"Hooaaammmm". Si bapak kucing menguap, dan membuka matanya dengan lebar.
"Ah ternyata sudah pagi", ucap si bapak sambil meregangkan otot-otonya yang kaku karena tidurnya yang melengkung.
"Kau sudah bangun?" tanya si ibu kucing sambil berbaring menyusui anak-anaknya.
"Ya, ternyata kau sudah bangun juga. Apakah anak-anak semalam rewel?" tanya si bapak kucing sambil menghampiri untuk melihat keadaan anaknya.
"Anak-anak hanya meringik sebentar tadi pagi, jadi aku langsung menyusuinya. Sepertinya tempat ini memang cocok untuk mereka. Aku saja tidak merasa kedinginan".
Bapak kucing menggaruk-garuk kepalanya yang gatal. Maklum, kucing jalanan tidak mengenal yang namanya mandi. Bagi mereka, menjilat-jilati bagian tubuhnya itu termasuk dari membersihkan diri. Tak perlu mandi pun tak apa.
"Syukurlah kalau begitu", ucap dia sambil menggaruk kepalanya dengan keras.
Karena melihat suaminya yang terlihat sibuk memggaruk itu, si ibu kucing sadar jika anaknya memang terdapat banyak kutu yang hinggap di bulunya. Ibu kucing juga merasa gatal sekali, padahal sebelum kehadiran anaknya itu ia sudah merasakan gatal yang teramat sangat. Bulunya yang kotor dan kutu yang ada sudah membuat tersiksa setengah mati. Apalagi sekarang ditambah adanya kehadiran anaknya yang semua mempunyai kutu yang banyak, menambah rasa gatal pada diri mereka.
"Rupanya, kau sudah tertular kutu oleh anak-anak ini", ucap ibu kucing sambil tetap memperhatikan suaminya.
"Sebelumnya aku sudah gatal seperti ini. Tenanglah aku tidak apa-apa".
Suasana subuh saat itu sudah ramai oleh pedagang yang datang ke pasar untuk mempersiapkan barang dagangannya dan merapikan di bedak yang tersedia. Pedagang pasar dari jam dua subuh sudah memadati pasar untuk melakukan aktivitasnya, nanti agak siangan pasar ini sudah tutup. Udara dingin yang menusuk tulang ini tidak menyurutkan semangat untuk berjualan di pagi buta seperti ini. Mereka tidak akan takut apapun, mereka hanya ingin dagangannya segera laku. Apalagi ada pelanggan yang sudah memesan tempo hari dan diambil pada pagi hari, membuat para pedagang sudah berada di pasar saat subuh.
"Kau tidak lapar?" tanya si bapak kucing.
"Ya aku lapar, kau mau mencari makanan?"
"Tentu saja. Kau ingin apa nanti aku carikan".
"Ah kebetulan sekali aku sekarang ingin ikan gurami yang besar. Kau bisa mengambilnya untukku kan. Kau pasti pintar dalam hal mencuri makanan. Carilah ikan gurame yang berada di bedak dekat pintu masuk pasar. Disitu ikannya besar-besar. Lagipula pedagangnya sudah tua. Kau pasti gampang untuk mencurinya", kata ibu kucing menjelaskan panjang lebar.
Banyak sekali pedagang ikan di sini, ada ikan gurame, ikan nila, ikan lele, ikan tongkol, ikan asin, ikan pindang dan lain lain. Betul memang jika pasar ini tempat yang cocok untuk kucing jalanan, asal pintar-pintar melihat situasi jika ingin mencuri ikan. Bisa-bisa dipukul atau disiram air jika ketahuan mencuri. Sebenarnya si ibu kucing pernah mencuri ikan gurame yang disebutkan tadi, tapi terkadang kondisi yang selalu tidak memungkinkan membuatnya sulit untuk mengambil ikan tersebut. Pembeli terkadang bekerja sama dengan penjual jika mendapati kucing liar ingin menggondol ikan. Maka dari itu memang harus pintar-pintar melihat situasi yang aman.
Pernah suatu saat, sangking si ibu kucing merasa kelaparan dan tidak menemukan makanan yang tersisa, dia pergi ke tempat bedak tersebut. Dia hendak mencuri ikan gurame yang sudah ada di sampingnya, namun ada saja orang yang melihatnya ketika hendak mencuri. Orang itu berteriak ke pedagang tersebut untuk segera mengusir kucing. Karena takut jika akan dipukul, si ibu kucing langsung tancap gas untuk berlari kencang menyelamatkan diri. Memang melelahkan menjadi kucing liar jalanan seperti ini. Terlihat pedagang tidak ingin rugi sedikitpun pada barang dagangannya. Padahal ia hanya ingin mengambil satu ikan saja, kenapa manusia pelit sekali. Dan padahal juga mereka tahu jika memberi akan mendapatkan pahala yang besar. Tetapi sepertinya itu tidak berlaku pada semua orang. Hidup yang lontang-lantung seperti ini mau tidak mau mencari sisa makanan yang ada di sampah, daripada harus bergelut dengan manusia dan menghabiskan energi.
"Ya sudah aku akan mencari bedak tersebut, nanti aku akan bawa kesini. Kau tunggu dulu saja ya", ucap si bapak kucing.
"Hati-hati, jangan tergesa-gesa untuk mengambil ikannya. Aku tidak ingin kau kenapa-napa", ucap Ibu kucing dengan nada khawatir.
"Hei, kau kira aku ini kucing rumahan yang baru dibuang oleh majikan dan tidak tahu cara mencuri. Aku ini pencuri ulung, tanpa kau beritahu pun aku sudah mengerti".
Si bapak kucing merasa sebal karena istrinya mengira ia adalah kucing manja yang tidak bisa apa-apa. Padahal dia sudah berapa kali pengalaman menggondol ikan yang diinginkan.
"Baiklah, kalau begitu. Aku tunggu ya".
Si bapak kucing segera berjalan pergi untuk memenuhi keinginan istrinya. Ia memang bisa menjadi suami dan ayah yang baik bagi keluarganya, walaupun terkadang ia pernah tidak kembali karena bertemu dengan betina lain, tapi hatinya selalu peduli dengan kucing yang dikasihinya. Benar-benar kucing yang tegar dan kuat di kehidupan sekitaran pasar.