga orang-orang memutuskan untuk pulang kembali ke rumah masing-masing,sedangkan Rio masih saja duduk di bangkunya dan bingung kenapa Isma belum datang, apakah ia lupa akan janjinya? Atau memang yang kemaren hanya sekedar basa-basi belaka dan sekarang ia tidak mau untuk menemui Rio.

Berbagai macam pikiran berkelebat di dalam kepala Rio. Sampai akhirnya ia memutuskan untuk menunggu satu jam lagi dan jika disaat itu ia masih belum datang juga, Rio terpaksa harus pulang dengan membawa kembali harapannya yang pupus. Rio sudah merasa gelisah sekarang karena waktu sudah terlewat 50 menit dan itu artinya ia harus meninggalkan tempat itu juga. Setelah menunggu selama satu jam, ia pun dengan berat hati meninggalkan bangku tersebut untuk pulang ke rumahnya. Di dalam perjalanan, Rio merasa lesu karena janji dari Isma untuk datang ke kiosnya pun batal. Padahal sudah seminggu , ia selalu menantikan hari ini untuk bisa pergi bersama dengan gadis yang dikaguminya. Namun apa boleh buat, Rio hanya bisa pasrah jika janji tersebut ternyata batal. Hari semakin terik dan panas, Rio hanya bisa berjalan dengan langkah yang tidak terlalu bersemangat, akhirnya untuk meredakan kekecewaannya ia segera menemui Gareng agar bisa terhibur. Kucing itu memang bisa menjadi obat pelipur lara untuk majikan yang sedang bersedih.

 

*****

Saat itu Isma memang sudah bersiap untuk mengajak Snowi ke taman tersebut dan segera menepati janji yang telah dibuatnya seminggu yang lalu. Sama seperti Rio, ia juga selalu menantikan acara ini. Disaaat ia sudah rapi dan mengajak Snowi untuk keluar, tiba-tiba ada Mamanya yang berbicara dengan nada cemas.

“Isma, tunggu sebentar!” cegah Bu Wina sambil berlari tergopoh-gopoh.

Isma yang merasa ada sesuatu yang tidak beres segera menghentikan langkahnya dan menghadap ke mamanya.

“Ada apa Ma. Kok kelihatannya Mama sedang bingung gitu?” tanya Isma yang sudah berdiri di ruang tamu.

“Ini loh kata Tante Rina sudah beberapa hari ini nenek tidak mau makan dan tubuhnya sekarang menjadi lemas”, ucap Mama dengan nada yang sedih.

Mendengar akan hal itu, Isma kaget dan merasa khawatir terhadap kondisi neneknya saat ini. Isma sangat sayang sama neneknya itu karena dari kecil beliau lah yang selalu memanjakan Isma jika minta sesuatu .

“Hah, Nenek sakit Ma? Kok nggak mau makan sih?” tanya Isma yang tidak kalah cemas.

“Tadi Tante Rina bilang jika kemarin nenek sempat mengeluh kepalanya merasa pusing dan merasa tidak enak badan”.

“Ya Allah, terus sudah dibawa ke dokter belum Ma?”

Mama Isma hanya menghembuskan nafas dengan perlahan sebelum menjawab pertanyaan dari anaknya.

“Kamu tahu sendiri kan kalo nenekmu itu tidak mau jika dibawa ke dokter”.

Isma merasa lemas ketika mendengarnya, ia tidak mau terjadi apa-apa terhadap neneknya. Sudah lama keluarganya tidak datang berkunjung ke rumah beliau dikarenakan  memang aktivitas yang padat sekali.

“Kalau begitu, ayo kita pergi kerumah Nenek, Ma!” ajak Isma.

“Baiklah, Mama akan memanggil Papamu yang sedang mandi untuk segera bersiap”.

Akhirnya mereka segera bergegas menuju mobil dan berangkat ke Kota Bandung. Isma merasa sangat bersalah terhadap Rio karena sudah mengingkari janjinya dan berharap Rio tidak kecewa kepadanya. Mungkin nanti ia akan meminta maaf dan menjalaskan atas semua yang terjadi. Untuk saat ini Isma hanya bisa berdoa agar neneknya baik-baik saja.

 

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • antonvw

    Menurut saran saya, kalau ditambahkan kucing berburu tikus akan lebih alami.

    Comment on chapter Perpisahan yang Menyakitkan
Similar Tags
After School
3079      1314     0     
Romance
Janelendra (Janel) bukanlah cowok populer di zaman SMA, dulu, di era 90an. Dia hanya cowok medioker yang bergabung dengan geng populer di sekolah. Soal urusan cinta pun dia bukan ahlinya. Dia sulit sekali mengungkapkan cinta pada cewek yang dia suka. Lalu momen jatuh cinta yang mengubah hidup itu tiba. Di hari pertama sekolah, di tahun ajaran baru 1996/1997, Janel berkenalan dengan Lovi, sang...
Kulacino
412      272     1     
Romance
[On Going!] Kulacino berasal dari bahasa Italia, yang memiliki arti bekas air di meja akibat gelas dingin atau basah. Aku suka sekali mendengar kata ini. Terasa klasik dan sarat akan sebuah makna. Sebuah makna klasik yang begitu manusiawi. Tentang perasaan yang masih terasa penuh walaupun sebenarnya sudah meluruh. Tentang luka yang mungkin timbul karena bahagia yang berpura-pura, atau bis...
TRAUMA
122      107     0     
Romance
"Menurut arti namaku, aku adalah seorang pemenang..akan ku dapatkan hatimu meskipun harus menunggu bertahun lamanya" -Bardy "Pergilah! Jangan buang waktumu pada tanaman Yang sudah layu" -Bellova
29.02
429      225     1     
Short Story
Kau menghancurkan penantian kita. Penantian yang akhirnya terasa sia-sia Tak peduli sebesar apa harapan yang aku miliki. Akan selalu kunanti dua puluh sembilan Februari
Something about Destiny
158      136     1     
Romance
Devan Julio Widarta yang selalu dikenal Sherin sebagai suami yang dingin dan kurang berperasaan itu tiba-tiba berubah menjadi begitu perhatian dan bahkan mempersiapkan kencan untuk mereka berdua. Sherin Adinta Dikara, seorang wanita muda yang melepas status lajangnya pada umur 25 tahun itu pun merasa sangat heran. Tapi disisi lain, begitu senang. Dia merasa mungkin akhirnya tiba saat dia bisa mer...
ATHALEA
1379      618     1     
Romance
Ini cerita tentang bagaimana Tuhan masih menyayangiku. Tentang pertahanan hidupku yang akan kubagikan denganmu. Tepatnya, tentang masa laluku.
Ghea
469      308     1     
Action
Ini tentang Ghea, Ghea dengan segala kerapuhannya, Ghea dengan harapan hidupnya, dengan dendam yang masih berkobar di dalam dadanya. Ghea memantapkan niatnya untuk mencari tahu, siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan ibunya. Penyamaran pun di lakukan, sikap dan nama palsu di gunakan, demi keamanan dia dan beserta rekan nya. Saat misi mereka hampir berhasil, siapa sangka musuh lamany...
Sherwin
371      250     2     
Romance
Aku mencintaimu kemarin, hari ini, besok, dan selamanya
Untuk Reina
25410      3893     30     
Romance
Reina Fillosa dicap sebagai pembawa sial atas kematian orang-orang terdekatnya. Kejadian tak sengaja di toilet sekolah mempertemukan Reina dengan Riga. Seseorang yang meyakinkan Reina bahwa gadis itu bukan pembawa sial. Bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi pada Riga?
PALETTE
528      288     3     
Fantasy
Sinting, gila, gesrek adalah definisi yang tepat untuk kelas 11 IPA A. Rasa-rasanya mereka emang cuma punya satu brain-cell yang dipake bareng-bareng. Gak masalah, toh Moana juga cuek dan ga pedulian orangnya. Lantas bagaimana kalau sebenarnya mereka adalah sekumpulan penyihir yang hobinya ikutan misi bunuh diri? Gak masalah, toh Moana ga akan terlibat dalam setiap misi bodoh itu. Iya...