Hari hari si induk kucing hanya dihabiskan dengan menyusui anaknya, berjalan kesana kemari untuk sekedar melepas penat, atau berkeliling pasar sambil mencari sisa makan. Di sela-sela kegiatannya yang berjalan hilir mudik kesana kemari, seringkali ia bertemu dengan beberapa kucing yang juga sedang mencari makan. Si induk hafal betul, mana kucing baik dan mana kucing preman. Jika si induk sedang bertemu dengan kucing yang tidak mencari masalah, dia bakal tetap jalan santai melewatinya. Akan tetapi, jika dia tidak sengaja bertemu dengan kucing pembawa masalah, si induk segera memberi ancang-ancang untuk segera berlari menjauh. Tak jarang, si kucing preman itu malah mengejarnya hingga kena dan bertengkar habis habisan. Si induk sering terkena cakaran atau gigitan dari kucing preman, alhasil bulu yang menancap di kulitnya langsung rontok seketika. Sehingga, menampakkan kulitnya yang tidak tertutupi oleh bulu.
Tetapi, si induk kucing juga bukan kucing yang lemah yang hanya diam saja jika ada yang menyerangnya. Si induk kucing cukup kuat untuk berkelahi, hanya saja, waktu itu mendapatkan lawan yang tidak sepadan dengannya. Dan bagaimana mereka mengakhiri pertengkarannya? Tentu saja, dengan gusahan para manusia yang merasa terganggu oleh kebisingan suara kucing yang sedang bertengkar. Terkadang, mereka juga melerai mereka dengan gerojokan air kotor satu ember yang ampuh membasahi tubuh mereka berdua.
Si induk kucing berpikir akan menghafal tempat yang sudah ditandai oleh kucing preman tersebut. Jadi, ketika ia sedang berjalan atau mencari makan, ia tidak akan mencari gara-gara dengan melewati tempat si kucing preman tinggal. Tapi itu juga bukan jaminan untuk selalu aman selamanya. Terkadang jika si induk kucing merasa tidak melewati tempat keramat, namun di tengah ia menemukan sisa makan dan berusaha untuk segera memakannya, tiba-tiba dibelakang ada yang mendesis pertanda ia juga membutuhkan sisa makanan itu. Tapi apa boleh buat, si induk kucing berusaha mengalah dan menahan laparnya ketika perutnya sudah bergejolak pertanda lapar seharian.
Si induk kucing lebih memilih untuk pergi menjauh dan merelakan hasil sisa makanan untuk kucing preman daripada harus membuang tenaga untuk berkelahi dengannya. Biasanya, ia akan mencari ke tempat lain lagi hingga berhasil mendapatkan makanan. Tak jauh dari tempat pasar itu, terdapat warung kecil yang selalu ramai dikunjungi oleh para pembeli. Si induk kucing suka sekali berdiam diri disana sambil mengharap ada seseorang yang memberikan makanan walaupun hanya sedikit. Karena di warung itu menyediakan aneka ikan, pastinya sudah ada beberapa kucing yang ada di dalam sana untuk ikut mengadu nasibnya mengemis makanan kepada manusia yang baik hatinya yang sudi memberikan sisa makanan.
"Pussss", ucap seorang lelaki yang sedang memakan lalapan ikan nila goreng. Bau ikan nila terasa semerbak di hidung manusia. Jangankan manusia, kucing yang mempunyai indera penciuman radius beberapa meter saja sudah dibuat kelaparan setengah mati setelah mengendus bau ikan goreng tersebut.
"Ini buat kamu, makan yang banyak biar kamu nggak kekaparan lagi", ucap lelaki tersebut sambil memberi sisa ikan yang ada di piringnya.
Syukurlah, saat ini ada orang berbaik hati menyisihkan makanan untuknya. Jadi si induk kucing tanpa repot repot mengeluarkan suaranya untuk mengeong agar si manusia sadar jika ada kucing didekatnya. Baru saja si induk kucing ini ingin melahap ikan tersebut. Ada suara meongan yang lemah. Ketika ditengok ternyata kucing berwarna coklat yang sudah kurus kering dan muka yang kotor.
"Meeongg", ucap kucing coklat itu dengan suara yang sudah tidak kuat untuk menahan laparnya selama ini.
Si induk kucing merasa kasihan dengannya. Selain tubuhnya yang sangat kecil, perutnya terlihat mencekung pertanda dia jarang mendapatkan makanan, sudah berapa lama ia tidak makan, pasti sudah lama sekali. Aura wajahnya menggambarkan kesedihan yang mendalam akan nasibnya sebagai kucing domestik jalanan.
Si induk kucing segera mengalah dan pergi menjauh agar kucing cokelat itu segera memakan sisa ikan nila tersebut. Baru saja si induk kucing pergi, tiba-tiba lelaki yang tadi menyapa si kucing cokelat yang kelaparan itu.
"Pus, kamu kelihatan tidak sehat sekali. Badanku kotor dan perutmu sangat cekung. Baiklah, kamu makan ikan ini setelah itu aku membawamu ke dokter hewan untuk diperiksa", ucap lelaki itu sambil memberi sisa ikan nila.
Akhirnya kucing itu memakan dengan lahap sekali. Cepat sekali untuk menghabiskan ikan yang lumayan besar untuk kucing seukurannya. Sesuai janji si lelaki, kucing itu dimasukkan kedalam tas yang memuat kucing tersebut. Lalu dengan mobilnya ia segera melaju pergi meninggalkan warung tersebut.
Si induk kucing itu hanya bisa memandang hingga sampai tidak terlihat lagi. Dalam hatinya, ia ingin seperti itu, dibawa ke dokter hewan, dikasih vitamin lalu pasti di jadikan hewan peliharaan rumahan. Dia tidak perlu repot-repot lagi untuk mencari makanan. Kapan dia akan seperti itu?
Si induk kucing merasa sedih. Karena sampai detik ini, tidak ada manusia yang ingin mengambilnya untuk dijadikan hewan peliharaan. Induk kucing sadar jika ia hanyalah kucing domestik dengan bulu yang kotor dan kumal. Tapi, setelah iti ia bersyukur, paling tidak kucing coklat tadi sudah menemukan majikan yang baik hati.
Tak terasa hari sudah sore, matahari sepertinya sudah ingin tenggelam untuk berganti dengan malam. Si induk kucing kembali ke tempatnya semula dan berkumpul dengan ketiga anaknya, ia bersyukur ia masih menyatu dengan keluarga kecilnya saat ini.