Isma sudah bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, lalu ia segera berjalan menuju ke dapur untuk menemui mamanya yang sedang sibuk menyiapkan sarapan. Kebetulan ada Papa Isma yang sudah makan.
"Pagi, Pa", sapa Isma sambil menarik kursi.
"Pagi, Isma!" jawab beliau ramah.
"Isma kamu cepetan makan. Nanti kamu telat ke sekolah lho!" ujar Mama.
"Iya, Ma ini Isma mau makan kok".
Isma segera mengambil piring untuk diisi dengan nasi yang masih hangat dan lauk sambel goreng kentang ditambah dengan ayam krispi kesukaan Isma. Ia menikmati makanan tersebut, hari ini mama memasak makanan favoritnya karena ada pelanggan mama yang memesan lauk tersebut. Setelah beberapa menit menyantap hidangan itu, ia segera mengambil tas sekolah dan berpamitan dengan kedua orang tuanya.
"Pa, Ma. Isma berangkat dulu ya, Assalamu'alaikum", pamit Isma sambil mencium pipi Papa dan Mamanya.
"Hati-hati di jalan nak", jawab Mama.
"Oh, iya ma. Ayam suwiran untuk Snowi kutaruh di dalam lemari makanan", kata Isma mengingatkan.
"Iya, kamu nggak usah khawatir. Nanti mama kasih ayam itu ke kucingmu".
"Baiklah".
Akhirnya Isma sudah meninggalkan rumahnya dan berangkat ke sekolah dengan menggunakan ojek online yang baru dipesan lewat HP tadi. Setiap hari ia selalu menggunakan ojek dan jika pulang sekolah terkadang ia menaiki angkutan umum yang tersedia di depan gedung sekolahnya. Sekarang, Mama Isma kembali beraktivitas dengan pesanannya, sedangkan Papa Isma baru bersiap-siap untuk pergi ke kantor.
"Ma, waktu aku cari ikan koki di pasar, kebetulan aku ketemu sama anaknya Bu Romlah yang jual bawang itu", ucap Papa Isma sambil memasang sepatunya.
"Oh, iya? Bukannya kemarin itu libur ya, kok dia ada disana?" tanya Mama Isma yang heran.
"Ya, aku juga penasaran waktu itu, lalu langsung saja kuhampiri dia dan ternyata dia sedang memberi makan untuk kucingnya".
Mama Isma yang masih membuat adonan itu mendengarkan penjelasan dari suaminya dengan seksama.
"Oh, si Rio punya kucing juga ternyata".
Papa Isma mengangguk untuk memberi jawaban kepada istrinya yang masih sibuk itu.
"Ya, karena dia tidak bisa membawa pulang kucing-kucing liar itu, akhirnya ia membuat kandang sendiri yang terbuat dari kayu. Aku suka lihat hasilnya", puji Papa Isma.
Mama Isma segera menoleh ke arah suaminya yang sedang duduk di kursi yang membelakanginya.
"Benarkah? Wah baik sekali sampai mau membuat kandang untuk kucing liar, benar-benar anak yang rajin", ucap Mama Isma sambil tersenyum. Sebenarnya bukan hanya Papa Isma yang bernama Pak Gunawan itu yang suka dengan sifat Rio, melainkan Mama Isma juga respek terhadap Rio.
"Ya, kau benar sekali. Dia memang menjadi anak yang bisa diandalkan".
Percakapan mereka pun selesai sampai disitu, karena Pak Gunawan sudah bersiap untuk pergi ke kantornya. Sementara itu, si induk yang sekarang bernama Gareng sedang memakan ikan yang baru dikasih oleh Bu Romlah yaitu si ibu pedagang tersebut. Anak-anaknya juga makan dengan lahap, karena mereka masih dalam tahap pertumbuhan. Semakin hari mereka sudah agak besar dan bisa diajak untuk bermain.
"Anak-anak ku, ibu nanti akan pergi menemui teman ibu. Kau disini bersama beliau ya. Jangan nakal!", ucap Gareng.
"Baik, Bu", jawab mereka bertiga yang sudah bisa diajak berbicara.
Setelah menghabiskan makanannya, Gareng pun segera berjalan untuk menemui Snowi, sudah lama ia tidak berjumpa dengannya. Pasti Snowi disana sudah menunggunya selama ini. Gareng masih ingat jalan menuju kompleks, tempat dimana rumah Snowi berada. Gareng suka sekali jika sedang melewati jembatan penyeberangan tersebut, karena bisa melihat jalanan dari atas sana. Tak terasa, Gareng sudah sampai di depan pagar rumah Snowi. Ia pun memgeong untuk memanggil si pemilik rumah untuk keluar.
"Meeeongg".
Tanpa menunggu lama, yang dicari-cari pun akhirnya datang dengan berlari kencang.
"Heiiii", sapa Snowi.
"Haiii jugaa".
Snowi merasa ada yang aneh ketika melihat kucing tersebut, karena untuk saat ini si kucing jalanan itu terlihat bersih dan agak gemukan. Apalagi sekarang dia juga punya kalung seperti dirinya.
"Wah, akhirnya kau punya kalung juga ya, siapa yang memberimu benda tersebut? Apakah si ibu pedagang yang baik hati itu? " tebak Snowi.
"Si ibu pedagang itu ternyata punya anak lelaki, dan ia yang memberikanku kalung ini? Bagaimana cocok tidak denganku?" ucap Gareng yang meminta pendapat kepada sahabatnya.
"Cocok sekali denganmu. Coba kulihat kalungmu!"
Gareng pun mendekat agar Snowi bisa melihat bentuk dari kalungnya yang sedang bertengger di lehernya. Kalung itu berwarna merah muda dengan motif kucing lucu, disana juga tertera namanya.
"Ah, ternyata namamu Gareng", kata Snowi yang masih memerhatikan benda itu. Gareng yang mendengarnya juga ikut terkejut.
"Benarkah?"
Snowi mengangguk-angguk untuk meyakinkan sahabatnya.
"Ya, benar. Disini terdapat nama yang ditulis di kalung ini. Sungguh, nama yang cocok untukmu. Kau beruntung mempunyai majikan yang baik hati".
"Kau benar, dia baik sekali. Sampai-sampai aku juga dibuatkan kandang yang pantas untukku".
"Sungguh?" tanya Snowi dengan mata berbinar.
"Ya, aku sekarang sudah punya rumah sendiri lho. Disana aku bisa tidur nyenyak bersama ketiga anakku tanpa perlu repot lagi berpindah tempat jika rusak. Kau penasaran dengan rumah baruku?"
Snowi yang mendengarnya pun ikut senang sekali karena sahabatnya sekarang bisa hidup lebih aman dan nyaman.
"Aku ikut senang jika begitu, dan ya aku ingin tahu bagaimana bentuk rumahmu. Nanti kalau ada waktu aku akan pergi ke tempatmu".
"Baiklah. Akan kutunggu kedatanganmu".
"Oh ya, ngomong-ngomong aku tadi masih makan apa kau mau mencicipi makananku. Rasanya enak sekali, majikanku yang membuatnya".
"Bolehlah aku mencicipinya?"
"Tentu saja boleh kenapa tidak. Kemarilah!".
Gareng menurut untuk segera mengikuti Snowi masuk ke dalam rumah yang lumayan luas itu, disana terdapat ada semangkuk berisi ayam suwir rebus yang penuh, dan di sampingnya tersedia susu putih, benar benar hidangan yang lezat.
"Cobalah, kau pasti akan suka juga!" kata Snowi menawarkan makanannya.
Gareng segera mencicipi hidangan itu, dan seketika ia langsung suka dengan rasanya.
"Waaah, enak sekali makanan ini. Pantas kau terlihat gemuk, karena kau setiap hari selalu makan makanan ini". Gareng merasa takjub dengan kehidupan sahabatnya itu.
"Ayo, kita makan bersama!" ajak Snowi yang langsung disetujui oleh Gareng. Mereka berdua sibuk menghabiskan makanannya, dan Gareng merasa penasaran dengan rasa susu yang ada di hadapannya.
"Minumlah ini susu rasanya juga lezat!"
Gareng segera meminum susu itu, dan memang benar minuman itu terasa lezat dan menyehatkan. Seumur hidup ia tidak pernah merasakan meminum susu.
"Aku kenyang sekali. Terima kasih ya mempersilahkan aku untuk makan bersama dengan mu".
"Hei, tidak usah sungkan begitu. Kalau boleh tiap hari kau bisa berkunjung kesini dan kita akan makan bersama seperti tadi", ujarnya.
"Akan kupikirkan nanti".
Karena kekenyangan, mereka berdua hanya duduk di teras yang rindang dan sejuk sambil merasakan angin semilir pelan menikmati kesunyian ini. Ternyata punya sahabat yang peduli dan baik hati terasa menyenangkan.