Dulu, Induk kucing itu telah hadir di dunia, setelah ibunya berusaha mengejan ketiga kalinya untuk mengeluarkan yang terakhir. Induk kucing itu berbeda warna bulu dibanding dengan saudaranya. Dua saudara, diantaranya adalah berwarna oranye dengan belang berwarna hitam dan berwarna oranye sepenuhnya. Sedangkan untuk ibunya berwarna berwarna oranye dengan corak garis putih tipis. Hanya induk kucing kecil yang berwarna hitam agak kecoklatan. Si ibu kucing itu menjilat jilat darah yang tertempel di ketiga anaknya yang masih basah karena air ketuban yang pecah dan membasahi mereka.
Setelah ketiga-tiganya dilahirkan, mereka langsung berebut untuk meminta susu dari ibunya. Lihat, dari bayi yang masih memerah itu mereka sudah berebut untuk mengisi perut dan kerongkongan yang kering. Belum lagi jika mereka sudah besar pasti cara apapun dilakukan agar bisa mengganjal perut, kalau tidak seperti itu pasti akan mati. Kehidupan kucing liar memang seperti itu, dari lahir sampai mati hidupnya hanya berkutat untuk memikirkan perutnya saja.
"Syukurlah anak-anakku sudah lahir semua", gumam si ibu kucing dengan nada lelah.
Tibalah seorang bapak kucing yang datang untuk menjenguk anak-anaknya yang baru lahir.
"Bagaimana kondisimu, apakah baik-baik saja?" tanya si kucing jantan seraya menengok ke arah anaknya yang sedang menyusu.
"Ya, aku baik-baik saja. Aku hanya butuh istirahat. Tetapi menurutku tempat ini tidak terlalu hangat untuk mereka", ucap si ibu kucing.
" Kau tidak usah khawatir, tunggu disini saja, aku akan mencarikan tempat yang nyaman. Aku akan segera kembali", kata si bapak kucing sambil berjalan pergi.
Si bapak kucing menelusuri setiap tempat untuk berteduh keluarga kecilnya. Rupanya, ada sebuah kolong yang bisa menampung ketiga anaknya.
"Sepertinya tempat ini cocok untuk anak-anak ku, mungkin mereka tidak akan kedinginan", gumam si bapak kucing. Ia langsung berjalan cepat untuk segera menemui si betina.
" Hei, aku sudah menemukan tempat yang aman dan nyaman untuk anak-anak kita".
Si ibu kucing yang sedang berbaring sambil menyusui anaknya segera berdiri setelah mendengar perkataan dari si jantan tersebut.
"Dimana? Kau yakin tempat itu terasa hangat?" tanya si ibu kucing.
"Ya, ayo kita harus segera kesana daripada nanti ada yang sudah menempati tempat itu!" seru si bapak kucing.
"Baiklah, aku akan menggendong mereka secara bergantian".
Akhirnya si ibu kucing itu menggendong satu persatu anak-anaknya, dan yang terakhir adalah si induk kucing yang masih kecil. Setelah memindahkan ketiga anaknya, si ibu kucing merasa lega karena tempat itu tidak hanya hangat tetapi terlihat tertutup agar aman.
"Terimakasih ya sudah mencarikan kami tempat yang seperti ini".
" Itu untuk kebaikan anak-anak kita. Aku ingin anak-anak tidak merasa kedinginan di cuaca yang serba tidak menentu seperti ini. Kamu jaga badanmu juga agar sehat selalu", ucap si bapak kucing sambil menjilati anaknya yang sedang tertidur pulas.
Si ibu kucing menghela nafas panjang.
"Aku capek hidup seperti ini terus", keluh si ibu kucing.
"Lalu kau mau bagaimana?"
"Ya, aku ingin menjadi kucing rumahan, yang makan pun sudah tersedia. Jadi kita tidak perlu kesana kemari untuk mendapatkan makanan. Lagipula makanan juga enak dan bergizi. Tidak seperti kita yang makan hanya dari makanan sisa".
" Huh, kau selalu saja mengeluh".
"Kamu juga kan pasti mau kalau tiba-tiba ada orang yang mengangkutmu untuk dijadikan hewan peliharaan?"
Si bapak kucing itu mengambil posisi santai untuk bisa mengobrol dengan betinanya.
"Jadi kucing rumahan itu tidak enak, dia tidak bisa bebas. Kelihatannya saja makanan sudah dijamin, ya benar memang. Tetapi, apakah dia boleh makan makanan ikan atau daging seperti kita ini. Lagipula area dia bermain juga terbatas, dia jadi tidak tau bagaimana indahnya dunia ini dengan menjelajah kesana kemari. Sudahlah, syukuri saja hidup kita ini", kata si bapak kucing dengan bijak.
"Terserahlah, pokoknya aku tidak mau menjadi kucing jalanan terus yang hidup tidak ada kepastian".
"Sabarlah, kita pasti akan selalu bisa mendapatkan makanan".
"Kau juga, lama sekali tidak berjumpa denganku, hanya seperti saat ini saja, kau tiba-tiba datang kepadaku", kata si ibu kucing dengan nada sebal.
"Kukira kau bakal melupakanku karena sudah mendapatkan yang baru", lanjutnya.
"Hei mana mungkin aku melupakanmu, buktinya aku ada disini kan?"
Si ibu kucing melengos mendengar perkataan si jantan yang merasa tidak bersalah.
"Lalu, saat aku hamil, kau kemana saja? Aku ditengah-tengah perutku yang sudah besar masih saja meloncat kesana kemari untuk mendapatkan makanan. Untung saja aku selalu bertemu dengan manusia yang baik hati, yang selalu memberiku makanan".
"Aku kan juga mencari makanan. Kadang aku sampai tidak bisa menemukan jalan untuk menemukanmu. Syukurlah hari ini aku bisa menemukanmu. Aku janji akan mencari makanan untukmu, agar kau tidak lagi repot repot berlarian kesana kemari demi mendapatkan makanan", ucap si bapak kucing.
" Terserahlah, aku ingin tidur saja sekarang".
Akhirnya pembicaraan mereka berdua terhenti sampai di situ. Karena si ibu kucing merasa kelelahan sejak ia melahirkan. Mereka segera terpejam dan tertidur pulas di tengah gelapnya malam dan angin yang berhembus pelan.